Nico menggantungkan handuk di jemuran. Kemudian melangkah menuju sebuah meja kecil, dimana laptopnya sudah bernyala. Sambil meminum kopinya, pria itu membuka email yang masuk.
Sebagian hanya sampah. Sebagian lagi laporan kegiatan dan beberapa rencana yang sudah siap direalisasikan. Ia meneliti satu persatu. Beberapa orang temannya juga mengajak bertemu. Untuk yang terakhir Nico hanya bisa tersenyum. Saat sedang berada di Jakarta, ini adalah hal yang ditunggu.
Selesai dengan tugas di pagi hari. Pria itu kembali membuat beberapa rencana kerja untuk tahun yang akan datang. Juga ada beberapa proposal dan laporan yang akan diserahkan kepada pihak donatur.
Nico tersenyum. Ini adalah dunianya. Dari dulu ia suka pekerjaan yang tidak mengurung tubuh dan juga pemikiran. Bisa bertemu banyak orang dari banyak daerah dan negara.
Awalnya ia masuk melalui program internship, diakhir masa kuliahnya. Akhirnya menjadi candu. Apalagi saat berada di alam bebas yang merupakan surga baginya. Menghirup aroma kayu dan lembabnya tanah. Air yang jernih dari mata air besar.
Sampai sekarang tidak ada penyesalan dalam dirinya. Meski tidak bisa semapan teman-teman lama yang sudah mencapai posisi cukup tinggi. Sudah banyak yang ia dapatkan dari sini. Diantaranya, beasiswa saat mengambil S2. Beberapa kali ikut pertemuan di luar negeri dengan biaya sponsor.
Ia benar-benar menikmati hidup. Saat berbincang dengan masyarakat di pedalaman. Yang belum terkontaminasi dengan kehidupan modern. Saat bertemu dengan hewan-hewan yang hampir punah. Membayangkan kehidupan mereka dimasa silam.
Dari hasil menabung ia bisa membeli sebuah apartemen tipe studio. Sebagai tempat tinggal saat berada disini. Ia juga punya sedikit tabungan untuk masa depannya nanti.
Beberapa tahun lalu, saat orangtuanya menjual sebidang tanah yang cukup luas. Ia mendapat bagian. Uang itu dibelikannya sebuah rumah didaerah tujuan wisata. Dan mengelola bersama grup Red Doorz. Paling tidak itu bisa menjadi penghasilan tambahan.
Pendapatan bekerja di NGO tidaklah terlalu besar. Dan sifatnya juga tidak permanen. Nico percaya, ia adalah pengendali bagi keuangannya. Sehingga sampai saat ini, meski pernah tidak bekerja selama tiga bulan. Ia masih berada dalam batas aman. Apalagi ia suka menulis, dan menjadi jurnalis lepas di sebuah media asing yang cukup terkenal.
Namun, beberapa bulan lalu, ketenangan itu terganggu oleh kehadiran seseorang. Vera! Wajah cantik, berkulit putih dan berambut gelombang itu menyiksa malamnya.
Nico masih mencoba menghindar. Ia tahu kalau Vera adalah mantan istri dari Seorang Karel Hutama. Salah seorang pengusaha baja ringan. Perbedaan mereka terlalu besar.
Bukan karena perempuan itu adalah ibu dari dua anak. Ia hanya merasa tidak sepadan dengannya. Melihat apa yang melekat pada tubuh Vera. Rasanya ia harus mundur dengan teratur.
***
Vera tengah memilih beberapa tas yang akan di sale melalui ajang live sore ini. Saat Lyo datang menghampiri."Mi, temenku ada yang minta tolong jualkan Elle. Dia dikasih tantenya tapi nggak suka."
"Ya kamu live aja kak. Tapi tas yang itu kan murah. Teman kamu mau jual berapa?"
Lyo menyerahkan sebuah sling bag.
"Ini baru juga paling tinggi 900-an kak."
"Kata temanku kasih dia 400 aja. Never been used mi. Masih lengkap juga tagnya. Beli di KL."
"Ya udah kamu coba nanti. Waktu mami live, mami kasih kamu waktu."
"Thank you mi."
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU/Terbit Di Playbook /OPEN PO
RomanceNovel tentang seorang perempuan single parent yang menemukan cinta baru di awal usia 40. Banyak yang mengatakan kalau kali ini ia mengalami Down Grade. mengingat mantan suaminya yang pengusaha sukses. Namun saat ketika kedua anaknya malah lebih dek...