Sehelai Kain

50 4 4
                                    


Setelah aku memutuskan untuk merubah diri menjadi lebih baik lagi atau hijrah aku mulai mengubah caraku berpakaian. Secara perlahan aku mulai meninggalkan kebiasaan lama menggunakan celana jeans yang ketat sampai tidak pernah menggunakan hijab jika tidak keluar rumah saja. Aku yang baru sadar akan pentingnya menjaga aurat mulai membiasakan diri menggunakan rok dan baju yang longgar, ya walaupun awalnya aku tidak nyaman dan merasa ribet jika harus kemana-mana mesti pakai hijab dan pakaian yang longgar supaya tidak menimbulkan pemikiran-pemikiran yang negatif dari para lelaki yang bukan mahrom ku.

Cukup lama sudah aku  belajar menggunakan pakaian yang menutup aurat dan aku mulai terbiasa dengan apa yang aku kenakan, sampai-sampai aku tidak pernah ingin melepasnya walaupun di dalam rumah sekalipun. Setelah terbiasa menggunakan rok aku mulai coba menggunakan gamis dan jilbab yang lebih besar lagi ya walaupun akan ada saja komentar yang mengatakan ”ciee yang udah hijrah, ciee bla bla bla” namanya juga manusia ya  pasti akan ada aja komentar-komentar yang bikin nyesek, tapi bukan berarti itu menjadi penghalang untuk kita terus melangkah menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Perlahan-lahan  aku mulai nyaman dengan apa yang aku kenakan, dari yang tadinya menggunakan pakaian pendek saat ke sekolah sampai akhirnya aku menggantinya dengan pakaian yang lebih panjang lagi, bukan apa-apa tapi aku mulai risih dengan pakaian-pakaian ku yang pendek.

Terlepas dari semua perubahan yang aku lakukan pasti akan ada pro dan kontranya dari lingkungan sekitar terlebih-lebih di sekolahku, bagaimana tidak namanya juga SMA ya pasti agak ketat dengan peraturan yang ada, yaitu pakaiannya yang harus serasi dengan semua siswi. Walaupun aku tau aku tak sendiri mengenakan pakaian seperti itu, karena di sekolahku ada beberapa siswi yang mengenakan cadar dan tidak mungkin juga kan mereka akan menggunakan pakaian yang pendek. Awalnya aku malu dan ragu-ragu karena aku tipe orang yang takut akan ditegur oleh guru ya walaupun bukan karena kesalahan yang melanggar peraturan sekolah, tapi namanya juga aku anak yang terkenal pemalu bahkan dikalangan keluarga sendiri hee. Mungkin sebagian orang menganggapku sulit bersosialisasi karena saking pemalunya aku, bahkan dikalangan keluarga sendiripun harus ada kata malu. Bukannya tak mau menyapa, tapi rasa-rasanya mulut ku seakan bungkam saat aku bertemu dengan mereka semua,,, hhh dasar aku.

Pakaianku berubah dan cara berjilbabku pun mulai kupanjangkan, tapi sikapku masih tetap seperti yang dulu yaitu perempuan yang tomboy yang tak terlalu suka menggunakan rok dan gamis sampai-sampai ibu ku sendiri berkata,

“sesekali pakailah rok atau gamis gitu, ini suka banget pakai celana” ucap ibu sambil tertawa. Mendengar perkataan ibuku aku hanya bisa diam dan tertawa dalam hati kecilku sambil menggerutu “aduhh namanya juga gak suka masa mau dipaksa”.

Setelah aku menginjak kelas XII SMA saat itulah aku mulai benar-benar memantapkan hati untuk mau merubah diri menjadi lebih baik lagi, tapi bukan perihal pakain saja melainkan merubah sikap dan cara pergaulanku dengan lawan jenis. Sebelumnya memang aku lebih suka bergaul dengan laki-laki dibandingkan dengan perempuan, walaupun demikian aku tetap masih bisa mengontrol cara ku berbaur dengan mereka. Bermain dengan laki-laki memang memiliki kesannya sendiri, karena disanalah tempat kita bisa blak-blakan dalam berbicara tanpa ada yang dirahasiakan. Disisi lain pula kita dijadikan seorang puteri yang selalu dijaga dari orang yang mau menyakiti kita.Bukan hanya laki-laki, tapi teman-teman perempuanku juga memang agak sedikit tomboy semua makanya ketularan tomboy ampun ya Allah hehe.

Setelah aku mendapatkan keputusan dalam berfikir saat itulah aku mulai menjalankan keinginanku yang amat mendalam yaitu membenahi hidupku menjadi lebih baik lagi dari aku yang sebelumnya. Hari itu masih dalam suasana libur panjang usai semester pada bulan juni dan saat itu pula aku lagi sibuk-sibuknya bolak balik untuk mengantar kakak ku yang tengah belajar sebelum menjadi TKW di sebuah tempat jasa pengiriman TKW.

Pada suatu pagi entah darimana bisikan itu berasal aku teramat ingin mengenakan sehelai kain yang namnya cadar, tapi bukan karena mengikuti trend namun memang aku ingin dan sadar bahwa aku harus menutup auratku untuk menjauhkan ayahku dari siksa api neraka. Kebetulan juga hari itu aku akan pergi mengantarkan kakak ku ke tempat belajarnya di desa Rakam Selong, pagi itu juga ibu yang baru selesai menyapu halaman tengah duduk di teras rumah sambil menunggu aku dan kakak ku berpamitan.

Aku mencoba memberanikan diri untuk mengatakan apa yang menjadi keinginanku kepada ibu, yaitu mencoba meminta izin untuk menggunakan cadar.

ibu...” panggilku dengan perlahan

iya nak kenapa?”

“Aku mau minta izin menggunakan cadar” ucapku dengan lembut

Ya sudah kalau kamu memang mau kenapa harus ibu larang kan niatnya baik juga,tapi nak kamu harus ingat tidak semua orang akan suka dan mendukung apa yang menjadi keputusanmu itu” sambil menatapku dengan penuh dukungan.

iya bu aku paham” jawabku pelan.

ingat juga nak, saat kamu telah mengambil keputusan untuk mengenakn cadar, kamu harus lebih bisa menjaga sikap diluar sana jangan sampai orang menganggap kita tidak bisa menjaga kelakuan sesuai dengan apa yang kita kenakan, walaupun memang perkataan itu akan tetap ada bukan berarti itu yang akan membuat kamu untuk menyerah memperbaiki diri. Ibu dukung keputusanmu selagi itu memang baik nak”

iya bu terimakasi” ujarku dengan perasaan bahagia.

ibu, tersenyum simpul menghadapku.

Setelah akhirnya aku diizinkan untuk menggunakan cadar, hari itu juga aku mencoba memakai cadar saat keluar rumah. Awalnya aku sembunyikan cadarku dan aku buat seolah-olah menggunakan masker, bukannya takut atau apa tapi aku belum terlalu PD untuk menampakkannya di depan orang banyak.
Keputusan yang aku ambil memang sudah kupikirkan sebelumnya, seperti apa kata orang nanti dan bagiamana tanggapan orang terhadap apa yang aku pakai. Menggunakan cadar dikalangan beberapa orang mungkin sudah lumrah, tapi lain halnya dengan orang-orang di desaku yang masih belum terlalu segan dengan orang bercadar. Awal mula aku mulai menampakkan diriku bercadar saja sudah mulai banyak terdengar tanggapan-tanggapan orang disekitar, sampai-sampai aku dikira menganut aliran wahabi, karena mereka pikir hanya orang-orang wahabi yang menggunakan cadar.

Masalah tanggapan-tanggapan yang aku dengar berusaha untuk aku hiraukan dan tutup kuping saja. Kebanyakan yang sering memanggilku wahabi adalah orang tua yang tidak suka melihat orang memakai cadar, karena mereka beranggapan tidak bisa mengenali orang jika wajahnya ditutup. Tapi jika ada yang memanggilku wahabi, toh juga kalau kita jawab bakal dikira melawan dan tidak hormat kepada orang yang lebuh tua. Pasti  juga baliknya ke orang tua kita yang dikira tidak bisa mendidik anak, padahal pakaiannya udah kaya gitu masa kelakuannya gak bisa dijaga ke orang yang lebih tua,, hhh ya sudahlah namanya juga hidup nggak akan pernah  lepas dari yang  namanya omongan dan pendapat orang lain,jadi buat aku dan siapapun yang lagi hijrah jangan putus ditengah jalan ya, karena untuk sampai di posisi kita saat ini nggak  mudah dan banyak hal yang sudah kita korbankan. So tetap melangkah maju untuk mencapai ridho-Nya ya shalihah yukk keep hamasah.










“Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain,
karena itu tidak akan ada habisnya.
Cukup bandingkan dirimu yang dulu
dengan yang sekarang
Apakah sudah lebih baik atau
bahkan belum sama sekali.”

A Journey Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang