Bab 8

1.2K 83 2
                                    

" Aku tidak peduli, karena kau akan dilengserkan tepat setelah Aku melahirkan, Permaisuri "

.

.

.

Berbulan-bulan setelahnya berlalu dengan tenang, bahkan sangat tenang. Permaisuri lebih banyak mengurung diri di kediamannya, sedangkan Selir Agung makin bahagia dari hari ke hari. Membuat penjuru Istana bertanya-tanya, kemana hilangnya senyum sang Permaisuri yang dulu secerah mentari. Tidak sedikit juga yang menggunjing wanita itu, Selir Agung sedang mengandung pewaris tahta, namun Permaisuri seolah membutakan diri tentang hal itu. Para dayang yang dahulu sangat menghormati dan mencintai Permaisuri mereka, kini berbalik menghujam sang Permaisuri.

Selir Agung begitu dimanjakan beberapa bulan ini, begitu dicintai, semua orang menjaga setiap langkahnya.

Berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan permaisuri, Dia permaisuri disini, tapi gelar itu seolah hanya omong kosong.

.

.

.

Perut Wonwoo sudah terlihat sangat menonjol. Menurut perkiraan, dia akan melahirkan diawal musim dingin. Dan itu hanya seminggu lagi. Mingyu senantiasa menemaninya, entah itu untuk sekedar berjalan-jalan di pagi hari, lelaki itu berusaha untuk selalu berada disampingnya.

Wonwoo duduk perlahan dengan menyangga perutnya, Mingyu sedang berada di balai kaisar. Dayang utama kemudian memberitahukan bahwa Permaisuri dan Putri Yena datang untuk mengunjunginya.

"Biarkan mereka masuk"

.

Jisoo melangkah dengan dagu terangkat tinggi, berhenti kemudian duduk dihadapan Wonwoo. Menyeringai sinis saat Wonwoo tidak bergerak dari tempatnya, bahkan tidak memberikan hormat.

Putri Yena, gadis kecil itu duduk disamping Ibundanya setelah sedikit membungkuk untuk memberi hormat kearah Wonwoo.

Seorang dayang meletakaan nampan berisi teko kecil dan sebuah cangkir yang sudah dituang teh.

"Hamba membawakan teh untuk Anda, Paduka Selir Agung" Putri Yena berkata sambil menyunggingkan senyuman kecil di bibirnya.

"Manisnya, terima kasih, Putri Yena" Wonwoo tersenyum, mengambil cangkir diatas nampan lalu menyesap sedikit tehnya.

"Sikapmu sudah semakin berani sekarang, Selir Agung"

"Apa yang Anda maksud, Yang Mulia?"

"Kau bahkan tidak memberi hormat padaku"

"Hmp, hamba akan memberi hormat terakhir hamba untuk Anda saat titah pelengseran Anda diturunkan, Yang Mulia Permaisuri"

PLAK

Jisoo berdiri, menampar sebelah pipi Wonwoo.

"Aku benar-benar ingin merobek mulutmu, Selir Agung"

Namun Wonwoo hanya diam. Ada yang aneh, perutnya terasa sakit, Wonwoo sedikit mengernyit namun Dia tetap menjaga raut datarnya.

"Beraninya kau menamparku" sahutnya kemudian

"Kau bahkan kehilangan sopan santunmu sekarang"

"Aku tidak peduli, karena kau akan dilengserkan tepat setelah Aku melahirkan, Permaisuri"

"Jalang ini benar-benar"

Jisoo mengangkat tangannya sekali lagi, namun Wonwoo berdiri, menghindari tamparan Jisoo. Tangannya balas menampar sebelah pipi Permaisuri itu.

MINE - MEANIE [GS] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang