part 5

0 0 0
                                    

       Lee terbangun, ia tidak sadar bahwa tadi ia ketiduran di ruang kerjanya. Padahal niat awal ia hanya memejamkan mata untuk mengurangi rasa penat.
          Lee melihat jam tangannya, jam menunjukkan pukul 6 sore yang artinya ia harus segera pulang untuk beristirahat dirumah.
       Lee keluar dari ruangannya. Dia bertemu dengan seorang pelayan laki-laki di cafenya.
"Eh pak lee, Mau pulang pak?" Sapa pelayan tersebut.

Lee hanya tersenyum sambil mengangguk. Lalu ia pun keluar dari cafe dan berniat untuk memesan taksi online.
********

      Sesampainya di rumah lee merebahkan tubuhnya di kasur king sizenya. Lee memandang sekeliling kamarnya.. sepi. Hanya itu yang selalu lee rasakan.
          Sebenarnya lee tidak suka dengan suasana sepi seperti ini, namun lee juga tidak suka jika terlalu ramai. Hanya saat bersama irana keramaian itu membuat lee bahagia. Pembawaan irana yang ceria dan aktif membuat lee ikut merasakan keceriaan. Walaupun di ruangan tersebut hanya ada lee dan rana, namun ruangan tersebut bisa seperti di isi dengan 5 orang saking ramainya seorang rana. Lagi.. lagi ..dan lagi..lee mengingat wanita itu.

"Haaahh,, kenapa aku tidak bisa melupakanmu rana. sulit..sangat sulit untukku melupakanmu" ucap lee dalam keheningan.

      Lee pun beranjak dari posisi tidurnya dan berniat untuk mandi dan bersiap membuat makan malam untuknya.
******
      Lee selesai mandi dan makan malam. Dia duduk di kursi depan tv sambil memangku laptopnya. ia berniat mengecek jadwal shooting,  Ahh dan juga tidak lupa juga ia mengecek laba dan rugi dari semua usaha yang dia dirikan.
       Sejak masalahnya dengan irana ia menjadi sosok lelaki yang semakin dingin, cuek dan acuh tak acuh yang semakin akut. Sangat sulit digapai. Sangat sulit di goda.
Lee jomblo, bukannya lee tidak laku, le hanya merasa malass dengan kisah cinta yang siklusnya hanya begitu-begitu saja.

       Lee merasa matanya semakin panass karena dia terus menatap laptop. Ia lelah, akhirnya lee pun beranjak dari duduknya dan menuju kamarnya untuk tidur.

**************

Jombang: pukul 20.00

Fari dan Indi sudah berada di kamar Fari. Mereka sejak tadi bercerita tentang banyak hal.
Lalu... Indi menatap Fari cukup lama "far, lu yakin mau pergi ke korea? Lu yakin bisa jauh dari orang tua? Dari temen? Teruss ya far biaya hidup disana itu nggak murah, apalagi korea" ujar Indi sedikit khawatir.
Fari terdiam cukup lama mendengar ucapan Indi.
          Benar, dia belum berfikir sampai kesana. Bagaimana jika ia tidak bisa menghidupi dirinya sendiri di negri orang? Bagaimana jika dia tidak bisa dengan mudah beradaptasi? Walaupun orangtua fari tetap akan mengirim uang. Namun uang tersebut tidak terlalu banyak dan mungkin jika untuk hidup di korea hanya bertahan selama 2 minggu. Jika di indonesia saja uang itu hanya cukup untuk sebulan.
Dan Fari pun tidak mungkin meminta jatah uang saku lebih kepada orangtuanya. Ia sadar bahwa ia sudah cukup merepotkan orangtuanya selama ini.

"Hahhh" fari menghela nafas. "Entahlah ndi, aku juga bingung... Aku akan mulai memikirkan itu jika aku sudah pasti keterima di universitas korea itu" ujar Fari sambil tersenyum.
       Indi tersenyum kepada Fari sambil mengelus telapak tangan Fari untuk menguatkan  dan memberi semangat.
"Semoga semuanya sesuai dengan rencanamu ya Far".
"Iyah semoga saja ndi"

Akhirnya mereka berduapun bergegas untuk tidur, karena waktu sudah menunjukkan tengah malam.

*******
Keesokan harinya..
Karena ini hari sabtu pagi-pagi sekali sekitar pukul setengah 6, Fari, Indi, dan ummi pergi ke kebun belakang rumah untuk memetik daun singkong.. rencananya ummi akan memasak sayur daun singkong untuk sarapan, Karena Fari merengek minta di masakkan sayur tersebut. Ada-ada saja Fari.
         Mereka memetik daun-daun singkong sambil saling melempar candaan. Hingga membuat suasana pagi hari itu menjadi hangat.
" Far, ndi,, udah cukup ini daunnya. Udah banyak. Masuk yuk,,kita masak bareng-bareng". Ujar ummi sambil mengangkat keranjang yang berisi daun singkon dan beranjak pergi dari kebun menuju rumah.

"Tunggu miii, biar indi bawain keranjangnya" sahut indi sambil menyusul ummi dan mengambil keranjang sayur yang tadinya di bawa ummi.
"Elleh cari mukaaa lu" kata Fari sewot.
"Yee biarin, anak berbakti..nggak kayak elu, nyusahin mulu,,,hahahaha" sahut Indi dengan nada yang mengejek.
"Sinii luuu gue jitakk sampek botakk baru tau rasa"
Fari sudah bersiap mengejar indi yang berlari karena mendengar ucapan Fari yang sedikit dibuat-buat terdengar emosi.

"Wleeee..dasar preman kecil" indi terus berlari sampai Fari tak bisa menyusulnya.

Merekapun akhirnya membuat adegan kejar-kejaran sampai rumah,, mereka bagaikan tom and jerry.

*****
        Fari dan indi pun membantu ummi masak.
"Mii, terus ini di apain sayurnya? Tadi  udah fari cuci" tanya fari yang menatap ummi dengan kebingungan harus diapakan daun yang lucu ini.

"Dimasukin ke panci, airnya udah mendidih masukin aja" jawab ummi sekenanya, karena beliau sedang sibuk mengulek bumbu-bumbu lainnya yang akan dibuat campuran kuah sayur.
      Sedangkan Indi sedang mengiris-iris bawang sampai matanya berair.

"Ndii lu kenapa dah nangis? Udah kayak abis diputusin pacar aja ..hahaha" ejek Fari yang melihat mata indi berair.

"Ini kena bawang bego, gue ngiris bawang sampe perih nih di mata"
indi mengucek matanya ..perih..sangat perih sampai Indi mulai sulit untuk membuka matanya.

"Eh..eh jangan dikucek pake tangan sayang, sana cuci muka biar nggak perih lagi matanya" kata ummi dengan nada khawatir.

"Iyah mii, bentar ya indi cuci muka dulu. Dan eluu preman kecill..lanjutin nih motong bawangnya tanggung banget"

"Dih ogahh, itu kan tugas elu..gua mahh mau nunggu sayurnya mateng.. wleeee".. fari menjulurkan lidahnya untuk menggoda Indi.

"Kamvret lu" umpat indi.

Ummi yang dari tadi melihat interaksi mereka berdua hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan 2 anak itu.

~~~~
        Hanya ummi dan Fari di dapur tinggal mereka berdua. Fari berniat mengungkapkan keinginannya  kepada ummi, tapi Fari ragu.. fari ragu kalau ummi bisa menerima keputusannya.

"Emmm ummi" panggil Fari sedikit ragu.

"Hemmm iya sayang, kenapa?" Jawab ummi dengan lembut.

"Anu...emmm.. anu mi" ragu, Fari merasa sangat ragu.

"Apasih sayang? Ada yang mau dibicarain sama ummi? Penting kah?".
Fari mengangguk..

        Ummi pun menatap Fari dengan intens menunggu apa yang akan diucapkan oleh fari.
Tapi nihil.. Fari tidak mengatakan apapun.
"Nanti aja deh mi, sekalian mau ngomong sama ayah juga"
Fari menundukkan kepalanya. Ia tak berani menatap Ummi.

      Ummi yang merasa sedikit aneh dengan tingkah laku anaknyapun hanya terdiam sambil melanjutkan pekerjaannya.

        Indi keluar dari kamar mandi, ia merasa atmosfer di dapur sangat berbeda dengan tadi. Sunyi..sangat sunyi..beda dengan tadi yang penuh dengan canda tawa.
          Indi menatap ummi dan Fari bergantian "ada apa dengan fari dan ummi..kenapa tiba-tiba mereka diam?" Gumam indi, masih merasa bingung.

        Fari terdiam karena sedang merangkai kata di otakknya. Merangkai kata yang tepat untuk di ungkapkan nanti kepada orangtuanya.

*********

Lumayan panjang part ini yah..
Semoga kalian suka dengan ceritanya..walaupun agak rancu..heheh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang