Bagian 3

7.5K 677 9
                                    

Di kamar gelap tersebut. Hanya Noah yang tidak tertidur. Ia malah menatap cahaya berenang di atas sana. Duduk di jendela sambil membayangkan masa lalu.

Baru saja satu wajah muncul dibenaknya, Noah segera menghilangkan wajah tersebut. Wajah seorang gadis kecil yang dicintainya.

Noah pun secara tiba-tiba menoleh kearah pintu karna ia merasakan sesuatu. Dan dugaannya benar. Inna berdiri di depan pintu sambil membawa dua gelas ditangannya. Noah tahu kenapa Inna disana dan Noah pun keluar dari kamar tersebut dan mengikuti Inna.

.o.O.W.O.o.

"Kau tak apa-apa?" tanya Inna sambil memberikan gelas yang berisikan teh. Memang benar bahwa mereka berdua saat ini tengah berada di teras rumah Inna. Tempat yang sama dimana Inna menceritakan tempat spesialnya.

"Sedikit lelah," kata Noah.

"Lelah tapi tidak tidur?" tanya Inna.

"Ok... aku memang tidak bisa tidur," kata Noah.

"Aku tidak bertanya kenapa kau tidak bisa tidur. Aku bertanya apakah kau tak apa-apa? Jawabannya sangat singkat Noah. Iya atau tidak," kata Inna.

"Tidak," kata Noah. Inna pun terdiam cukup lama untuk menunggu Noah berbicara. Hingga Noah yang tidak suka kesunyian itu pun, mulai membuka mulutnya.

"Apa?" tanya Noah.

"Ya ampun. Kau tidak mau cerita?"

"Kenapa?"

"... Noah, kalau kau memang ingin menceritakan sesuatu. Cukup bilang saja," kata Inna meminum tehnya.

"Aku tidak apa-apa,"

"Kata 'tidak' dalam artian 'iya'. Selain itu juga, kau menjawab pertanyaan pertamaku tidak sesuai dengan yang aku harapkan... itu berarti ada apa-apa," kata Inna sebisa mungkin untuk tenang.

"Ok. Kau ingin tahu aku kenapa? Dengar! Aku bukannya tidak bisa tidur. Aku tidak mau tidur," kata Noah.

"Cukup aneh. Kau hampir mirip putri tidur saja,"

"Huh?"

"Kau tahu. Putri tidur itu setelah bangun dari ribuan tahun pasti susah untuk tidur lagi. Bisa dibilang ketakutan," kata Inna meminum tehnya lagi.

"Oh ya? Kau seperti pernah melihatnya saja," kata Noah.

"Tidak. Tapi mereka menceritakannya," kata Inna menunjuk kearah cahaya berenang.

"... melalui hp? Email?" tanya Noah bosan.

"Tehmu bisa dingin kalau tidak diminum!" kata Inna kesal dengan kata-kata asal Noah. Noah pun menatap tehnya, dan kemudian menatap langit diatas sana. Noah pun meminum tehnya sambil menghirup aroma musim panas yang sebentar lagi akan segera berakhir.

"Gadis ini... dia teman masa kecil ku..." kata Noah mulai terbuka.

"O... cinta huh? Jadi ini alasan kau tidak menerima ajakan para gadis,"

"Dari mana kau tahu? Jangan bilang kau salah satu dari mereka," kata Noah menggoda Inna.

"Tidak! Temanku banyak yang menyukaimu. Terutama Rebecca," kata Inna.

"Lanjutkan!" kata Inna tidak suka dengan tatapan Noah yang sepertinya menuduh Inna berbohong.

"Tentu saja tidak, kau menyukai Al... jadi begini, sebenarnya gadis ini kehilangan salah satu keluarganya... kau bisa menyimpulkan dia dari keluarga mana," kata Noah.

"Ok,"

"Aku membantunya, dan semakin aku membantunya. Aku semakin menyukainya... bahkan ketika aku tidak pernah bertemu dengannya saat itu, aku bahkan mencintainya," kata Noah sedikit malu dengan kata-katanya.

"Saat itu? Berarti sekarang kau menemuinya?" tanya Inna.

"Ya. Aku sangat senang. Tapi aku sadar bahwa sampai sekarang, ia belum menemukan keluarganya. Aku ingin membantunya. Tapi aku tidak bisa," kata Noah. Inna bahkan mendengar suara getar Noah. Seakan ia menahan sesuatu.

"Aku sangat menyayanginya. Bahkan mencintainya. Tapi aku rasa ini bukan waktu yang tepat. Aku berpikir untuk mencari keluarganya tanpa sepengetahuannya, tapi aku bisa apa? Keluargaku tidak akan mau membantuku. Mereka bahkan akan berpikir yang aku lakukan sangat kekanak-kanakan. Aku tidak memiliki sekutu... sekutu yang dapat membantuku..." kata Noah.

"Minumlah tehnya," kata Inna. Noah dan Inna pun meminum teh mereka, hingga Inna merasakan sesuatu. Sebuah cerita.

"Noah..."

"Ya?"

"Kau terpilih menjadi salah satu pewaris..." kata Inna melihat kearah mata Noah.

"Jika kau terpilih. Kau memiliki sekutu..."

.o.O.W.O.o.

Di kamar tempat para laki-laki tidur di rumah Inna. Di sana ada Yhogi yang sedang melihat Noah dan Inna di teras melalui alat miliknya yang mirip seperti cermin. Kata-kata yang Inna katakan sangat membuat semangat Noah muncul. Tapi juga sudah membuat sebuah api yang besar. Seharusnya air tidak dapat membuat api. Tapi sayangnya bagi Avrora, apapun bisa terjadi.

"Tidak Inna. Jangan pernah main-main dengan bangsawan. Mereka jauh lebih jahat dari pada Fotia," kata Yhogi yang kata-katanya dapat didengar Rey dibalik selimutnya.


Avrora : Fire HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang