Title : Bon Bon ChocolatAuthor : misseubyun
Lenght : 966 words
Genre : Friendship, fluff
Disclaimer : Kim Wonpil is belong to God, his parents and JYPE. The OC is belong to me. Berhubung aku bukan tenaga kesehatan atau orang yang mempelajari tentang kesehatan, harap dimaklumi bila ada kesalahan penjabaran ya. Thankyou and happy reading!
Bagi sebagian orang, musim dingin di bulan Februari adalah satu dari sekian banyak momentum yang paling ditunggu-tunggu. Tidak sedikit dari film dan buku bacaan yang merepresentasikan bulan Februari dengan jalanan bersalju, hari kasih sayang, cokelat-cokelat edisi terbatas, bahkan syal rajutan tangan yang hangat seakan-akan musim dingin dan bulan Februari ditakdirkan untuk menjadi satu kesatuan dengan nilai romantisme yang tinggi.
Namun Jung Jinhee, gadis berambut kecokelatan yang sedang menatap jauh ke luar dinding kaca rumah sakit itu sama sekali tidak pernah setuju dengan perpaduan sempurna musim dingin dan bulan Februari. Dari cerita yang Jinhee dapatkan, dua tahun lalu, tepat pada musim dingin di bulan Februari, ia terlibat dalam sebuah kecelakaan lalu lintas yang menjadi asal mula kerusakan kemampuan daya ingatnya. Sejak hari itu Jinhee tidak bisa mengingat hal-hal yang baru saja ia alami. Amnesia anterograde, begitulah dokter mendiagnosanya.
Amnesia jenis ini mengharuskan orang-orang di sekitar Jinhee untuk memberitahu kembali kejadian penting apa saja yang terjadi sehari atau bahkan beberapa jam sebelumnya. Amnesia ini jugalah yang menjadi hambatan terbesar Jinhee untuk melanjutkan studinya sebagai seorang mahasiswi administrasi publik di salah satu universitas ternama di kota Seoul.
Menghadapi Jung Jinhee dan amnesia anterograde yang ia derita benar-benar butuh kesabaran yang luar biasa ekstra. Apalagi bagi para tenaga medis yang bersedia menangani terapinya.
“Jung Jinhee! ” sebuah suara yang terdengar sangat familiar dari arah belakang membuat Jinhee spontan membalikkan badan. Detik selanjutnya gadis itu mengulas sebentuk senyum tipis, menyambut kedatangan laki-laki dalam balutan jas putih dengan ID card bertuliskan Kim Wonpil selaku oknum yang baru saja memanggil namanya.
“Maaf membuatmu menunggu. ” ucap Wonpil sesaat setelah ia menapakkan kakinya sekitar satu meter di hadapan Jinhee. Tak lupa ia melepaskan cengiran khasnya di akhir kalimat demi mengusir atmosfer canggung yang sempat tercipta. Sedangkan Jinhee, gadis itu tampak mengerutkan dahinya bingung alih-alih merespon permintaan maaf dari Wonpil. Apalagi alasannya kalau bukan karena dirinya yang tidak mengingat apapun saat Wonpil memintanya menunggu untuk ikut membantu seorang pasien gawat darurat di IGD setengah jam yang lalu.
Menyadari gerak-gerik yang selalu Jinhee tunjukkan ketika ia terlupa, Wonpil menghela napasnya perlahan. Laki-laki itu kemudian membenarkan posisi jas putihnya sebelum menggandeng tangan Jinhee untuk keluar dari gedung rumah sakit. “Tak perlu terlalu kau pikirkan, ayo pulang. ”
“Ah, iya.” Jinhee berujar setuju. Ia lalu menyejajarkan langkahnya dengan langkah Wonpil agar keduanya dapat berjalan secara beriringan.
Sebagai tetangga dan teman sejak kecil, Jinhee dan Wonpil bisa dibilang sangat dekat. Bersekolah di tempat yang sama selama belasan tahun dan mempunyai banyak kebiasaan yang serupa lebih dari cukup untuk menjadikan Jinhee dan Wonpil saling bergantung satu sama lain. Terlebih lagi saat masih kecil dulu, orangtua Wonpil sering menitipkannya di rumah Jinhee karena terlalu sibuk bekerja.
Meskipun begitu, Jinhee dan Wonpil tentu memiliki beberapa perbedaan yang cukup signifikan. Dalam minat pendidikan saja misalnya; Jinhee senang mempelajari ilmu sosial humaniora sementara Wonpil lebih menyukai ilmu sains dan teknologi. Inilah yang kemudian menjadikan Jinhee dan Wonpil harus melanjutkan pendidikan masing-masing di universitas berbeda dengan jurusan yang berbeda pula.
“Apa terapimu hari ini menyenangkan? ” Wonpil membuka konversasi begitu ia dan Jinhee telah duduk dengan nyaman di dalam kabin mobil. Laki-laki itu lalu menghidupkan mesin mobil dan mengatur kada spion sembari menunggu jawaban dari Jinhee yang sedang memasang sabuk pengaman di tempat duduknya.
“Yah ... sepertinya begitu. ” jawab Jinhee ragu, namun tetap diikuti oleh sebuah senyum manis di akhir kalimatnya. Wonpil sendiri mengangguk maklum sebagai respon. Adalah wajar menerima jawaban yang tidak sesuai ekspetasi dari Jinhee mengenai hal-hal yang ia lakukan beberapa jam sebelumnya. Gadis bermarga Jung itu belum lama ini setuju untuk mengikuti beberapa rangkaian terapi okupasi untuk pemulihan daya ingatnya. Omong-omong, Wonpil lah oknum yang berhasil membujuk Jinhee untuk melakukan terapi. Ia benar-benar menjalakan perannya sebagai seorang teman dekat dan seorang dokter residen dengan sangat baik.
“Woah, kenapa banyak sekali iklan cokelat edisi terbatas hari ini? ” komentar Wonpil penasaran setelah matanya beberapa kali menemukan papan iklan yang menawarkan hal yang sama di sepanjang jalan.
“Kurasa hari ini Valentine. ” ujar Jinhee yang baru saja selesai memeriksa tanggal di kalender ponselnya. Detik selanjutnya gadis berambut kecokelatan itu terdiam begitu netranya menemukan sebuah catatan yang disematkan di bagian bawah aplikasi kalender ponselnya. Catatan tersebut memberitahu Jinhee bahwa kotak berwarna beige yang ia bawa di dalam tasnya ditujukan untuk Wonpil. Kalau saja Jinhee tidak membaca catatan tersebut, ia pasti akan terlupa memberikan kotak berisi cokelat bonbon itu pada Wonpil dan berakhir kebingungan karena terus memikirkan alasannya membawa kotak itu seharian.
“Wonpil-ah. ”
“Ya? ” Wonpil yang kebetulan sudah selesai memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah Jinhee merespon panggilan gadis itu seraya menoleh dengan senyum manisnya.
“Aku membuat sesuatu untukmu. ”
“Kau ingat membuatnya untukku? ” tanya Wonpil antusias saat Jinhee mengeluarkan kotak beige tersebut dari dalam tasnya.
Jinhee sendiri melepaskan sebuah kekehan garing sebelum menjawab, “tadinya tidak. Tapi aku mencatatnya dengan sangat detail di ponselku. ”
Wonpil tersenyum senang sebagai respon. Meskipun pada awalnya Jinhee sangat bersikeras untuk menolak mengikuti rangkaian terapi okupasi yang ditawarkan oleh orang-orang di sekitarnya, setidaknya kali ini Wonpil bisa melihat kesungguhan gadis itu berjuang untuk terbebas dari amnesia anterograde yang ia derita. Lega sekali rasanya, batin Wonpil.
“Omong-omong apa aku boleh mencoba bonbon ini sekarang? ” Jinhee mengangguk, mempersilahkan. Ia kemudian memutar sedikit posisi duduknya ke arah kiri agar dapat melihat langsung reaksi Wonpil saat cokelat bonbon dengan isian jeruk itu masuk dan meleleh di dalam mulutnya.
“Daebak—” Wonpil terkesima dengan rasa manis dan asam yang secara bersamaan mulai memenuhi indra perasanya.
“Selamat hari Valentine, Kim Wonpil! Terimakasih karena sudah melakukan banyak hal untukku, hehe. ” ucap Jinhee tanpa melunturkan senyumannya yang terukir sejak awal Wonpil memberikan reaksi yang ia harapkan saat memakan cokelat bonbon buatannya.
Wonpil sendiri membalas senyum Jinhee dan menepuk bahu gadis itu beberapa kali seraya berujar, “kau juga. ”
“Selamat hari Valentine juga untukmu, Jinhee-ya. Terimakasih karena sudah bertahan dan berjuang sejauh ini. ”
•
Thanks for reading, fellas. See you on the next project^^!
KAMU SEDANG MEMBACA
Valentine With Day6
FanfictionKalian gak tahu besok mau ngerayain hari Valentine sama siapa? Yok, ngerayain bareng Day6 bersama dengan Haruthors! Happy Valentine Day all!