Bab 7

10 0 0
                                    

Assalamualaykum author kembali :) 

Selamat membaca semuanya heheh...

               Manty dan Izal telah kembali ke rumah setelah perjalanan panjang untuk mengantarkan obat. Kedatangan mereka disambut hangat oleh keluarga Manty dan sahabat mereka. Manty dan Izal segera membersihkan diri lalu menikmati hidangan yang telah disiapkan oleh Bubuy, ibu dari Manty.

               "Ibu, selama perjalananku ke daerah rendah, aku mendengar kabar buruk." Ucap Manty kepada Bubuy. "Kabar buruk tentang apa wahai anakku? Apa tidak sebaiknya kamu istirahat saja daripada harus menjelaskan berita yang tidak baik seperti itu?" jelas Bubuy kepada anaknya. "Ibu ingat tidak berita tentang anak perompak yang menghilang? Ternyata perompak itu kembali mengirimkan pesan dan mengancam seluruh warga daerah rendah apabila anak mereka tidak ditemukan. Sungguh aku kasian terhadap mereka bu. Warga yang tidak tahu apa-apa, tetapi harus menanggung akibatnya. Apakah ibu memperbolehkan, jika aku membantu warga daerah rendah untuk menemukan anak perompak kejam itu?" Ucap Manty kepada ibunya. Raut wajah Bubuy tiba-tiba berubah ketika mendengar cerita sang anak. Bubuy merasa cemas jika terjadi sesutu kepada anaknya. "Nanti saja kita bicarakan hal ini kepada ayahmu. Ibu tidak bisa memberi keputusan. Saat makan malam, kamu ceritakan semua hal ini kepada kami. Ceritakan semua hal yang telah kau dengar dan rencana yang akan kau lakukan. Ibu hanya bisa mendukungmu. Sekarang kamu istirahat saja ya nak sembari menunggu adikmu, Putri kembali dari air terjun. Dia pergi ditemani oleh Ahmad." Ucap Bubuy kepada Manty. "Baiklah bu, aku akan istirahat sejenak. Ibu memang paling mengertiku."

***

Di air terjun....

                Rutinitas seperti biasanya dilakukan oleh Putri. Hari ini ia ditemani oleh Ahmad. Sesekali Ahmad mengajak Putri untuk bercanda. Suasana sejuk dan tenang membuat mereka lupa waktu. Apalagi Putri yang mendapatkan banyak ide untuk membuat sebuah syair.

               "Put, sampai kapan kau akan fokus pada tulisanmu? Aku heran, kau begitu cuek dan tak peduli dengan sekitarmu jika sudah menulis syair." ucap Ahmad dengan kesal. Ia berharap Putri banyak bercerita dengannya. Tetapi Putri tak banyak bicara. Putri hanya sesekali merespon candaan Ahmad. "Ini resikomu jika ikut denganku ke air terjun. Tujuanku ke daerah ini hanya untuk menulis syair dan menenangkan diri." Ucap Putri. "Iya juga sih, tapi kan kau harus bisa menyesuaikan keadaan saat ada seseorang yang menemanimu. Aku sungguh kesal dan merasa tak dianggap. Aku menemanimu supaya kau bisa menanyakan hal yang bisa membuat syairmu berkembang." Ucap Ahmad yang semakin kesal.

                'Kenapa aku jadi semakin senang ya mendengar perkataan Ahmad yang kesal seperti itu. Aku tak menyangka dia bisa sekesal itu. Hihihi.' Batin Putri sembari tersenyum. "Kenapa kamu tersenyum begitu? Apa ada hal yang lucu dari perkataanku tadi? Aku serius kesal loh sama kamu yang tak memedulikanku." Ucap Ahmad. "Hahaha wajahmu lucu saat lagi kesal. Aku ingin tertawa tapi aku masih bisa menahannya. Baru kali ini ada seseorang yang bisa membuatku ingin tertawa hanya dengan tingkahnya." Ucap Putri kepada Ahmad. Mendengar perkataan dari Putri, pipi Ahmad merah merona. Ia baru merasa jadi orang pertama yang bisa membuat seorang perempuan tertawa. Ia merasa spesial karena mendengar hal tersebut. Perasaan tak tentu kini menyelimuti Ahmad. Rasa tertarik itu kini perlahan mulai berubah menjadi rasa suka. Semakin lama Ahmad semakin memerhatikan Putri. Ia tak pernah bertemu dengan seseorang yang luar biasa seperti Putri.

                   "Wajahmu kenapa merah begitu? Apa yang kau pikirkan Ahmad? apa kau sakit? Sebaiknya kita segera pulang karena hari sudah mulai gelap." Ucap Putri. "Iya benar, sebaiknya kita segera pulang. Pasti keluargamu akan khawatir jika kita tidak segera kembali." Ucap Ahmad. "Sesampainya di rumah, kamu harus minum ramuan obat dari ayah ya, sepertinya kau demam." Ucap Putri. "Ha? Aku tidak demam. Aku baik-baik saja. Ya mungkin karena kesal denganmu makanya mukaku memerah. Sudahlah ayo kita segera pulang." Ucap Ahmad. Sebenarnya perkataan yang diucapkan kepada Putri itu hanya sebuah alasan untuk menutupi rasa suka yang terpendam dari Ahmad. Ia belum berani mengatakan hal yang nantinya akan membuat canggung diantara mereka.

                  Putri dan Ahmad segera merapikan barang yang mereka bawa. Selama perjalanan kembali ke rumah, mereka tidak mengatakan satu katapun. Mereka hanya bergumam dalam pikirannya masing-masing. Mereka menikmati perjalanan yang hening itu sendiri.

Sesampainya di rumah,

                   Putri dan Ahmad membersihkan diri dan bersiap untuk makan malam bersama dengan keluarga dan juga Ninis serta Izal. Mereka berkumpul dan saling bertukar cerita. Dari hal yang sederhana hingga hal pengetahuan mereka ceritakan. Suasana kehangatan terpancar dari acara makan malam hari itu.

                  Saat semua menikmati makanan, tiba-tiba Manty menceritakan sesuatu hal yang serius. Keadaan yang ramai menjadi hening. Manty mencoba menjelaskan perlahan masalah ancaman dari perompak kepada warga daerah rendah. Izal juga membantu Manty dalam menceritakan hal tersebut, termasuk rencana misi penyelamatan dari ancaman perompak kejam.

                 "Aku tahu, niat kalian sungguh mulia. Kalau tekad kalian sudah bulat, aku akan merestui misi penyelamatan itu. Aku hanya berpesan, saat melakukan perjalanan, kalian harus saling menjaga. Kalian pergilah ke arah barat sebagai langkah awal dalam pencarian. Selanjutnya kalian memutari puncak daerah tertinggi wilayah ini dan berkumpulah ke karang tertinggi daerah tepi pantai. Usahakan kalian sampai ke karang tertinggi daerah tepi pantai pada bulan purnama. Aku yakin kalian akan menemukan jawaban dari misi penyelamatan ini." Ucap Syech Qun kepada Manty dan Izal.

                   "Anakku, Putri. Jika kau ingin membantu kakakmu, pikirkanlah dengan hati yang tenang. Jika sampai besok pagi kamu masih ragu, jangan pernah mengikuti misi ini nak." Ucap Syech Qun kepada Putri. Sang ayah menyadari keraguan dan kecemasan yang tersirat dari wajah Putri. Bubuy sebagai ibu Putri dan Manty juga merasa ikut cemas, akan tetapi ia menyadari anak-anaknya mempunyai kemampuan luar biasa sehingga dapat menemukan anak dari perompak itu dan meyelamatkan warga daerah rendah.

                 Apa saja yang akan terjadi selama perjalanan misi penyelamatan ini? Lalu apakah Putri ikut bergabung dalam perjalanan ini? Nantikan episode selanjutnya dan dukung terus author dalam menulis. Kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk author. Terimakasih :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang Pengelana dan Sang PenyairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang