(Disarankan baca ayat kursi sebelum membaca ceritanya)
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
12 tahun kemudian
Syarat untuk seseorang menjadi pemimpin yang membimbing manusia ke jalan Allah, ialah sabar. Hendaklah kau bersabar demi meneruskan perjuangan dan tanggung jawab untuk membela Islam, berpesan dengan kebenaran dan berdakwah dengan kesabaran. Niscaya Allah akan melindungimu, wahai Kareem.
Kareem terbangun saat suara Imam Zubair hadir di dalam tidurnya. Pria itu mengehela napas, mengucap syukur masih diberi Allah kepercayaan untuk menjalankan hidupnya. Buktinya, pagi ini ia masih bisa terbangun dan bernapas.
Allahuakbar ... Allahuakbar ...
Suara lantunan azan subuh berkumandang dari menara Masjid. Kareem terdiam, mendengarkan dengan saksama lafadz azan dan membalasnya. Selepas adzan berhenti, pria itu berdoa dengan menadahkan kedua tangannya, lantas mengusap wajahnya begitu usai.
Maniknya menoleh ke samping. Bibirnya tersenyum ketika melihat istrinya tengah terbaring lelap di sampingnya. Istrinya itu terlihat begitu cantik walau dalam keadaan tertidur.
Dialah Maria.
"Maria, bangun sayang. Sudah subuh." Kareem membangunkan istrinya dengan menepuk-nepuk kecil bahunya. Tak lama akhirnya Maria menguap. Membuka matanya–masih samar-samar. Bibirnya tersenyum begitu melihat wajah suaminya.
"Sudah subuh, bangun yuk! Kita ke Masjid," ajak Kareem lagi.
"Iya." Maria membangunkan tubuhnya dan menadahkan kedua tangannya. Dia selalu membaca doa, mengucap syukur setiap bangun dari tidurnya.
"Aku ambil wudhu dulu, ya," seru Kareem. Ia mengecup kening Maria sebelum akhirnya beranjak keluar kamar.
Maria beringsut dari ranjang, dan melangkah keluar kamar. Gadis itu bergerak menuju kamar ibunya. Ia membuka pintunya yang memang tidak dikunci.
"Umi ... Umi sudah bangun?" tanya Maria sembari memasuki kamar. Kamarnya itu masih gelap. Tetapi Maria bisa melihat ibunya tengah duduk di depan cermin. Ibunya saat itu mengenakan mukena hitam dan hanya terdiam menatap cermin.
"Umi sudah sholat subuh, ya?" Maria berjalan menghampirinya, membuat ibunya mulai menggerakkan kepalanya–hendak menoleh ke belakang.
"Maria?"
Suara dari pintu menghentikan langkah Maria. Gadis itu membalikkan tubuhnya, terkejut saat melihat ibunya datang dari pintu. Ia menoleh cepat ke arah cermin. Tidak ada apa-apa.
"Maria, kamu kenapa, Nak?" Fatimah, ibunya Maria terheran melihat putrinya. Ia melangkah menghampirinya.
Sesaat Maria seperti mimpi. Baru saja ia melihat sosok ibunya di depan cermin. Tapi kenapa sekarang beliau datang dari arah pintu?
"Umi, tadi aku...."
"Kok lampunya mati? Perasaan Umi tadi sudah menyalakannya," kata Fatimah sembari mendongak ke atas. Memandangi lampu yang menggantung di tengah plafon. "Bentar, ya." Fatimah beranjak menuju sakelar yang menempel di dinding.
Maria mengucek-ucek kedua matanya. Ia mengerjap, menepik pikiran negatifnya. "Mungkin aku tadi hanya salah lihat saja," gumamnya lantas menghela napas.
"Kok nggak nyala, sih." Fatimah terus memencet sakelar namun lampunya masih tetap padam.
"Mungkin sudah putus, Umi," tebak Maria sembari menghampiri ibunya. "Nanti biar aku suruh Kareem mengganti yang baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKUTU IBLIS
TerrorSetelah beberapa tahun kepergian Imam Zubair, Kareem memegang kendali untuk melanjutkan dakwah dan menyiarkan agama Islam di kampungnya. Namun, jiwa-jiwa fasik wal munafik semakin tak terkendali membuat iblis tanah jahanam kembali menjemput. Dia dan...