Darimana?

18.1K 1.2K 608
                                    

Bel istirahat telah berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu. Sebagian besar anak-anak sudah meninggalkan kelas mereka. Namun, ada juga yang memilih untuk diam di kelas seperti dua bocah yang tengah berdebat cukup sengit ini.

"Tidak! bayi itu berasal dari perut ibu. Bukan dibawa burung bangau, Injun," sanggah gadis kecil dengan mata menyipit.

"Tapi kata Ayah, aku disuruh minta adik sama burung bangau," kekeuh Renjun meyakini perkataan ayahnya.

Renjun memang sangat mengidolakan ayahnya. Baginya, ayahnya itu lebih hebat dari superhero-superhero yang ada. Karenanya, apapun yang dikatakan ayah tercintanya, bocah ini selalu mempercayai ucapan Kun.

Gadis yang masih duduk di kelas satu sekolah dasar itu menggeram rendah, kesal karena Renjun tidak percaya dengan kata-katanya. "Aku ini paling pintar di kelas, dan kau itu paling bodoh!" seru Jaemin membuat beberapa anak melihat ke arah meja mereka. "Apa yang kau katakan tadi itu salah, bayi tidak berasal dari burung bangau," ujar Jaemin penuh penekanan. Jaemin sedikit menyeringai melihat raut kekalahan di wajah Renjun.

Namun sayang, ternyata Renjun masih tetap pada pendiriannya. Ia sangat yakin kalau bayi itu dibawa oleh burung bangau. "Aku tidak percaya padamu," tukas Renjun kemudian membuat Jaemin cemberut.

"Kenapa? Aku ini paling pintar di kelas!" dengus Jaemin membanggakan diri.

"Aku tahu kau pintar, Nana, tapi aku lebih mempercayai kata-kata ayahku," ucapnya dengan senyum lebar.

"Tapi yang dikatakan ayahmu itu salah, Injun!" Jaemin bersikukuh dengan pendapatnya.

Renjun melotot, "Ayahku tidak pernah salah, Nana!" seru Renjun membela ayah tercintanya.

Jaemin berdiri dari kursinya, lalu menghampiri tempat duduk Renjun. "Tapi burung bangau tidak bisa memberikan adik bayi, Injun," kesalnya dengan dengan wajah menahan kesal.

Renjun menatap Jaemin, "Tentu saja bisa, karena ayahku berkata begitu," sergah Renjun yang tetap yakin dengan ucapan ayahnya.

"Dasar bodoh!" dengus Jaemin yang kesal karena Renjun tidak percaya padanya.

Renjun mendelik, "Aku tidak bodoh!" tukasnya cepat.

"Kalian berisik!"

Sontak, Jaemin dan Renjun melihat ke arah teman mereka yang tengah duduk manis sambil membaca sebuah buku di meja yang tidak jauh dari tempat duduk Renjun. Mereka berdua langsung merengut melihat tatapan tajam yang menyuruh seolah-olah menyuruh mereka untuk diam.

Jeno bernapas lega setelah melihat Jaemin dan Renjun kembali duduk di kursi mereka, kegiatannya yang tengah membaca buku cerita yang diberikan oleh kakaknya menjadi terganggu akibat suara berisik dua sahabatnya itu.

Namun, masalahnya tidak akan pernah selesai jika tidak ada salah satu dari mereka yang mengalah. Buktinya, Jaemin dan Renjun masih perang kata-kata dari meja masing-masing.

Menghela nafas, Jeno menutup bukunya setelah menaruh penanda di tempat terakhir ia membacanya.

"Bayi itu tidak berasal dari burung bangau, Renjun," ujarnya setelah bosan dengan pertengkaran dua sahabatnya yang berisik.

Tentu saja, komentar Jeno membuat Jaemin di atas angin, sedangkan Renjun terhempas ke bumi.

"Tapi kata ayahku begitu!" Renjun tidak terima dan menatap sinis ke arah Jeno.

KIDS || NORENMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang