4. Cara menyenangkan Gab

3.1K 219 7
                                    

Dingin,
Batam lagi musim hujan
#bacaandewasa
#dampak #diluartanggungjawabpenulis
#besmartreader

Solen tertegun, ia terlalu terkejut dengan ajakan Gab hingga pria itu menariknya mendekat lalu menempelkan bibir mereka. Karena tidak ada penolakan dari Solen, Gab melanjutkan apa yang sudah ia mulai. Dia pasti gila, tapi tidak apa, ia sudah melalui hari ini dengan rasa frustasi. Jadi ya, ia sangat berharap Solen menyetujui ajakannya atau dia harus berakhir di tangannya sendiri. Mengenai Ashley, wanita itu terlalu membosankan. Gab cepat-cepat pergi dari sana setelah berhasil mengelak ajakan wanita itu untuk bermalam di apartemen wanita itu.

Bibir Solen lembut dan manis. Gab tidak menahan dirinya untuk bergerak ke atas Solen dan mencumbu sahabatnya itu. Ia mengecup, menyesap dan menggigit kecil bibir atas Solen. Solen menanggapinya dengan meletakkan kedua tangan wanita itu ke pundaknya, ia merasa menang. Solen membuka mulutnya menyambut Gab, ciuman lembut itu berubah menjadi sedikit kasar tapi tetap nikmat. Ia mencari-cari lidah Solen, menyesapnya, lalu melumat kembali bibir itu terus dan terus hingga mereka kehabisan napas.

"Siap?" tanya Gab setelah ia melepaskan bibir mereka dan mengambil napas. Solen mengangguk. Gab bangkit dan berimpuh di atas kedua lututnya, ia menarik kaosnya hingga lepas. Memberikan pemandangan yang sudah biasa Solen lihat tapi malam ini sendiri bukanlah malam yang biasa.

"Sentuh aku." Tatapan Gab padanya kembali seperti malam sebelumnya. Tatapan yang membuat Solen takut tapi juga bergetar. Perlahan Solen mendekati Gab.

"Ba-bagaimana?"

"Sentuh aku seperti kau menyentuh dirimu tadi malam." Gab mengambil tangannya, membawa tangan itu ke pundaknya, "sentuh aku." Gab menelan ludah, "dimana saja." sambungnya. Solen menatapnya ragu lalu tangan mungil itu mulai bergerak. Pertama-tama mengusap bisepnya lalu turun ke lengannya, lalu naik lagi. Solen mendekatkan dirinya kepada Gab, pria itu meletakkan tangannya di pinggang Solen.

"Aku boleh menciummu juga?" tanyanya. Gab mengangguk, ia membiarkan Solen berjelajah dengan tangan mungilnya, mengusap dadanya yang bidang. Lalu bibir panas itu menempel di dadanya, Gab menelan ludah. Ia bukannya tidak pernah disentuh oleh wanita sebelumnya, tapi cara Solen memperlakukannya dengan segala kenaifan wanita itu membuatnya lebih bergairah.

Ciuman itu naik ke lehernya, lalu ia merasakan sekilas jilatan yang profokatif di telinganya sebelum bibir itu kembali turun ke dadanya. "Sial."geramnya tertahan. Solen mengulum putingnya dengan bibir mungil itu lalu melepasnya. Mata itu menatap Gab khawatir.

"Maaf, sak-"

"Tidak-tidak. Lanjutkan apapun yang sedang kamu lakukan tadi." Gab meraih tangan Solen, menarik perempuan itu untuk kembali mendekat. Dan ya, sangat menyenangkan ketika bibir mungil itu kembali mengulum putingnya. "Kamu bisa mencium terus ke bawah." pinta Gab, dan seperti kemarin malam, Solen belajar dengan cepat dan tidak membantah. Jadi ketika bibir itu menyerang otot perutnya, ereksinya sudah menegak sempurna. Ia masih berlutut, membiarkan Solen terus membungkuk di bawahnya. "Buka celanaku."

Solen menarik dirinya, menatap Gab tidak yakin. "Lakukan." ujarnya lagi. Jadi Solen menurutinya, tangannya sedikit gemetar, tapi ia berhasil melepas kancing dan resleting celana pria itu. Gan menggeram pelan, lalu terburu-buru membantu Solen melepas celananya yang sudah sesak. Ia kembali berlutut di hadapan Solen, telanjang bulat.

"Belum pernah melihatnya?"

Solen menggeleng. Wanita itu tampak shock tapi tidak mundur ataupun takut. Gab meraih tangan Solen, membawa tangan mungil itu ke ereksinya. "Kamu boleh pengang ini." katanya serak. Ia membimbing tangan Solen untuk melayaninya. "Ya seperti itu manis."

"Sol." panggilnya Gab dengan suara berat.

"Ya?" sahut Sol masih menatap ereksi Gab di tangannya.

"Maukah kamu menciumnya?" tanya Gab frustasi. Sol menaikkan pandangannya seolah bertanya apa kau yakin. "Lakukan."

Solen GabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang