-2-

33 7 1
                                    

Typo bertebaran...! Happy reading...
.
.
.

• • • • •

“Pagi Anak Anak.” sapa sang Guru.

“Ibu cantik.” bukannya membalas sapaan sang Guru, Rizki malah memuji. Sudah 2 wanita yang ia puji cantik pagi ini. Keliatan playboy nya.

“Terima kasih atas pujiannya.” balas sang Guru ramah.

“Pagi juga Bu.” balas murid sekelas, kecuali Rizki yang masih menikmati wajah cantik sang Guru.

Hmm Anak Anak, mulai hari ini sampai seminggu kedepan kita tidak langsung memulai belajar mengajarnya. Jadi kita berkenalan satu sama lain dulu, bagaimana?” jelas sang Guru disertai pertanyaannya.

“Iya Bu...” jawab murid sekelas dengan kompak.

“Perkenalkan nama Ibu Steffa Angelica Afandi, kalian bisa memanggil saya Ibu Steffa, Ibu adalah waki kelas kalian. Kalian yang santai saja jika berbicara dengan Ibu, karena umur Ibu juga baru mencapai 28 tahun.” jelas sang Guru muda yang diketahui bernama Steffa.

“Ibu, masih muda kok udah jadi Guru aja? Mending jadi pacar saya aja Bu.” sahut Rizki.

“Heh, Bu Steffa udah punya tunangan, lo jangan macem macem yah.” sahut Claudia galak.

“Kasian yang gagal PDKT.” ejek Sindi.

“Bodoamat! Kan masih ada Claudia.” ucap Rizki PD.

“Claudia sudah punya pacar.” sahut Bu Steffa.

“Hah? Beneran? Kok Ibu bisa tau? Kayaknya juga Ibu dekat yah sama Claudia?” tanya Dita berlapis lapis.

“Iya, gue udah punya pacar, dan soal gue dekat sama Bu Steffa itu karena dia Auntie gue.” sahut Claudia menjawab.

Hah?! Setau gue Bu Steffa anaknya yang punya sekolah?” tanya Dita, lagi. Dita ini memang sangat suka bertanya.

“Bentar bentar, gue ngerti nih..., kalau Claudia sama Ella ponakan Bu Steffa berarti kalian berdua cucu pemilik Sekolah dong?” tanya Dinda sambil memandang Ella dan Claudia secara bergantian. Dinda orangnya memang jenius, dan dia sangat mudah mengerti pokok pembicaraan.

“Kamu cerdas, kamu saja yah yang jadi ketua kelas?” Bu Steffa berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

Lah Bu? Saya gak mau jadi ketua Kelas. Kalau Ibu mau, saya jadi wakil ketua Kelas aja, nanti Claudia jadi ketua Kelasnya.” tolak Dinda disertai dengan tawarannya.

“Bagaimana Claudia?” tanya Bu Steffa sambil menatap Claudia seolah berkata bilang iya aja dari tatapan matanya yang hanya Claudia dan Ella yang memahaminya.

“I-iya.” jawab Claudia ragu.

Claudia jelas tau arti tatapan Auntie-nya itu, iya tau kalau Auntie-nya tidak mungkin memilih Ella sebagai ketua Kelas, bukannya tidak pantas, tapi Ella pasti hanya akan dibully, karena jadi ketua Kelas, apalagi penampilannya memang terkesan cupu. Sebagian besar orang memang menilai seseorang dari penampilan, fisik, dan ekonomi, bukan dari kualitas.

Kenapa Claudia yang dipilih jadi ketua Kelas? Kenapa bukan yang lain aja? Satu hal, Steffa bukan hanya seorang guru, tapi dia juga seoarang psikolog, dan dia tau hanya Dinda dan Claudia yang dapat menjadi ketua Kelas, namun Dinda menolak untuk menjadi ketua Kelas, dan memilih menjadi wakil ketua Kelas. Dan beginilah..., Claudia jadi ketua Kelas, dan Dinda jadi wakil ketua Kelas.

“Claudia jadi ketua Kelas, Dinda jadi wakil ketua Kelas. Setuju?” tanya Bu Steffa.

“Setuju dong Bu...” jawab para murid kompak.

Nerdy | Hiatus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang