Bagian 1

21.6K 832 11
                                    

Lagi-lagi suara menyebalkan itu terdengar oleh sang 'Alam' api

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi-lagi suara menyebalkan itu terdengar oleh sang 'Alam' api. Ia berusaha mengabaikan tapi dipandang bagus. Mungkinkah dunia ini sudah kiamat? Sepertinya gadis-gadis di belakangnya tidak henti-henti meneriaki namanya. Salahkan dirinya sendiri karna tidak menjawab panggilan mereka.

Karna jenuh dan kesal. Ia pun kembali ke kamarnya. Perjalanan ke kamarnya, ia bertemu Josh Dher.

"Hai Noah," kata Josh.

"Kau..." kata Noah sambil berjalan melewatinya.

"Ya ampun. Keluarga Dracred itu sombong sekali," kata Josh mencoba cari masalah.

"Terima kasih. Tapi kau lupa bahwa keluarga Dracred tidak suka mencari masalah," kata Noah.

"Oh... tidak suka ya," kata Josh.

"Ya. Kami lebih suka menerima. Apa pun yang kami lakukan, banyak yang akan memperhatikan kami. Kau salah satu contohnya," kata Noah.

"Aku? Maaf saja... ada banyak hal yang jauh lebih penting dari pada memperhatikanmu," kata Josh kemudian berjalan kembali ke kamarnya yang berada di lantai dua.

Noah yang mengabaikan kata-kata Josh, kembali berjalan ke arah kamarnya.

.o.O.W.O.o.

Noah terbangun untuk kesekian kalinya. Mimpi yang ia lihat bukan mimpi buruk yang diberikan Pitch Black. Tapi mimpi indah. Tapi sekian kalinya ia bermimpi hal yang sama, maka sekian kalinya pula ia akan terbangun. Noah merasa ia tidak punya hak untuk memimpikannya. Walau sebenarnya ialah yang seharusnya memiliki hak untuk bermimpi. Semua orang memiliki mimpi. Tentu saja dalam arti yang berbeda.

Noah kembali tidur walau matanya tidak ia pejamkan. Langit-langit kamar yang di dominasi oleh warna matahari. Padahal di rumahnya, merah adalah warna api. Tapi di sini berbeda. Tentu saja Noah tahu alasannya. Di Kelas Malam sudah diajarkan tentang makna api sebelum belajar mengendalikan 'Alam' seperti biasanya.

Api berwarna orange seperti matahari. Panas dan memberi perubahan setiap waktunya. Mungkin orange memiliki makna tersendiri. Tapi Noah menyimpulkan bahwa warna ini adalah kobaran dari ujung api.

Noah bangkit dari kasurnya dan pergi menuju TB-nya. Iseng-iseng saja, Noah mulai membaca semua pesan dari para penggemarnya --para gadis--. Hampir semua isi pesan tersebut berisi ajakan. Sepertinya akan ada konser di daerah Helim. Konser penyanyi Atlantiska.

Setelah membaca semua pesan tersebut, Noah pun menghapus semuanya tanpa menjawab ajakan mereka. Ketika Noah hendak mematikan TB-nya, tiba-tiba ada pesan masuk. Awalnya Noah ingin langsung menghapus pesan tersebut, tapi niatnya ia urungkan ketika melihat logo pesan tersebut.

Noah membaca pesan itu sambil mendengus kesal dan kemudian mematikan TB-nya tanpa menghapus pesan tersebut terlebih dahulu. Ia kembali menghempaskan tubuhnya di kasur. Ia memang merasa lelah dan mungkin juga para pemain lainnya juga, kecuali Josh yang terlihat masih semangat.

Walau pertandingan telah selesai tapi musim panas masih lama. Kepalanya yang sudah pusing segera memaksa matanya tertidur. Biarlah mimpi itu datang kembali. Izinkan hatinya memiliki mimpi itu. Secara nyata dan bayangan.

.o.O.W.O.o.

Inna tidak suka ketika melihat Rey kembali memejamkan matanya. Rey sangat terobsesi dalam mengendalikan petir merah, itulah yang dipikirkan Inna. Tapi Rey memiliki hal lain yang tidak ia sampaikan kepada sahabat kecilnya.

"Hey. Kalian sudah dengar belum?" tanya Ben yang akhirnya sampai di atas atap. Dimana Noah, Inna, dan Rey menunggu Ben.

"Apa?" tanya Inna.

"Ada guru baru. Guru seni. Aku dengar dia akan mulai mengajar musim gugur tahun ini," kata Ben.

"Oh... dan aku ada berita untuk kita semua. Jadi dengarkan!" kata Inna berbicara keras untuk membangunkan Rey. Rey yang sudah bangun dari meditasinya segera melihat ke arah Inna.

"Ok. Aku baru diberi tahu bahwa tahap ketiga sudah dimulai dari 2 hari yang lalu..."

"Apa?" teriak Noah kaget. Tentu saja kaget. Mereka semua bersantai selama liburan musim panas yang tinggal menghitung hari ini dan tiba-tiba tahapan ketiga sudah dimulai.

"... diam ok. Alasan aku tidak memberi tahu kalian semua karna bukan waktu yang tepat. Kita semua lelah. Selain itu juga tahapan ini juga cukup susah," kata Inna.

"Baiklah Inna. Teruskan, jangan buang-buang waktu," kata Rey yang diberi Inna tatapan kesal.

"Tahapannya kita akan membuat video atau mungkin film... tentang rumah kita. Hanya perlu menunjukan 1 tempat spesial dari rumah kita. Karna kita pemain Tessera sudah diberi tugas, itu berarti kita diperbolehkan keluar dari sekolah," kata Inna senang.

"Ok... berapa lama?" tanya Noah.

"Selama liburan musim panas dan ditambah 3 hari ketika musim gugur. Jadi... ya... 2 minggu deh. Tapi setelah 3 hari. Kita harus langsung mengumpulkan videonya dan kembali belajar seperti biasa..." kata Inna sedikit bosan diakhir kalimatnya.

"Pertandingan musim gugur?" tanya Noah.

"Tidak ada informasi," jawab Inna.

"Ok. Kita akan pergi. Sebelum itu rumah siapa yang duluan kita kunjungi?" tanya Ben.

"Aku terakhir," kata Noah. Anggota lainnya cukup paham alasan kenapa rumah Noah menjadi kunjungan terakhir mereka.

"Aku ketiga saja deh," kata Ben.

"Kenapa?" tanya Rey. Sepertinya Rey mengharapkan agar ia berada di nomor 3.

"Rumahku di daerah Helim. Cukup jauh. Oh... mungkin kita bisa nonton konser Atlantis," kata Ben.

"Setuju," kata Noah menjawab duluan, sebelum kedua temannya --Inna dan Rey-- membantah.

"Ok deh... aku nomor du..."

"Aku nomor dua!" kata Inna. Terjadi adu mulut dari kedua sahabat itu hingga Ben mengusulkan rumah yang dekat dari sekolah, maka menjadi rumah yang pertama kali dikunjungi.

"Rumahku di daerah Ukrea," jawab kedua sahabat itu.

"Kalau begitu rumah yang lebih dekat," kata Noah.

"Kami satu tetangga," kata keduanya sekali lagi.

"Yang paling dekat siapa?!" tanya Ben frustasi.

"A...ku..." kata Inna pasrah.

"Sudah ditetapkan," kata Noah.

"Oh ya... aku baru ingat. Kita memang pemain tapi kita dilarang membawa kendaraan selain itu juga siapa pengawas kita. Kita masih kelas satu," kata Inna berusaha mencari alasan.

"Jangan sok gak tahu deh..." kata Ben tahu taktik Inna.

"Kita kan ada Yhogi," kata Noah membuat Inna pasrah sekali lagi.

"Ayolah Inna. Kau pasti tahukan kata-kata orang," kata Rey mencoba menyemangati Inna.

"Apa?"

"Ladies first."


Avrora : Fire HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang