2

14 4 1
                                    

"Hey!"

"Astaga! Jangan mengagetkanku lagi, Jess!"

"Oh, ayolah santai saja," ucap Jessica sambil mendudukan pantatnya diatas kursi taman di sebuah sekolah menengah atas.

"Oh ya, apakah ada anak baru yang menarik?" Singgung Tiana.

"Itulah kenapa aku ada disini, menemuimu."

Jessica tersenyum puas melihat sahabatnya yang akan tertarik dengan berita yang dibawakannya.

Tiana melepaskan earphone yang hanya dipasang di telinga kirinya. Ia menghadapkan tubuhnya pada sahabatnya, Jessica, untuk segera menyimak berita tahunan favorit mereka.

"Seorang anak laki-laki."

Ciittt.

"Aww!! Kenapa kau mencubitku! Sakit tahu!"

"Jessica, sayang, tentu saja dia adalah seorang anak laki-laki! Jangan bertele-tele. Ratumu sedang tidak dalam keadaan yang baik," ucap Tiana sambil membaringkan kepalanya di paha Jessica.

Jessica cemberut.

"Dia atlet basket, katanya sih. Rambutnya coklat keemasan. Lumayan tinggi juga, 190cm mungkin. Wajahnya, sepertinya kau harus melihatnya sendiri. Aku tidak bisa mendeskripsikannya. Dan lagi, ada gosip bahwa ia kaya raya!"

Tiana melongo.

"Benarkah? Kau terlalu berlebihan, Jess."

Jessica menggebrak meja dan membangkitkan tubuh Tiana dengan paksa.

"Ikut aku sekarang!" Seru Jessica sambil menarik tangan sahabatnya itu.

"Ahh! Tidak sekarang!"

Terlambat. Jessica tidak dapat dihentikan.

Huh hah huh hah.

"Kau tidak perlu melakukan itu lagi, selagi kita masih berteman." Tiana tampak kewalahan mengatur napasnya.

"Itu dia, Rain Rivera," bisik Jessica sambil menunjuk anak laki-laki yang sedang duduk di lapangan basket sendirian.

"Dia tampak aneh, bukan begitu?" Ucap Tiana yang diam-diam mengagumi sosok itu.

"Oh, karena dia sendirian?"

Tiana menganggukan kepala.

"Oh, lihat itu!!" Teriak Jessica histeris.

"Ada apa? Kumohon tenanglah."

Tampak rombongan gadis berjalan mendekati Rain. Satu diantaranya menghadap Rain yang juga langsung berdiri. Gadis itu tampak malu-malu dan memberikan sebuah kotak kepadanya. Rain tersenyum, mengucapkan sesuatu yang mungkin adalah "thanks", lalu gerombolan gadis itu pergi.

"Menjijikan, apa yang barusan mereka lakukan,"cicit Jessica.

Rain pun berlalu meninggalkan lapangan basket.

"Bagaimana? Kau menginginkan dia?" Tanya Jessica.

"Entahlah," desah Tiana.

"Ayolah! Kau cukup populer untuk mendekatinya. Kau sangat cantik! Kau tahu itu!"

Tiana menggandeng lengan sahabatnya dan menuju ke kelas. Ada perasaan aneh dalam dirinya.

"Aku akan menemui anak itu nanti," kata Tiana.

Jessica tersenyum.

"Tentu saja kau harus menemuinya."

Tiana berjalan sendirian menuju barisan kelas 1. Ada banyak anak laki-laki yang terpesona padanya. Pada rambutnya yang panjang dan pirang alami. Pada matanya yang biru bersinar. Pada kulitnya yang sedikit kecoklatan. Pada tubuhnya yang mungil dan tidak terlalu tinggi. Ia sangat populer di sekolah. Namun tetap saja, itu bukanlah hal yang selalu ia banggakan.

How To Feel Less DisappointedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang