Kehilangan
Saat kehilanganmu aku sangat terpukul. Aku sadar bahwa aku masih membutuhkanmu. Egoku pada hari itu sungguh kusesali. Seandainya hari itu bisa datang lagi. Aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama seperti yang telah aku lakukan saat itu. Berbeda rasanya saat kamu tidak menemani hari-hariku lagi. Belum pernah aku bayangkan kalau aku akan kehilanganmu saat itu juga. Tidak adil kehilanganmu begitu mudah. Sedangkan untuk mendapatkanmu butuh waktu yang cukup lama.
Aku tahu kamu memang bukan wanita biasa. Sejak aku mengenalmu, kamu menjadi wanita yang sudah diincar oleh banyak lelaki. Mungkin dengan itu kamu tidak merasakan kepedihan seperti yang saat ini kurasakan. Bukan perkara mudah untuk dapat melupakanmu. Sedangkan hari-hariku masih saja ada bayang-bayangmu yang menghampiriku. Tidak semua wanita ada sepertimu. Aku bukan ingin mencari wanita lain untuk penggantimu. Tapi aku hanya ingin bisa melupakanmu walau hanya dengan cara itu.
Andai kamu tahu, aku pada saat itu bukanlah diriku sendiri. Aku sangat mencintai dan menyayangimu. Tapi kala itu aku tidak bisa melawan keegoisan didalam diriku. Aku yang mengagumimu sepenuhnya saat itu menjadi benci. Berusaha mempertahankan argumenku merupakan kesalahan yang kusadari saat ini. Kamu harusnya adalah wanita kuat, saat itu mengalah karena berlawanan dengan keegoisanku. Alu tidak sadar kalau membuat kesalahan yang fatal. Hingga akhirnya kamu tidak ingin lagi bersamaku.
Luka memang tidak memiliki suara seperti air mata yang jatuh tanpa bicara. Luka yang aku alami memang tidak berdarah. Tapi sakitnya sangat membuat tersayat. Secara perlahan kamu menggores hati ini, walaupun dengan cara tidak menyentuh.
Aku masih saja memikirkanmu. Aku masih mencari info tentangmu. Terkadang yang kudapatkan membuat aku semakin pedih. Tapi terkadang aku mendapat informasi yang menjadikanku semakin kuat. Tak terhindarkan memang aku sering melihat media sosialmu. Tapi tanpa sadar tiba-tiba kamu sudah memblokirku. Dengan mudah kamu melakukan itu, yang menggambarkan kamu sangat membenciku.
Aku yang ingin berkomunikasi denganmu menjadi susah. Aku yang ingin meminta maaf tidak bisa lagi. Aku tidak punya cara lagi untuk dapat menghubungimu. Kamu tidak memberikan kesempatan untukku agar bisa memperbaikinya. Karena aku sadar kesalahan itu sangat memberatkanmu. Aku yang tidak punya cara lain hanya bisa mengirimkan bingkisan yang berisi makanan yang kamu inginkan tapi aku belum ada waktu membelikannya. Dan sepucuk surat yang aku tuliskan bahwa aku menyesal dan meminta maaf kepadamu.
Bingkisan itu aku kirimkan dengan penuh harapan, agar kamu bisa memaafkanku lagi. Tulisan-tulisan rapi telah kususun dengan indah agar kamu membacanya dan memahami maksud dari tulisannya. Setiap kita memiliki masalah tersendiri aku memang suka mengirimkanmu tulisan-tulisan. Karena melalui tulisan aku dapat menyakurkan perasaanku yang sesungguhnya. Beberapa kali aku berhasil memperbaiki. Dan dengan cara ini aku berharap besar bisa mendapatkan hasil yang sama.
Perasaan yang semakin membesar
Aku dipertemukan dengan kamu dengan cara yang tidak masuk akal. Banyak rintangan yang aku lewati sebelumnya. Aral melintang pun sudah aku singkirkan. Perjalanan yang terasa amat rumit. Perlahan merasakan ada panggilan jiwa untuk menaklukkan semuanya. Sungguh hebat dengan tenaga yang tidak banyak, aku berjuang hingga tak terbendung lagi. Semua aku lakukan bukan semata-semata untuk mencari ketenaran, justru untuk menguji jati diri yang sebenarnya. Aku yang muda tak luput dari masalah, sama seperti orang pada umumnya. Namun bersyukur diberi keringanan menepisnya.
Proses panjang yang aku jalani dalam upaya pendekatan diri dan pendekatan hati. Yang saat itu masih dihuni oleh seseorang. Aku tak sadar akan hal itu. Aku hanya melihat sesosok perempuan yang berhati lembut. Mematahkan pandanganku kepada perempuan lain. Bayangkan begitu kerasnya daya magnet yang kamu berikan padaku. Menarik dengan kekuatan penuh, hingga akhirnya akupun tertarik dengan paras mu. Perlahan kamu memberikan aku kesempatan untuk saling mengenal. Dengan sigap tak kusia-siakan kesempatan itu.
Aku memulai dengan tidak memaksa. Aku lakukan dengan cara halus. Merayap, merangkak, berjalan kemudian sampai berlari. Semua aku lakukan secara perlahan agar tidak ada goresan yang terkena. Aku coba memahami beberapa karakteristik yang kamu miliki sampai aku sepenuhnya paham. Kamu memang unik, memiliki keanehan tersendiri dari perempuan lain. Keunikan itulah yang membuat aku semakin penasaran. Kugali semakin dalam agar aku tahu bagaimana. Tanpa kusadari semakin lama penasaran itu semakin bertambah dengan sendiri nya.
Terus menerus aku dekati kamu. Waktu yang cukup lama dalam prosesnya. Butuh hingga 4 bulan aku baru bisa menaklukkan kamu yang sangat manja. Selama 4 bulan memang terasa asik. Mengejar bukanlah hal yang menakutkan. Justru mengejar adalah sesuatu yang dapat menimbulkan kepuasan tersendiri. Dikejar dan mengejar sangatlah berbeda. Jika dikejar tak tak banyak mengeluarkan beban namun mengejar butuh tenaga yang lebih. Maka dari itu kebanggaan untuk yang mengejar akan lebih puas atas hasil yang telah didapatkan.
Aku berhasil mendapatkanmu kalau itu selama kurang lebih 4 bulan perjalananku menelusuri ruang-ruang kosong. Aku menikmati perjalananku berubah menjadi perjalanan kita. Tidak sendiri namun sudah berdua bersamamu. Perjalanan kita pun tak terlepas dari angka itu. Lebih dari 4 tahun kita menjalani perjalanan bersama. Cerita panjang yang tak tertuliskan kita dapat selama itu. Banyak juga terdapat aral melintang banyak juga kenangan. Hanya bisa selama 4 tahun kita menikmati bersama. Setelah itu kita kembali terpisah seperti layaknya dulu sebelum aku mengenalmu secara utuh.
Aku kembali sendiri, menikmati perjalanan tanpa kamu lagi. Semenjak kepergianmu, aku merasakan banyak hal yang berbeda. Karena sudah terbiasa melakukan secara berdua setiap saat. Aku yang masih berharap lebih saat itu harus menelan pahit harapanku kembali. Kamu yang pergi, aku yang kehilangan. Benar, itu yang terjadi semestinya. Aneh semua kembali Berubah seperti awal. Kalau di sebuah game aku yang sudah berada di level Tengah, kini harus mengulang lagi dari level dasar. Sungguh tidak mengasikkan jika mengulang kembali. Aku takut kegagalan lagi yang akan aku alami.
Bukan berarti aku tidak mampu jika mengulang kembali dari awal. Alasan terkuat adalah sudah lelah. Selama 4 tahun sudah cukup aku jadikan sebagai ilmu yang bisa menuntun dalam menentukan pilihan kelak nantinya. Kemudian jika mengulang dengan orang yang baru, butuh waktu juga untuk perlu menguasainya dengan baik. Waktu selama itu tak perlu aku buang secara percuma hanya untuk seorang perempuan yang belum tentu juga aku dapatkan sepenuhnya. Tidak mudah memang aku memulai untuk menjatuhkan hati kepada seseorang. Karena aku sudah paham bagaimana pun tidak akan ada yang abadi.
Mungkin kamu dengan mudahnya saja menerima sandaran untuk menyandarkan hati mu yang tak berawak itu lagi. Berbeda denganku yang masih terombang-ambing ditengah lautan yang diterpa ombak kencang. Tak masalah jika kamu bersandar dan berlabuh dihati orang yang sudah kamu pilih. Dengan begitu berarti kamu sudah siap menerima apa yang akan terjadi. Kamu sudah mempertimbangkannya dengan baik. Aku hanya mengingatkan kalau menangis bukanlah kelakuan yang baik jika sering dilakukan. Aku takut sesuatu yang tidak baik terjadi lagi kepadamu.
Lama tak bersuara apalagi bersua. Kita yang sudah dipisahkan memang tak pernah berbincang lagi. Sama sekali tidak pernah walaupun dari handphone. Itu karena sudah saatnya kita saling membenci kalau itu. Namun perasaan yang sudah mulai membaik pulih. Perasaan yang tidak berkiblat kepadamu lagi, perlahan menghilangkan rasa benci itu. Bukan karena ingin kembali, tapi karena sudah terbiasa dengan kehidupan tanpa kamu. Kebiasaan memang dapat mengubah prinsip hidup. Begitu lah aku terbiasa sendiri dan secara otomatis bisa mengamnesiakan kamu dari akal kalbuku.
Fenomena yang aneh sudah ditakdirkan. Setelah 4 bulan berpisah, kita disibukkan kembali melalui obrolan melalui handphone. Mungkin akan terasa asing jika berbincang dengan orang yang selama ini dikenal kemudian dekat seperti dua jari yang akhirnya berakhir saling membenci dan setelah itu dipertemukan kembali. Obrolan singkat pun terjadi. Tapi karena rasa yang dimiliki belum hilang sepenuhnya, obrolan panjang pun bisa terulang lagi. Memalukan jika akan terjadi hal yang tidak diinginkan. Kamu yang meninggalkan kini menyelinap datang. Bisa saja kamu sudah ditakdirkan untuk seperti ini.
Hal yang menariknya adalah kenapa setiap interval 4 kita mengalami perubahan. Dan setiap perubahan menimbulkan perasaan yang berbeda. Atau hanya kebetulan, namun membingungkan. Karena jarak umur kita yang selisih 4 bulan juga. Semakin menarik jika diulang mengenai kesamaan angka ini. Tapi wajar saja jika sebuah hubungan memiliki ciri yang menandakan hubungan itu. Aku dan kamu yang kini telah tak bersama lagi menemukan kecocokan itu. Kelak suatu saat jika kita dipertemukan lagi semoga masih ada kejanggalan ini sehingga kita tidak melupakan yang pernah terjadi dengan aku dan kamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last One
RomanceCerita tentang kisah sepasang kekasih yang setelah menjalani hubungan yang begitu lama kemudian harus berpisah. Mereka dipertemukan kembali setelah beberapa bulan berpisah. Padahal mereka belum bisa saling melupakan. Menjalin komunikasi seperti dahu...