Bagian 2

9.1K 708 10
                                    

Noah mendengar lagu Atlantiska di seluruh lorong asramanya. Dan lagu inilah yang menjadi alaram bangun paginya. Padahal Noah bisa tertidur dengan tenang layaknya putri tidur. Tapi semua ketenangannya hilang oleh sang penyanyi legendaris. Keuntungan dari itu semua, ia dapat bangun dari kehampaan. Ya... jauh lebih baik dari pada ia tidur tanpa kenangan atau mungkin mimpi untuk dilihatnya ketika menutup mata. Benar-benar jauh lebih baik.

.o.O.W.O.o.

"Bolehkan kalau aku duduk di sini?" tanya Josh sambil membawa nampan sarapannya.

"Kau? Kenapa kau masih di sini?" tanya Noah. Josh pun duduk di depan Noah.

"Kenapa? Hn... kalau di ingat-ingat, hari ini bukan jadwal ku syuting di rumah," kata Josh.

"Jadi kalian tidak pergi bersama-sama," kata Noah sambil meminum susunya. Di ruang makan asramanya hanya sedikit orang yang berada disana. Kemungkinan ada yang membuat makan mereka sendiri di kamar atau juga ada yang masih tidur. Sangat membosankan. Seharusnya sekolah ini di liburkan. Terima kasih atas fasilitas lengkap yang mereka berikan.

"Seperti itulah. Hey aku dengar dari Emerlad. Kau terpilih menjadi salah satu..."

"Dasar! Mulut cewek itu seperti ember," kata Noah memotong perkataan Josh.

"Hey. Tenang. Kalau aku boleh bertanya kenapa kau belum pergi membuat vidio? Belum waktunya?" tanya Josh, kemudian memakan sarapannya.

"Sore nanti. Kami pergi ke rumah Inna," kata Noah. Josh pun melirik para penggemar Noah dibelakang Noah sambil menatap malu-malu kucing. Josh bahkan mendengar mereka membicarakan mereka berdua --Josh dan Noah-- seperti pangeran dari dongeng-dongeng. Mendengarnya saja Josh ingin tertawa, tapi ia tahan demi menjaga acara bicaranya dengan Noah. Imajinasi yang luar biasa.

"Kau tahu Noah. Kau harus cari cewek sekarang. Banyak lo yang suka sama kau," kata Josh basa-basi.

"Aku sudah ada, selain itu juga kau yang harusnya mencari. Sudah kelas dua tapi masih saja tidak laku-laku," kata Noah sambil membawa nampannya yang dimana ada piring dan gelas yang sudah kosong.

"Hey!. Aku bukannya gak la... ekh... hey! Noah!" panggil Josh sambil berteriak hingga beberapa anak dari 'Alam' api melihat kearahnya. Karna Noah sudah hilang dari publik. Josh pun meminum susunya sampai habis.

"Dracred!"

.o.O.W.O.o.

Mereka duduk di sofa empuk dengan ketenangan yang membingungkan. Noah diam seperti biasanya. Rey diam karna ia sudah terbiasa di rumah Inna. Yhogi memang diam tapi matanya melihat-lihat tiap ukiran rumah Inna yang memiliki gaya ala victoria. Sedangkan Ben diam karna gugup entah kenapa. Inna kembali dengan beberapa pelayan yang membawa teh. Ketika teh itu sudah di siapkan pelayan, tangan Ben hendak meminum tehnya jika saja Inna tidak menghentikannya.

"Eith... minuman ini akan di minum ketika malam hari dan kita akan duduk di teras rumah. Jangan ada yang minum sebelum aku suruh," kata Inna sambil membawa minumannya. Begitu juga dengan yang lainnya. Yhogi segera memasang kamera dekat dengan Inna.

"Apa perlu kita tunggu sampai malam hari?" tanya Ben.

"Tentu saja. Jika tidak percaya tanyakan saja pada Rey," kata Inna.

"Sial kau Inna. Padahal tempat seperti ini yang ingin aku tunjukan," kata Rey mengigit jari.

"Kau ingat kata-kata orang..." kata Inna sambil berjalan kearahnya.

"... ladies first," kata Inna.

"Oh... kau pasti lupa tentang... man lead?" kata Rey.

"Terserah deh. Yang penting bagian ini sudah jadi miliku," kata Inna.

"Ok kalian berdua. Itu cukup. Inna sebentar lagi malam. Kau tahu kan harus apa?" tanya Yhogi.

"Tentu saja. Oh... kalian boleh minum ketika cahaya berenang," kata Inna. Membuat temannya bingung. Ben mencoba bertanya kepada Rey, tapi Rey tetap diam karna tidak mau merusak suasana. Kemudian matahari mulai terbenam. Yhogi pun memberi aba-aba pada Inna untuk memulai menceritakan tempatnya. Semua anggota lainnya berada jauh dari kamera.

"Ehem... hai... em... saya Innadellona Swans. Kalian bisa memanggilku Inna. Saat ini saya berada di teras rumah di malam hari jika kalian ingin tahu," kata Inna memulai pembukaan dalam acara berceritanya, kemudian ia berhenti dalam jeda yang cukup lama.

"Ya... teras rumah inilah tempatku berbagi kisah. Dimana cerita masa kecilku berputar seperti film hitam putih. Kenangan itulah yang membuatku ingin tetap berada di sini. Alasanku ingin pulang dan pergi dari rumah. Musim semi ketika bunga bermekaran. Musim panas ketika matahari bersinar. Musim gugur ketika angin berhembusan. Musim dingin ketika salju berterbangan. Musim hujan ketika seseorang memberi kehangatan," kata Inna sedikit tersenyum.

"Ibuku suka bercerita disini. Ibuku melakukan itu karna ada suatu alasan... alasannya karna... ada cahaya yang berenang di samudra langit," kata Inna sambil menunjuk ke arah langit. Di atas langit muncul cahaya terang yang bergerak cepat di atas langit. Ada banyak sekali, mungkin miliyaran. Cahaya itu bagaikan ikan yang berenang. Yhogi segera mengarahkan kamera tersebut ke atas langit. Kemudian kembali lagi merekam Inna.

"Ibuku bilang, ketika kita meminum teh di bawah cahaya tersebut. Maka ada sebuah kisah di baliknya. Cahaya cantik ini sangat membuatku senang. Senang karna seakan membawa memoriku kembali. Dan mungkin... memori itulah yang ibuku katakan sebagai kisah di baliknya," kata Inna tersenyum.

"Ok. Cukup," kata Yhogi menutup kameranya. Kemudian ia meminum tehnya.

"Kau benar Inna..." kata Yhogi menatap tehnya.

"...Ada kisah di baliknya," lanjut Yhogi.



Avrora : Fire HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang