Bab 4

22 2 1
                                    

Assalamualaykum,,, Halo semua readers, author kembali sesuai janji untuk melanjutkan episode terbaru dari cerita Sang Pengelana dan Sang Penyair. Semoga suka ya dengan alurnya :) Selamat membaca

             Esok harinya, Putri melakukan kegiatan seperti biasanya. Kali ini ia ditemani oleh Ninis, sahabatnya. Ninis berencana untuk tinggal selama 2 minggu di rumah Putri. "Nis, hari ini kita mencari bahan untuk obat-obatan di bagian timur ya. Kau yakin mau menemaniku mencari bahan?" tanya Putri. "Iya, aku siap menemani dan membantumu. Aku senang kok melakukannya. Heheh." ucap Ninis. Segala perbekalan telah dipersiapkan oleh Bubuy. Hari ini Putri nampak lebih bersemangat karena ditemani oleh sahabatnya.

             Sesampainya dibagian timur hutan lebat, mereka mulai mengumpulkan bahan-bahan yang digunakan untuk obat-obatan. Putri yang mengambil bahannya, sedangkan Ninis membantu membawakannya. Beberapa waktu telah berlalu. Ketika mentari sudah terbit, Putri dan Ninis memutuskan untuk istirahat sejenak. Mereka membuka bekal makanan yang telah dibawakan oleh Bubuy. Saat hendak melangkahkan kaki ke dekat semak-semak lebat untuk istirahat, tiba-tiba kaki Putri terjebak seutas tali. Mereka berteriak, kaget, dan meminta tolong. Ninis sangat ketakutan melihat sahabatnya terjebak. Ia takut jika ada orang jahat yang akan menyerang mereka.

              Dibalik semak-semak lebat, muncullah dua orang pemuda. Pemuda itu ternyata Ahmad dan Izal yang sedang berburu. Mereka memasang jebakan tali itu untuk menjerat binatang yang menjadi buruannya. Kenyataannya, tali itu malah menjerat Putri. "Heh, kalian lagi. Apa yang kalian lakukan pada sahabatku? Kalian pikir dia binatang yang harus ditali seperti itu? Atau kalian sengaja ya mengikuti kami lalu mau menyakiti kami? Kalian sebenarnya orang jahat kan? Ayo mengaku." ucap Ninis kepada dua pemuda. "Kamu itu cerewet sekali ya. Berisik dan tidak bisa diam. Suka menuduh yang tidak-tidak. Kamu itu menyebalkan ya." Ucap Izal yang tak mau kalah. "Tolong kalian jangan bertengkar. Lepaskan tali ini terlebih dahulu. Kakiku sangat sakit terjerat tali." rintih Putri. Ahmad dan Izal mencoba melepaskan tali yang begitu kuat. Setelah kejadian tersebut, kedua pemuda itu meminta maaf kepada Putri. "Aku minta maaf atas kejadian ini. Aku tidak bermaksud untuk menjeratmu. Ini kupasang untuk binatang yang menjadi incaranku." Ucap Ahmad. "Iya, tolong maaf kami. Aku lihat kakimu sedikit terluka. Bolehkah aku mengobatinya? walaupun aku hanya memiliki kemampuan terbatas dalam mengobati luka." Ucap Izal kepada Putri. "Tidak perlu, aku bisa mengobatinya sendiri." Belum selesai berbicara, tiba-tiba Ninis memotong perkataan Putri. "Iya, tidak perlu. Lagian Putri lebih tahu dalam hal mengobati luka. Ia kan anak dari sang tabib terkenal. Lebih baik kalian pergi saja." "Wah, kau anak dari tabib Syech Qun yang terkenal itu? Aku sempat bertemu dengannya saat sedang berburu. Dan beliau adalah orang yang telah menyelamatkanku dari luka akibat serangan binatang di bagian utara hutan lebat." ucap Izal. "Iya benar aku anak bungsu dari Syech Qun. Syukurlah jika ayahku dapat menyembuhkan lukamu." ucap Putri. "Oh ya, apa yang kau lakukan di bagian ini?" tanya Izal. "Aku mencari bahan untuk pembuatan obat-obatan. Aku mengumpulkan bahan terbaik sesuai perintah ayahku." ucap Putri kepada Izal. Saat Putri dan Izal berbicara terdengar suara kruyuk-kruyuk-kruyuk. Suara itu berasal dari perut Ninis yang sudah kelaparan. "Hehehehe maaf menganggu suasana kalian. Tetapi bisakah kita sarapan sekarang? Aku sangat lapar." Ucap Ninis. Putri dan kedua pemuda itu tertawa mendengarkan perkataan Ninis. Akhirnya mereka menikmati makan bersama. Putri dan Ninis membagi perbekalan yang mereka punya. Suasana sejenak damai tanpa percakapan diantara mereka.

               Setelah menyelesaikan sarapan, Putri dan Ninis hendak meneruskan perjalanan mencari sisa bahan yang belum terkumpul. Izal dan Ahmad menawarkan diri untuk membantu mencari bahan. "Putri, izinkan kami membantu mencari bahan untuk obat-obatan. Ini sebagai balas budi dan permintaan maaf kami. Lagian kakimu juga terluka. Lebih baik kamu istirahat disini saja dan memberitahu kami bahan yang harus dicari seperti apa." Ucap Ahmad. "iya itu benar, biarkan kami yang mencarinya. Beritahu ciri-ciri bahan yang harus dikumpulkan. Setidaknya aku sedikit banyak tahu tentang bahan yang digunakan untuk obat-obatan." Ucap Izal. "Eh, apakah tidak merepotkan kalian? Sungguh aku tidak apa-apa. Aku masih bisa berjalan perlahan." Ucap Putri. "Yang dikatakan dua pemuda itu benar Putri. Biarkan kami yang mencarinya. Kamu istirahat sejenak menunggu kami disini." Ucap Ninis. "Baiklah aku setuju dengan kalian. Semoga kalian tidak keberatan dengan hal ini. Aku akan memberikan ciri-ciri dari bahan tersebut. Perhatikan juga kualitas dari bahan yang kalian cari. Karena kualitas dari bahan dapat mempengaruhi khasiat dari obat." Ucap Putri. "Oh ya, Ninis kamu temani saja Putri disini. Biarkan kami saja yang mencarinya. Serahkan kantong bahan itu kepada kami. Percayalah, kami bisa mengumpulkan bahan terbaik." ucap Ahmad kepada Ninis. Ninis hanya mengangguk dan menyetujui pendapat dari Ahmad. Putri menjelaskan bahan yang harus dicari secara mendetail. Mereka termasuk pemuda yang cerdas dalam memahami penjelasan yang disampaikan oleh Putri. Akhirnya pemuda itu berangkat mencari bahan untuk obat-obatan. Sedangkan Ninis mencari bahan disekitar untuk mengobati luka dipergelangan kaki Putri.

Sang Pengelana dan Sang PenyairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang