"Bangunlah nak, hari sudah siang...."
Tubuhku terperanjat mendengarnya, mata yang semula terpejam terbuka lebar menatap sekeliling.
Sinar mentari telah menyeruak penuh di kamarku. Kutatap Si tua yang tadi memabngunkan tidurku.
Benar kata Si tua, aku kesiangan.Aku berjalan meninggalkan Si tua yang masih terus tersenyum ke arah ku.
Ruang tamu, itu tujuanku.
Kakiku berhenti pada kursi kayu panjang dengan ukiran naga di setiap sudutnya.
Aku menyandarkan punggung yang entah mengapa terasa begitu lelah. Sedang Si tua tetap berdiri di sampingku."Duduklah jika kau berkenan"
Dengan sigap Si tua menuruti perintahku, dan jangan lupakan senyum yang selalu menyertainya.Lama aku termenung hingga tersadar dengan satu hal.
"Apa aku di rumah?"
Si tua hanya membalas dengan senyumannya.Ah, yang benar saja. Bukankah aku tadi tertidur se usai tahajjud di pondok. ......,Batinku.
Atau mungkin aku hanya bermimpi sudah kemabali ke pondok..........,Batinku lagi.
Aku tak lagi menghiraukan fikiranku.
Pandanganku tertuju pada pada halaman samping rumahku.
Tanah yang basah, begitu juga dengan rumput yang terlihat seperti baru saja tersiram hujan.
Sesekali aku tersenyum melihat ayam yang mencoba menggapai laron terbang.
Ya, sudah biasa aku melihat hal ini. Termasuk laron ataupun hewan yang muncul setiap musim hujan seperti sekarang."Apakah tadi malam hujan?"
Tanyaku mencoba mencairkan suasana, karna sejatinya aku sudah tau dengan jawabannya.
Hanya saja aku ingin memulai pembicaraan dengan Si tua.
Namun sayang, lagi lagi Si tua hanya membalasku dengan senyuman."Lalu, mengapa tidak membangunkanku?" Tanyaku lagi.
"Tidurmu terlalu nyenyak nak, tak tega jika harus kubangunkan"
Terdapat kelegaan di dada tatkala Si tua menjawabku dengan suara."Apakah kau menyukai hujan?".
Si tua kembali membuka suaranya.
"Tentu saja" jawabku kemudian.
"Kenapa?, bukankah kebanyakan orang membenci hujan".
Aku sedikit mendengus mendengar pertanyaan sekaligus pernyataan Si tua.
Selalu seperti itu tatkala sesorang bertanya tentang hujan kepadaku."Entahlah, kurasa tidak semua yang kita sukai harus beralasan. Dan tentang mereka yang tidak menyukai hujan, ku rasa mereka kurang menikmati rintik hujan yang mereka lihat".
"Bagaimana jika hari ini kamu adalah alasan hujan turun?"
Si tua kembali bertanya tentang hujan."Mana mungkin, jika itu benar terjadi tentu saja dengan senang hati aku menunggunya".
Si tua tersenyum, seolah merasa lega dengan jawabanku."Baiklah nak, sepertinya sudah waktunya kita pergi" ucap Si tua.
"Pergi?? Kemana??".
Gimana udah pada bosen ya.....
Baca ceritaku, jangan dulu dong..
Aku masih butuh vote sama coment temen2 nih, buat penyemangatku nulis.So, don't leave me
And don't forget your voment....
![](https://img.wattpad.com/cover/214578536-288-k143699.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN TADI MALAM
Short Story"Apakah tadi malam hujan?" Tanyaku. Si Tua mengangguk sembari tersenyum. "Mengapa tidak membangunkanku?" "Tidurmu terlalu lelap, tak tega jika membangunkanmu" Kali ini si Tua bersuara. _Ketika aku menjadi alasan turunnya hujan_