Sebuah cerita yang akan membawamu jalan-jalan ke Eropa, mengajakmu menemukan satu dua keping kisah dalam sejarah Islam, mengerti artinya persahabatan, memahami liku-liku perasaan, dan juga melihat kebahagiaan tak hanya dari satu sudut pandang.
Bukan...
Boeing 737-300 bernomor penerbangan EY 37 yang membawa Anna dan Mariam dari Abu Dhabi mendarat tepat waktu di bandara Charles de Gaulle, Paris. Anna melirik benda yang melingkari pergelangan tangan kirinya, 14.21 waktu Paris, dan suhu udara menunjukkan angka sebelas pada derajat celcius. Dikenakannya jaket bulu angsa berwarna mustard, bersiap melawan dingin yang mungkin menerpa.
"Assalamualaikum Bapak dan Ibu semua. Perkenalkan, saya Ahmar, yang akan mendampingi dan memandu selama perjalanan di Eropa. Insya Allah, saya bisa berbahasa Indonesia dengan cukup baik, dan saya akan berusaha untuk memberikan informasi seputar tempat-tempat wisata yang akan kita kunjungi. Juga wawasan tentang sejarah dan perkembangan Islam khususnya di bumi Eropa." sang tour guide memperkenalkan diri dengan bahasa Indonesia yang cukup luwes.
Ahmar namanya, seorang bule berkebangsaan Spanyol yang sejak lahir telah menjadi seorang muslim. Perawakannya tinggi, atletis, berkulit putih khas kaukasoid mediteranian dengan cambang coklat tipis-tipis di sebagian pipi dan dagunya. Rambutnya berwarna coklat gelap, perpaduan yang pas dengan mata beningnya yang juga berwarna coklat. Seperti pria Spanyol pada umumnya, dia ramah, baik dan ganteng tentu saja. Hampir bisa dipastikan semua menyukainya.
"Bapak dan Ibu, destinasi pertama kita adalah Grande Mosquee de Paris atau Grand Mosque of Paris atau Masjid Raya Paris kalau dalam bahasa Indonesia. Di sana silakan nanti semua salat zuhur dan asar dengan jamak qosor, karena kita sampai di sana nanti insya Allah sudah masuk waktu salat asar," suara Ahmar terdengar di dalam bus yang berjalan mulus.
Sementara Anna dan Mariam sibuk melempar pandang ke luar jendela, menikmati suasana Paris yang cukup sibuk. Di beberapa titik terlihat kemacetan, meski tak separah macetnya Jakarta. Dari kejauhan tampak menjulang menara paling kondang sejagat raya, terkadang hilang tertutup gedung-gedung, lalu kembali mengintip di sesela dedaunan musim gugur yang mulai menguning. Eiffel. Pesonanya sungguh menawan hati.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Anna, nanti kami salat dulu, silakan kalo kamu mau jalan-jalan. Tapi jangan jauh-jauh dari area masjid ya, takut kecantol bule," kata Mariam disusul tawanya yang renyah berderai.
Bus yang membawa mereka telah tiba di depan masjid terbesar di kota Paris. Anna memandang lekat dari balik kaca bus, bangunan putih bersih dengan atap berwarna hijau memberi kesan pertama yang damai. Sebuah menara yang sederhana namun cantik seakan membiusnya. Bagi Anna, pesona yang dirasa tak jauh beda seperti saat menatap Eiffel beberapa menit sebelumnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.