Bisul

9.4K 896 136
                                    

P for Punten, pindahan dulu lur
(づ ̄3 ̄)づ

.

Gadis caramel berusia lima tahun itu menggembungkan pipinya, kesal karena teman sebayanya sedari tadi mengejek gambarnya yang terlihat seperti dua buah batang korek api, hanya saja korek api itu memiliki dua tangan dan dua kaki. "Kau menyebalkan, Echanie," gerutu Jaemin sambil mendekap buku gambarnya di dada.

Gadis yang bernama Haechan itu hanya tertawa mengejek, lalu kembali ke mejanya karena sudah puas mengganggu Jaemin.

Jaemin menggerutu rendah, lalu melirik bangku kosong di sampingnya. Kemudian, tatapannya dialihkan pada sahabat sekaligus tetangganya. Menghela nafas berat, Jaemin menatap gambarnya yang memang sangat buruk. Mungkin, ia memang tidak memiliki bakat sama sekali dalam hal menggambar. Padahal, ia bercita-cita menjadi seorang mangaka. Sepertinya aku harus mengganti cita-citaku, renung Jaemin mendalam.

"Ah, aku ingin jadi chef saja!" seru Jaemin setelah mendapat pencerahan karena dia memang doyan makan. "Bagaimana menurutmu, Jeno?"

Jaemin yang tadinya sangat antusias, kini berubah cemberut. Ia lupa, kalau Jeno hari ini tidak masuk. Karena itu, tidak ada yang membantunya menggambar dan hasilnya sangat buruk seperti itu.

.

Berbeda dengan Jaemin, Renjun tersenyum lebar, sangat puas dengan gambar miliknya. Bocah yang memiliki cita-cita menjadi seorang seniman itu beranjak dari kursinya menuju sahabat caramel-nya. "Ada apa, Nana?" Renjun sedikit bingung melihat raut wajah Jaemin  yang biasanya ceria itu.

Jaemin mendongak, lalu bergeser duduk ke kursi kosong milik Jeno. "Echanie mengejek gambarku," sebal Jaemin dengan pipi menggembung.

Renjun yang sudah duduk di tempat Jaemin sebelumnya, mengambil buku gambar dalam dekapan gadis itu. "Ini sudah bagus kok, kalau sering berlatih pasti semakin bagus," ujar Renjun membangkitkan semangat Jaemin.

"Kau tidak bohong?" selidik gadis itu masih cemberut, membuat wajahnya terlihat menggemaskan.

Renjun menggeleng, "Aku tidak bohong!" Sergah Renjun, "Echan hanya iri kau bisa menggambar korek api yang memiliki tangan dan kaki," lanjutnya meyakini, lengkap dengan senyum lebarnya.

"Benarkah?" tanya Jaemin sedikit antusias.

Untuk yang kedua kalinya Renjun mengangguk cepat, kemudian mengacungkan jempolnya pada Jaemin. "Gambarmu memang bagus, Nana."

Jaemin tersenyum lebar mendengar ucapan Renjun, " Terima kasih, Injunie," ungkapnya senang.

Renjun ikut tersenyum melihat Jaemin yang sudah kembali seperti biasanya. "Untung saja Nana tidak marah aku mengatai gambarnya seperti batang korek api," batinnya lega.

Sedangkan Jaemin, gadis itu sudah menuju ke depan kelas untuk mengumpulkan tugas menggambarnya pada Songsaenim dengan senyum lebar. Ah, ia akan tetap bercita-cita menjadi seorang mangaka sepertinya.

"Eumm, Injunie. Kita ke rumah Jeno sepulang sekolah ya…" ajak Jaemin ketika sudah kembali duduk di kursinya.

Renjun mengangguk menyetujui.

KIDS || NORENMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang