Sudah enam belas tahun aku hidup tanpa sosok seorang Ayah, karena sejak usiaku dua tahun ia telah pergi meninggalkan aku dan keluargaku. Emang sih nggak ngerasa apa-apa, karena udah terbiasa hidup tanpa sosok seorang Ayah sedari kecil, kalau bahas masalah Ayah pun kadang aku biasa saja, karena aku nggak tau gimana rasanya manggil kata "Ayah" itu, tapi kadang sedih juga kalau ngeliat orang-orang jalan sama Ayah Ibu nya kaya lengkap banget rasanya kebahagiaan mereka.
Kalau ditanya definisi Ayah itu kaya gimana, mungkin aku juga akan jawab biasa aja, karena aku nggak tau rasanya duduk dipangkuan Ayah, dipeluk, apalagi yang namanya dicium nggak pernah tau rasanya, tapi pernahlah waktu aku masih kecil tapi kan masih umur dua tahun belum terlalu ngerti apa-apa. Yang aku tau dari ceita teman-teman ku sosok ayah itu orang yang kuat, dia bahkan rela kerja keras demi buat bisa ngeliat anaknya sekolah, tapi aku nggak tau dan nggak pernah liat gimana sosok Ayah itu bekerja keras untuk anaknya.
Terkadang saat aku lagi ngumpul sama teman-teman mereka kerap membahas tentang bagaiamana Ayah mereka bekerja keras dan dibeliin ini itu oleh Ayahnya atau apapun itu yang mereka mau pasti dibeliin, tapi sayangnya aku nggak seberuntung mereka yang kalau mau ini atau itu tinggal bilang ke Ayah mereka. Kadang juga aku malu dan cuma bisa diam saat mereka bertanya "kalau ayah kamu kerja apa Alisa?" entah antara mau dijawab atau tidak aku dilema,karena kalau aku bilang Ayah ku sudah meninggal pasti nanti mereka bilang "ya Allah kasiannya" dan itu adalah kata-kata yang paling aku nggak suka, bukannya gimana-gimana tapi kaya ngerasa nggak punya siapa-siapa gitu kalau dibilangin seperti itu.
Memang di dunia ini tidak ada yang abadi, karena semua yang ada di dunia ini hanya sekedar titipan dari Allah, dan untuk perihal ditinggalkan atau tidak kadang aku sering marah dan benci dengan situasi dimana aku harus ngerasain nggak punya Ayah untuk diceritain ke orang lain. Kadang aku marah sama Allah marah dengan keadaan yang ngeposisiin aku di posisi sekarang ini astagfirullah, posisi yang dimana aku nggak pernah ngerasain nyebut kata "Ayah " itu. Bayanganku kerap melayang dan nggak tau harus bersikap kaya gimana, dan disituasi kaya gitu aku benci semua orang yang sering pamer betapa disayangnya mereka dengan Ayahnya, dan terkadang aku sering berpikir untuk menyusul dan bertemu dengan Ayah secepatnya.
Dalam heningnya perasaan dan kacaunya suasana hati aku kerap menggerutu dan berbincang-bincang dengan bayang-bayang Ayah yang nggak pernah aku tau rupanya seperti apa, aku bercerita seolah-olah dia akan hadir dan menyapa saat aku menceritakan apa yang aku rasakan kala itu, tapi sayangnya aku hanya bisa berbincang sendiri dan memeras tangis dalam sebuah ruangan kecil yang kusebut kamar.
"Ayah,,,"
"Ayah,,,"
"Ayah,,,"
"Ayahhhh, apa Ayah dengar aku memanggilmu" ucapku pada diri sendiri.
"apa Ayah tau aku disini merindukanmu?apa Ayah tau aku disini harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang orang lontarkan kepadaku? apa Ayah tau bagaimana bencinya aku mendengar kata "kasihan" dari mereka yang tau kalau kau sudah pergi untuk selamanya? apa kau tau Ayah hahhh kau tau?" dengan perasaan marah aku berbicara pada diriku sendiri.
"Ayah,bolehkah aku menemuimu dalam mimpi? bolehkah Ayah? ku harap boleh, karena aku sangat ingin menemuimu dan berecerita bagaimana aku menderita melihat anak-anak yang memiliki seorang Ayah yang begitu menyayanginya".
"Ayahhhhhhhhhhhhhh, jawab aku Ayahh".
"Tuhannnn, beginikah rasanya merindu tanpa tau harus bagaimana?" ucapku dengan nada yang tersedu-sedu.
"aaaaahhhh sudahlah, kau tuli Ayah, kau tuli,kau bahkan tidak menyampaikan pesanku pada Tuhan bahwa ada seorang anak yang merindukan Ayahnya dan ia ingin bertemu denganmu walau dalam mimpi" ucapku lirih dengan nada kesal.
Entah dari mana perasaan itu datang, semuanya terasa sangat kacau dan begitu hancur.Saat itu juga aku marah sejadi-jadinya, tapi tak bisa kuluapkan dengan sebuah kata-kata ataupun tindakan, aku hanya bisa menangis dan menangis dalam sebuah ruangan gelap.
Saat itu aku baru pulang sekolah dengan temanku yang bernama warni, kebetulan juga rumahku dengan rumahnya bersebelahan, nah diwaktu itu pula aku mendengar dan melihat langsung sebuah kejadian yang membuat aku harus merasakan benar-benar tak punya sosok Ayah,
"Bu, Ayah dimana?" tanya dia kepada Ibunya.
"Ayahmu ada didalam nak" jawab Ibunya .
Entah darimana perasaan itu datang,aku yang tadinya tengah tertawa riang sontak langsung terdiam mendengar hal tersebut.
"hhhh enak ya dia punya Ayah, sedangkan aku,,," ucapku lirih dalam hati
Melihat kejadian itu aku langsung bergegas menuju rumah dan menganggap apa yang aku dengar itu tidak pernah terjadi.Bukannya tak menerima keadaan, tapi hati anak mana yang tak teriris melihat dan mendengar kejadian tersebut, kejadian yang dimana seorang anak tak punya Ayah melihat dan mendengar seseorang menyebut nama "Ayah".
Aku memang sudah terbiasa hidup tanpa sosok Ayah sedari kecil, tapi kalaupun melihat kejadian seperti itu pasti rasa sedih kerap menghampiri, karena aku hanya bisa melihat dan mendengar seseorang memanggil nama Ayah sedangkan aku tak bisa apa-apa untuk memanggil nama tersebut. Hhhh mau nangis nggak ada gunanya juga, tapi kalau dipendam juga sakitnya sampai ke ubun-ubun hedehhh serba salah juga kalau kaya gini.
Diantara semua keluargaku mungkin cuma aku yang nggak punya sosok yang namanya "Ayah", ya memang cuma aku,tapi ya sudahlah namanya juga takdir mau diminta buat balik nggak bakal mungkin, tapi kalau lihat orang lain punya Ayah nyesek juga, lebih nyesek daripada ngelihat mantan udah punya gandengan baru sedangkan kita belum move on hiyakkk wkwkwkwk ckkkk.
Setiap ngumpul keluarga besar di rumah kakek dan nenek semuanya selalu komplit dengan Ayah dan Ibu mereka dan aku cuma bisa nengok kiri kanan ngelihat bagaimana asiknya mereka bersenda gurau dengan Ayah mereka, ada yang lagi inilah itulah dan aku cuma bisa nyaksiin bagaimana bahagianya mereka punya keluarga yang lengkap tanpa ada yang kurang.
Dari kejadian itu semua aku mulai berusaha buat berpikir lebih tenang dan dewasa, karena kalaupun aku menangis dan bersedih toh juga nggak bakal ngebuat semuanya balik lagi. Sedikit demi sedikit aku mulai bisa ngontrol perasaan dan pikiranku yang sebelumnya kacau menjadi lebih tenang dengan berusaha menerima keadaan yang telah ditetapkan oleh Allah.
Buat Ayah, maafkan anakmu ya yang belum sempat membahagiakanmu dan maaf juga kalau aku sering maksa Ayah buat dateng ke dalam mimpi aku, ya walaupun sampai detik ini pun aku masih selalu berharap akan hal itu. Titipkan salam ku pada Tuhan kalau aku senantiasa rindu dan masih terus berdo'a untuk bisa bertemu denganmu walau hanya dalam mimpi.
Setelah lama aku sembuh dari rasa kehilangan sosok yang hebat, akhirnya aku kembali merasakan hilang itu. Rasa hilang yang membuat aku merasa sendirian tanpa ada yang support ataupun menemani kala suasana hidup tengah pelik dengan segala persoalannya.
Quotes
Perpisahan itu pasti, tapi nggak semua perpisahan
itu nggak ada maknanya.
Perpisahan diciptakan agar kita tahu bahwa tidak ada yang
Abadi di dunia ini melainkan Dia(Allah).
Apa yang bukan menjadi milikmu akan tetap pergi, tapi
Apa yang memang sudah menjadi takdirmu walaupun ia pergi pasti
ia akan kembali entah dalam wujud yang sama atau
bahkan dalam wujud yang berbeda.@aynihrtka
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey Of Life
General FictionApa yang bisa disesali dari masa lalu? Masa lalu tetap berlalu, dan yang sudah pergi akan tetap pergi jika sudah waktunya. Mungkin saat ini aku bukan orang baik. Mungkin juga tidak untuk nanti, tapi tak menutup kemungkinan juga untuk diri bergerak...