#16

689 101 2
                                    

Langit dan cahaya matahari kembali berkolaborasi menciptakan warna yang tak pernah bosan mata memandangnya. Perpaduan antara awan lembut yang bercampur dengan cahaya orange matahari senja membuat siapa saja yang melihatnya meminta kepada Tuhan untuk menghentikan waktu untuk beberapa menit saja.

Angin sore berhembus pelan mengusap wajah damai seorang pemuda yang tengah menikmati kesendiriannya menyaksikan matahari yang akan kembali ke peraduannya. Matanya tertutup rapat sembari ia mengangkat wajahnya menghadap ke langit untuk semakin meresapi angin sore yang kembali menerbangkan helaian rambut merahnya. Ujung bibirnya pun sedikit ia tarik untuk menciptakan senyum tipis di wajahnya.

Drrtt... ddrrtt..

Suara getaran iPhone yang baru saja menerima email menghamburkan khayalan indah yang telah tergambar nyata di dalam benaknya. Manik coklatnya pun terbuka. Pemuda itu kembali ke dunia nyata dimana banyak hal yang ia sesali dan banyak hal yang ingin ia ulangi.

Rasanya ia ingin terlahir kembali dan memperbaiki segala sesuatu yang salah dalam hidupnya.

Pemuda berkulit putih itu kemudian menghampiri meja kaca tempat ia meletakkan iPhonenya.

Sebuah email masuk.

"ehh, jadwalnya dimajukan ya" gumamnya entah pada siapa saat membaca email yang baru saja diterimanya.

"Mau bagaimana lagi. Aku harus mempercepatnya. Sisa gaun dan...sentuhan terakhir di rambutnya" ucapnya pelan sambil menatap bonekanya.

.

.

.

Banyak orang melewatkan senja yang begitu indah hari ini. Salah satunya adalah mereka yang terperangkap di dalam mobil dan keramaian lalu lintas kota.

Namun, beberapa diantara mereka memilih cara lain untuk menghabiskan waktunya sore ini. Seperti Sai dan Ino dan sedang mengendarai mobil menuju ke suatu tempat.

"Sebenarnya aku tidak yakin ingin mengajakmu sore ini. Biasanya sepulang sekolah kau langsung pulang ke rumah tantemu tapi hari ini kau menungguku hingga ekskulku selesai. Jadi, kupikir aku harus melakukan ini. Aku tidak ingin melihatmu seperti ini terus menerus" ucap Sai pelan sambil sesekali melirik Ino disampingnya yang tak mengalihkan pandangannya dari kaca jendela mobil.

"Aku tidak mengerti apa yang telah terjadi. Berikan waktu untuk dirimu. Kau akan baik-baik saja bersamaku" sambung Sai saat tak mendapat jawaban apapun dari Ino.

"Sai..." panggil Ino pelan sambil memandang Sai. Gadis berambut panjang itu meraih tangan kiri Sai kemudian ia genggam.

"Iya?" balas Sai lembut.

"Tentang Karin, Shion... aku-"

"Ssstttt... Jangan bahas itu lagi" sergah Sai tak ingin mendengar Ino membahas apa-apa lagi tentang kematian teman-teman mereka.

"Tapi, sebenarnya-"

"Sayang, sudahlah. Kau tidak perlu membebani dirimu dengan kejadian ini. Kalau Gaara pernah mengatakan sesuatu yang aneh padamu. Jangan terlalu dihiraukan. Kau akan baik-baik saja bersamaku. Mengerti?" Sai mengakhiri kalimatnya sambil mengelus pelan kepala Ino.

Ino tidak tau harus memulai dari mana, saat ingin membicarakannya ia selalu diliputi rasa takut. Bahkan sekedar mengingat apa yang telah ia lihat saja, gadis yang dulunya periang itu merasa ada Sasori di belakangnya yang bersiap untuk mengakhiri hidupnya kapan saja.

Kejadian yang benar-benar mengguncang mental Ino.

Hari ini, Ino berusaha menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada seseorang yang begitu spesial baginya tapi...

Bloody 13Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang