Dia adalah "Nie"sahabat masa kecilku, dan namaku adalah Aliza. Aku dan Nie hidup berdekatan entah itu rumah maupun hubungan antara kami. Dia berumur lebih tua dariku tepatnya usia 1th setelah kelahiranku. Pada saat itu kami masih duduk dibangku SD. Hari-hari kami begitu menyenangkan, entah itu belajar bareng atau main bareng. Aku menyayanginya seperti kakakku sendiri, terkadang Nie seperti pahlawan yang selalu melindungi dan membantuku. Aku sangat bersyukur karena hari demi hari selalu bersamanya.
Cerita bermula ketika aku pergi ke sebuah tempat rekreasi bersama keluargaku, pada saat itu aku ingin mengajak Nie, tetapi mobil yang aku tumpangi tidak muat karena seluruh keluargaku ikut. Sebelum mobil kami berangkat,aku menemui Nie terlebih dahulu kerumahnya, dari kejauhan ia sudah melambaikan tangan, tampaknya ia sudah mengetahui bahwa mobil kami akan berangkat, lalu aku hampiri Nie dan kupeluk tubuh mungil Nie, ia berbisik."Aliza, jaga diri kamu baik-baik ya, aku selalu menyayangimu." Kata-kata yang begitu menyentuh hatiku dan membuat telingaku terngiang oleh perkataannya itu, karena baru kali ini ia mengatakan hal itu. Lalu aku pun berangkat dan melambaikan tangan kepada Nie, senyuman yang tersirat dari bibir Nie membuatku meneteskan air mata. Sekilas aku merasakan salam perpisahan, tetapi aku tak menggubris perasaan itu, aku yakin bahwa aku dan Nie akan selalu bersama.
Saat diperjalanan mobil kami melaju dengan ringan, ayahku mengemudikanya dengan santai menuju tempat rekreasi itu. Pada saat mobil melewati hutan, dengan jalanan yang menanjak tajam, tiba-tiba mobil yang kami tumpangi tidak menanjak, perlahan ia melambat sebelum akhirnya mundur ke belakang, seisi mobil menjerit, ada yang menyebut asma allah, ada yang berteriak "tolong" dan sebagainya, sebelum kami keluar, mobil yang kami tumpangi sudah melayang terjun bebas kedalam hutan. Lalu aku pingsan dan semuanya gelap...Sampai akhirnya, aku mendengar suara ramai orang-orang menghampiri. Aku tersentak, kepalaku terasa sakit sekali, dan saat aku membuka mata terlihat hanya warna hitam, hitam dan hitam. Semua yang kulihat hitam gelap. Aku dilimuti rasa penasaran, namun sebelum semuanya terjawab, aku merasa diriku dingin dan aku tak sadarkan diri lagi.
Ketika aku sudah sadarkan diri, aku tidak mengerti, aku baru menyadari beberapa saat kemudian, bukankah aku sudah membuka mata? Aku meraba mataku, kelopak mataku membuka tapi....kenapa semuanya gelap?
"Aku buta! aku buta!" jeritku didalam hati, sebutir mata air keluar dari mataku yang sudah tidak melihat lagi, aku menangis terisak-isak, sambil menggaruk-garuk mataku. Rasanya perih, tapi suasana tidak berubah, semuanya tetap gelap. Beruntung keluargaku selamat, mereka hanya mengalami luka-luka ditubuhnya, lalu aku dibawa ke rumah sakit dan terbaring dengan kegelapan. Aku mendengar bahwa mataku harus dioperasi, karena biaya yang tak cukup, aku pun dibawa pulang.
Seminggu kemudian setelah kejadian itu, aku mulai terbiasa dengan kondisi seperti ini. Aku berjalan merambat didinding agar tidak menabrak sesuatu, terlintas dalam benakku rasanya hidup dalam kegelapan tidak mengasyikan dan kesepian. Terkadang aku merasa putus asa setiap kali hendak melangkah. Pada suatu hari, aku ingin berbagi cerita bersama sahabatku Nie, ia sudah lama ia tak berkunjung kerumahku, aku tidak tahu apakah ia mengetahui keadaanku sekarang atau tidak, suara langkah kaki Nie, sembari memanggil namaku kini seakan hilang ditelan bumi, kesepian lagi-lagi menyelimutiku, kemanakah Nie?
Aku bertanya kepada ibuku."ibu, Nie kemana? Dia sudah lama tidak main kesini, jangan-jangan Nie takut lagi sama mataku. Ibu, tolong panggil Nie dong! Temenin aku disini!" lagi lagi ibu terdiam, ia selalu tidak menjawab jika aku bertanya tentang Nie, tetapi kali ini ibu menangis sambil memelukku dan ia mengatakan bahwa aku akan segera dioperasi di Jakarta, lalu ibu pergi dan mengatakan bahwa ia akan beres-beres barang karena nanti malam kami akan segera berangkat, tentu saja kami akan menetap disana, sambil ayah mencari pekerjaan untuk biaya operasiku ini, aku jadi tidak peduli tentang Nie, lagi pula mungkin Nie takut sama diri aku yang sekarang, gumamku didalam hati.
Waktu berlalu, kami pun sudah tiba di Jakarta. Mata aku tidak langsung dioperasi pada hari itu juga. Ayah bilang butuh waktu untuk mencari biaya operasi, ia hanya menyarankan agar aku rutin terapi mata, hatiku sedih seperti mau mati rasanya mendengar ucapan ayah, karena dalam waktu lama hari-hariku akan penuh dengan kegelapan dilimuti kesepian, perlahan air mataku menetes, lalu ayah mengusap nya sambil membelai rambutku dengan kasih sayangnya, lalu aku memeluk ayah dengan erat.
Waktu berjalan sudah, hari-hari dipenuhi dengan kegelapan, dan kebosanan menghampiri ku setiap waktu, aku benar-benar putus asa dengan semuanya, Terkadang hatiku bertanya-tanya, mengapa aku harus seperti ini? Aku iri dengan mereka yang tertawa lepas diluaran sana, entah sampai kapan rasa bosanku berakhir, apakah mungkin sampai dunia ini terbalik? Hanya waktu yang bisa menentukan. Entahlah....
Waktu menunjukan pukul 22.00 malam, ayah dan ibu mereka sudah tidur dan aku belum tertidur kala itu
,diriku hanya melamun tanpa setitik cahaya dalam gumpalan kegelapanku ini, kesunyian lagi-lagi menjadi teman terbaikku, tiba-tiba terdengar ketukan dari pintu sambil memanggil namaku, suara yang tidak asing lagi ditelingaku, tapi itu tidak mungkin...tidak mungkin...mana mungkin dia ada kesini. Aku benar-benar tidak percaya, perasaanku gemetar sambil berbahagia, ternyata ia masih mengingatku, siapa lagi kalau bukan Nie sahabat kecilku, suara pelan langkah kaki Nie perlahan mendekatiku, ia memanggil namaku dan menanyakan kabar kepadaku, sambil menangis aku memeluknya, seketika gemetaran tubuhku melenyap saat aku memeluknya, air mataku terus mengalir dipipiku, aku rasa wajah polosku ini tetap menyeruak bahagia merasakan kedatangan Nie ke rumahku, lalu Nie bersandar disampingku, ia berkata."Kamu akan mempunyai banyak teman suatu hari nanti." Ujarnya kepadaku, spontan aku menoleh kepadanya."Ingat Nie, kamu adalah teman pertamaku." Ia tak berbicara apapun dan suasana dalam kamarku begitu hening, hingga akhirnya Nie membuka mulutnya."Maafkan aku Liza, aku sudah meninggalkanmu." "meninggalkan aku gimana sih? Kan sekarang kamu bersamaku Nie." Kesalku. "Ternyata kamu masih belum paham juga." Gumamnya. Aku memang tidak mengerti perkataanya itu, lalu aku bertanya-tanya kepadanya bagaimana ia bisa pergi kesini, dan ia juga mengatakan akan menetap disini bersama saudaranya, kebetulan rumahnya berdekatan dengan rumahku, tetapi ia selalu melarang kalau aku pergi kerumahnya, dengan alasan agar aku tidak kesusahan mencarinya dan ia akan selalu menemaniku setiap saat, dia juga bilang akan menjadi pendengar setia ketika aku berbagi cerita, aku sangat-sangat bahagia untuk semua ini.
Hari-hariku kini menyenangkan, seorang sahabat datang untuk menemaniku kemanapun, tidak hanya dalam hal permainan, tetapi juga dalam kehidupan, aku selalu memaksa Nie agar menginap dirumahku, aku selalu bercerita tentang disekolah ketika malam hari, tapi saat aku nanya balik tentang sekolah Nie, ia hanya mengatakan baik-baik saja, terkadang aku berfikir bahwa Nie berbeda sedikit dengan yang dulu, Nie yang sekarang hanya bicara seperlunya alias tidak banyak bicara, tapi aku bersyukur Nie selalu menemani dan menyemangatiku, rasanya aku seperti punya kakak perempuan.
Pada suatu hari, tiba-tiba teringat kembali saat-saat kecelakaan waktu lalu, ketika mau pergi ke tempat rekreasi, tepat ketika Nie melambaikan tangannya kepadaku, lalu aku bertanya kepada Nie sambil sedikit kecewa terhadap Nie."Nie pas aku pulang dari RS dulu, kamu kemana aja, gak menjenguk aku, gak nemenin aku kaya gini, jadinya aku suudzan dehh sama kamu." "Oh iya Aliza waktu itu aku berdoa untuk keselamatanmu, aku pernah mengunjungimu mungkin kamu gak ngerasa ya." Jawabnya, "Lah, kok bisa sih Nie?" Tanyaku, "Iya pas kamu tidur Liza."lalu dia tertawa sendiri, aku pun ikut tertawa denganku, aku sangat menyukai suasana ketika kami tertawa bersama, lalu Nie berkata."Liza, hari ini akan kita rindukan dihari nanti, semoga saat kita tua nanti, masih bisa seperti ini ya, meskipun telah hidup masing-masing, aku selalu menyayangimu Liza." Lagi-lagi ia membuat aku pengen nangis."Nie kamu juga sangat berarti bagiku, tetaplah bersamaku dan menemaniku yaa.." Ucapku pada Nie, lalu Nie menggemgam tanganku, tangan Nie sangat dingin kala itu, lalu aku membawakannya selimut aku khawatir ia kedinginan, tapi Nie menolaknya karena ia tidak kedinginan sedikitpun. Rasa anehku tidak kupedulikan, aku memilih makan bareng bersama Nie daripada memikirkan hal aneh terhadap Nie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nie
Mystery / ThrillerDitinggal pergi memang selalu menyisakan penyesalan di hati dan di sisi lain secara tidak langsung kamu sekaligus di tuntut untuk menerima hal tersebut. Begitulah yang aku rasakan ketika ditinggal pergi oleh sahabat kecilku,dia selalu menemaniku saa...