Menapaki Jalan Baru

15 1 0
                                    

Aku bisa bilang, ini adalah langkah baru di lembar baru jalan kehidupan ku.

Ketika lulus dari SMK, akhirnya aku harus menentukan kemana kaki ini akan berjalan..

Kuliah dimana? Kerja dimana?

Jujur, cukup berat dan penuh air mata.

Ketika impian mu harus kamu kubur dalam-dalam karna keadaan,

Ketika kamu baru saja ingin terbang, tapi, sayapmu sudah di patahkan

Ketika kamu kehilangan arah terbang mu,

Ketika kamu harus merelakan impian mu karna terhalang restu keluarga.

" Merelakan " apakah semudah itu? Tentu tidak.

Aku ingin kuliah di Bandung, STIEPAR YAPARI-AKTRIPA ( Sekolah Tinggi Ekonomi Pariwisata )

Awalnya sih di izinkan, saking semangatnya karna dapat lampu hijau dari keluarga aku sampai sudah mencari kos untuk aku tinggal selama sekolah disana dan aku sudah tau berapa anggaran dana yang harus di siapkan, biaya kuliah persemester, biaya seragam, biaya kos, dan lain-lain.

Singkatnya.. Aku akhirnya memberi tau tante secara rinci semua biaya yang aku ketahui, sampai sudah mengancang-ancang sesampainya disana aku akan langsung membeli peralatan seperti kuali, ricecooker, bantal, kasur, handuk, seprai, sabun, gosok gigi, odol, baju sehari-hari karna aku berencana tak mau membawa baju banyak agar nanti kalau mau pulang Batam tak perlu lagi membawa baju sekoper karna semua baju ku bawa ke Bandung.

Akhirnya sekali lagi aku menanyakan soal ini ke tanteku, karna sudah mau booking kamar kos nya agar nanti kalau sudah sampai aku tinggal menempati kamar itu.

Tapi apa jawabannya? "Asa tak usah kuliah di Bandung ya" . Bak disambar gledek seketika aku terdiam, bukan hanya karna kecewa tapi juga karna down sekali. Memang seperti di angkat setinggi - tinggi nya ke langit, ketika sudah di atas lalu dicampakkan kedasar jurang yang paling dalam.

Ketika itu aku sudah mau memasuki UASBN, UN, UKK. Menghitung hari. Peperangan yang harusnya aku siapkan senjata ku sematang-matangnya, mengasah seluruh pedang yang ku punya, menyiapkan baju pelindung dari baja untuk perang, ah. Semua nya tak ku lakukan, aku hanya seperti tahanan yang akan di hukum gantung, pasrah saja melewati masa terakhir nya.

Bisa di bayangkan rasanya seperti apa? semangat mu di patahkan?

Aku tak mau belajar, sepasrah itu, karna menurut ku ya untuk apa? untuk apa aku belajar? Toh, aku tak masuk kuliah di tempat yang ku inginkan, tak tau harus melangkah kan kaki ku kemana, akan jadi apa aku kalau tidak kuliah disana? mau kuliah dimana lagi? dengan jurusan ku yang tidak ada di Batam.

Sebenarnya, saat aku mendapat lampu hijau dari keluarga untuk kuliah di Bandung aku sangat semangat. Aku bahkan sudah menyiapkan bank bank soal untuk UN untuk aku pelajari dirumah, sampai aku sudah menyiapkan semua peralatan untuk UKK ku. Padahal jadwal UKK belum keluar, bahkan jadwal UN saja belum ada. Tapi karna tiba-tiba keputusan berubah, aku pun tidak melanjutkan persiapan perang ku secara matang. Seluruh bank soal tidak ku baca, tidak ku kerjakan, alat-alat UKK ku pun setelah itu tak ku sentuh padahal aku harus latihan UKK dirumah agar nanti saat giliran ku maju aku sudah siap, percaya diri untuk tampil.

Karna guru ku, Bu DK, itu sapaan nyaa. Nama sesungguhnya Herlina Dwi Kurnia, beliau berkata orang yang percaya diri maju adalah orang yang persiapan nya sudah matang. Jadi kalau dia tak percaya diri, itu tandanya persiapan nya tidak matang.

Skenario SemestaWhere stories live. Discover now