#15

355 14 5
                                    

••• Pikiran itu seperti parasut, tidak akan berfungsi kecuali terbuka. ~Frark Zappa •••


👑👑👑

Tidak mengubah takdir. Kebut-kebutan dijalan tadi ternyata tidak menghasilkan hasil yang memuaskan. Tetap saja, gerbang megah SMA Garuda sudah tertutup. Mungkin ini yang dinamakan perjuangan mengkhianati hasil. Sebenarnya hal tersebut wajar karna waktu sudah menunjukkan pukul 07.23.

"Ash sial, kambing, kampang, pig, udah ketutup lagi gerbangnya!" umpat Farel.

"Seharusnya yang ngumpat gue, bangunin kalian kaya bangunin orang mati." timpal Dewa.

"Yahh masih aja sewot, Wa. Baperan lo ah kaya eneng-eneng." Arfan menyengir lebar.

"Pak, buka gerbangnya pak!" pinta Arsen.

"PAK BUKAIN DONG, KITA MAU MASUK, MAU BELAJAR, NGGAK BAIK LOH MENGHALANGI ORANG MENUNTUT ILMU!" teriak Arfan lantang.

"Pak Karyo! Bukain ini!" panggil Dimas kepada sang satpam yang sedang membaca koran, mengabaikan keenam siswa yang berisik menggoyang-goyangkan pagar.

Ditengah-tengah temannya yang sibuk merayu satpam, Dewa bersandar santai dimotornya. Biarlah mereka saja yang repot-repot membujuk satpam karena Dewa sudah repot-repot membangunkan mereka.

"Pak, nanti kita traktir kopi sama nasi deh! Kalau gitu kan, bapak untung kita juga untung." nego Bima.

"PAK, ELAH PAK! AYOLAH, KITA TELAT JUGA CUMA SEKALI!" teriak Arfan.

Satpam bernama Pak Karyo itu mendekat, "Sekali? Sekali gigi kau goyang. Saya sampai bosan lho, buka tutup gerbang cuma buat kalian masuk! Dari dulu kok punya hobi telat sekolah!".

"Dipikir kursi kali ya goyang." dumel Arfan.

Dari kejauhan nampak guru piket menghampiri pagar utama yang terlihat ricuh. Sepertinya, untuk kali ini dewi fortuna sedang memihak kepada keenam siswa bengal tersebut.

"Buka gerbangnya, pak. Biar mereka masuk." perintah Bu Ika, guru piket.

"ALHAMDULILLAH."

"Ettts, mau kemana? Saya belum selesai bicara." peringat Bu Rika yang melihat keenamnya hampir nyelonong pergi.

"Dewa, kamu sekarang ke ruang kepala sekolah menghadap kepala sekolah dan guru bimbingan mapel. Untuk kalian berlima, hormat bendera dilapangan sampai jam ketiga habis." perintah Bu Ika.

"Yahh, cuma kita berlima nih bu? Dewa nya enggak? Gini nih derita temenan sama anak kesayangan guru." celutuk Farel.

"M a m p u s." ejek Dewa, melihat temannya seperti itu semacam kepuasan tersendiri baginya.

"Gak bisa gitu dong, bu. Gak adil namanya." sebal Bima.

"Gimana kalau nanti aja, bu? Kita ada jamnya Pak Samto."

"Nah, betul tuh kata Arsen."

"Gak ada bantahan. Kerjakan sekarang!" tegas Bu Ika.

"Tapi, bu, nan---"

"SE-KA-RANG!!!"

Perintah mutlak, tidak bisa diganggu gugat. Kelimanya ngacir berlari ke lapangan utama.

Koridor-koridor sudah sepi menandakan pembelajaran memang sudah dimulai, tidak ada lagi siswa berkeluyuran. Dewa berjalan dengan langkah ringan menuju ruang kepala sekolah.

DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang