6. Lepas

3K 221 11
                                    

BACAAN DEWASA
JADILAH PEMBACA YANG BIJAK
JIKA BELUM CUKUP UMUR,
SILAKAN MUNDUR DARI DUNIA PERSILATAN SATU INI.

HAPPY READING....

Gab mencumbunya, tidak segan-segan mencengkram bokong Solen. Mereka kembali berciuman dan tanpa Solen sadari, Gab telah membantunya melepas celana jinsnya.

"Buka bajumu." pinta Solen karena dia merindukan tubuh liat itu.

"Belum saatnya." Gab mendorongnya pelan hingga dia terduduk di sofa. Ia menjadi semakin bingung saat Gab berlutut hadapannya. Pria itu membawa kaki Solen ke bahunya. Lalu memberikan kecupan di sepanjang paha dalamnya yang sanggup membuat napas Solen berhenti. Mata Gab tidak pernah meninggalkannya, tatapan itu lagi. Pria di hadapannya bukanlah Gab sahabatnya, tapi Gab yang mampu memuaskan pasangan kencannya.

Ia menarik lepas celana dalam Solen, dan untuk pertama kalinya Gab melihat cela di antara kaki Solen. Pink pucat, karena kulit putih solen, dihiasi klit yang menggemaskan. Saat momen pertama mereka dulu, ia hanya pernah menyentuhnya, ia bisa membayangkannya, tapi ini jauh lebih nyata. Gab tidak menahan dirinya lagi, dia menenggelamkan kepalanya di antara kaki Solen yang terbuka. Wanita itu terkesiap dan menjambak rambut ikal Gab.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Solen panik sekaligus terangsang. Gab tidak menjawabnya tentu saja. Pria itu sedang mencumbu kewanitaan Solen. Awalnya ia merasa geli, lalu ia mulai mendesah, panas bibir dan hisapan Gab pada kewanitaannya membuatnya menggelinjang nikmat. Lalu lidah itu menjilatnya di sana, mulut itu melahapnya, melumat dan terus melumat. Solen pikir ia akan meledak sebentar lagi, tapi Gab mengundurkan dirinya.

"Gab," panggilnya mengikuti naluri. Ia mencoba meraih pria itu dan Gab memang menghampirinya. Ia memberi Solen ciuman mesra lalu membuat Solen tersentak saat jemarinya meluncur masuk ke vagina Solen.

"Bagaimana?" tanya Gab nakal di sela ciuman mereka. Pria itu tersenyum bangga sebelum menurunkan kepalanya. Ia mencumbu leher Solen lalu turun ke payudara wanita itu, menggigit lembut puting Solen lalu mengulumnya lalu berganti ke payudara sebelahnya. Solen merasa begitu terangsang, basah dan binal. Ia telanjang, Kakinya yang terbuka lebar, memberi akses dengan mudah kepada Gab untuk mengeksplorasinya. Pria itu bahkan masih berpakaian lengkap, sementara dirinya hampir meledak. Dan kembali, Gab berhenti ketika Solen berpikir ia akan mencapai orgasme pertamanya malam ini.

"Kau membuatku frustasi." Solen berusaha meraih Gab tapi pria itu menghindar dan tertawa pelan.

"Aku tidak akan melakukannya di sofa. Kamu butuh ranjang untuk pengalaman pertamamu." Gab menariknya berdiri, mengangkatnya dengan mudah, lalu membaringkannya dengan lebut di atas ranjang. Mata Gab bertambah gelap saat Solen merentangkan tangannya, meminta Gab untuk segera bergabung bersamanya.

Gab membuka pakaiannya dengan terburu-buru. Ia naik ke ranjang dan merangkak di atas Solen, memerangkap wanita itu. "Kamu sangat cantik," pujinya. Ia melayangkan kecupan di leher Solen. Ia mengerang pelan saat dengan malu-malu Solen menyentuh tubuhnya, bergerak melewati otot perutnya lalu terus ke bawah hingga mencapai kejantanannya.

"Kamu belajar dengan baik." puji Gab sambil mengecup Solen, lalu turun ke bahu wanita itu. "Tapi itu bisa menunggu." ujarnya sambil menarik tangan Solen. "Buka kakimu."

Solen menatap ke kedalaman mata Gab begitupun sebaliknya. Tatapan mereka penuh dengan gairah. Solen membuka kakinya, menyediakan tempat bagi Gab untuk berlabuh. Saat kulit mereka bersentuhan, Solen menahan napasnya. Panas tubuh Gab membakar sekujur tubuhnya, dada bidang itu menghimpit payudaranya, satu lengan pria itu merangkul pinggangnya, tangannya yang lain membimbing kaki Solen untuk melingkar di tubuhnya. Mereka masih saling menatap saat Solen merasakan ereksi Gab menyentuh pintu masuknya, tidak terburu-buru namun merayu, meminta ijin untuk masuk lebih dalam disetiap gerakannya. Gab tidak bisa menahan dirinya mendesah lega saat berhasil menekan masuk, meluncur ke tempat yang sudah mengisi pikirannya selama dua minggu ini. Sangat rapat, basah dan hangat.

"Sudah?" tanya Solen setelah Gab berhenti bergerak sama sekali sementara ia merasa begitu penuh dan tidak nyaman. Tubuh mereka melekat sepenuhnya. Itu artinya mereka sudah berhasil bukan?

Lalu Gab tertawa pelan, ia mengecup bibir Solen. "Kamu nyaman? Sakit atau tidak?"

"Tidak nyaman, dan tidak sakit." jawab Solen. Jika ini memang akhir dari seks yang dibanggakan oleh Gab, maka dia tidak bisa melihat di mana kesenangannya. Lebih menyenangkan permainan yang dilakukan bahkan sebelum seks itu dimulai.

"Bersiap kalau begitu." Gab menatapnya dengan tatapan itu lagi. "Jangan lepaskan aku, apapun yang terjadi." ucapnya misterius.

"Maksu- ahh" Solen tidak sempat menanyakan maksud dari ucapan Gab saat pria itu mulai bergerak di atasnya.

Ia tidak bisa menahan dirinya untuk mendesah, tubuhnya secara naluri mengikuti gerakan Gab, menyambut hunjaman pria itu dengan semangat yang sama. Gab menenggelamkan kepalanya di antara bahu dan leher Solen, mengecup wanita itu di sana sesekali, menggeram rendah, dan bernapas berat saat tubuhnya bertemu dengan tubuh Solen. Ia merasa luar biasa bergairah, kulit lembut yang menempel ditubuhnya membuatnya terbakar, pertemuan tubuh mereka di bawah sana membuatnya kehilangan akal, yang ia inginkan adalah kepuasan mutlak.

Brengsek! Seharusnya dia bercinta dengan Solen lebih awal, jadi dia tidak perlu mencari-cari wanita lain. Entah kenapa, meskipun ini salah, tapi semuanya terasa sangat tepat. Gab menghunjam lebih dalam, dan Solen terengah-engah mengikuti permainannya. Ereksinya semakin membesar, tempat licin itu memijatnya dan menghisapnya kencang.

Saat mereka bergerak erotis mengejar satu sama lain, Gab meraih kaki kiri Solen, menariknya ke atas sampai ke bahu pria itu, lalu ia menghujam dalam.

"Gab!" Solen memejamkan matanya, menggigit bibir bawahnya. Gab mengubah ritme bercinta mereka menjadi gerakan pelan dengan hujaman dalam. Solen tidak bisa menghentikan dirinya memohon, menyebut nama itu berkali-kali di antara desahannya.

"Please." racau Solen, mencengkram bahu dan lengan Gab, ia butuh pegangan. Ia merasa begitu frustasi hingga akhirnya nama Gab keluar dari mulutnya dalam sebuah teriakan indah ketika ketegangan di bagian bawah perutnya meledak dasyat, mengirimkan rasa hangat ke sekujur tubuhnya, vaginanya berkedut cepat dan kencang, dan ia sama sekali tidak peduli jika ia telah mencakar bahu atau tengkuh Gab. Ia merasa baru saja mencapai surga yang indah.

Di sisi lain Gab mendesah, tubuhnya menyambut puncak pencapaian Solen dengan hunjaman cepat. Ia mencengkram bokong Solen kencang, ereksinya membengkak. Ia menghujam liar dan dalam ketika mencapai puncaknya. Geraman kuat keluar dari mulutnya menyusul desahan napas Solen yang belum redah, ia menumpahkan semua kehangatannya di dalam. Bergerak beberapa kali dengan pelan sebelum akhirnya benar-benar berhenti.

***

Luv
Xoxo

S.B
Kalau kalian tertarik dengan cerita ini, kalian bisa mendukung aku di Karya Karsa @SiennaBachir.

Ada total 10 Bab dari cerita solen dan Gab di Karya Karsa. And its cheap!

Terimakasih sayang-sayangnya aku.

Ada paket dukungan super murah. Dengan dukung Rp99.900, (top up lewat website karyakarsa, lebih murah) teman-teman bisa baca 6 karya terbaik aku untuk akses selamanya

1. Solen and Gab
2. Traped with Jae
3. Love and Drew
4. Chocolate Kiss
5. Langit Gemini
6. Not an Angel

Ini worth Rp 200rb something
Cus manfaatkan kesempatan emas ini.😘😘😘😘

Solen GabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang