Stage One; #Encounter 1

113 16 6
                                    

en·coun·ter
verb
meet (someone) unexpectedly.

==Happiness==

Nad, tiga hari lagi ultah Diva, loh" ucap Astrid. Nada, yang tengah menulis sesuatu di catatannya itu menoleh pada temannya.

"Iya, Nad. Lo tau, kan Diva pengen banget dirayain di Café Lorrainee," sahut Nora kemudian.

"Tapi masalahnya, Café Lorrainee itu rame banget dan mau gamau harus reservasi dari sekarang, Nad."

Nada menatap kedua temannya itu, "terus gimana, dong?"

"Gue minta maaf banget sama lo, hari ini gue mau temenin nyokap arisan."

"Gue juga, Nad. Gue dihukum papa gara-gara pulang larut semalam, gue harus langsung balik setelah kelas terakhir."

"Gue sama Nora minta tolong sama lo buat reservasi dan bayar dpnya duluan. Setelah acara Diva gue ganti, deh." Ucapan Astrid dibalas anggukan oleh Nora.

Oh, ada maunya.

Nada memaksakan senyumnya, "yaudah, gapapa kok. Abis kelas ini aku langsung ke Café Lorrainee buat reservasi."

"Makasih, Nad!! Lo emang temen kita yang paling baik," kata Astrid tersenyum senang.

Nada membalasnya dengan senyum kecil.

***

Nada menghela napasnya ketika punggungnya menghantam kasur. Hari ini cukup membuat kepalanya mumet.

Ingatannya kembali melayang ketika ia turun dari tangga setelah keluar dari kelasnya tadi.

Ia melihat seorang laki-laki menaiki tangga terburu-buru sambil menenteng laptopnya dan telinganya tersumpal earphone.

Tok tok tok.

Ketukan pintu itu diikuti dengan munculnya Bi Isti yang membawa segelas air putih dan sepiring pisang goreng kesukaannya.

Nada tersenyum senang. Bi Isti paling mengertinya. "Makasih, Bi."

"Sama-sama, Cantik. Sepatunya dibuka dulu, Nad. Nanti tempat tidur kamu kotor, loh."

Nada cengengesan kemudian melepas sepatunya.

"Bi, kalau kamar tamu di dekat pos Mang Damar aku sewain, menurut Bibi gimana?"

"Gapapa kok, lumayan juga kayaknya. Kamu bisa dapat teman baru, Nad."

***

Nadaswara. Gadis cantik berambut sebahu yang selalu dipanggil Nada itu memang sudah tinggal bersama Bi Isti dan Mang Damar di sebuah rumah bertingkat dua dari ia menginjak kelas X. Kedua orangtuanya terkenal di dunia bisnis dan sudah bercerai sejak ia masih SMP.

Nada memutuskan untuk tinggal sendiri setelah Papanya memilih untuk tinggal di Bandung dan menjalani hari-harinya.

Ia disukai teman-temannya karena berasal dari keluarga kaya, tidak pelit, gampang maafin orang, dan gak tegaan. Semua itu Nada lakukan agar teman-temannya tidak menjauhinya. Padahal ia tahu, ia hanya berakhir dimanfaatkan.

Saat ini ia tengah sibuk membantu Bi Isti membersihkan sebuah kamar di sebelah pos Mang Damar yang rencananya akan ia jadikan sebuah kosan.

"Duh, Dek. Siniin kain lapnya, biar Mang Damar aja yang bersihin jendelanya. Kamu masuk aja, Dek," ucap Mang Damar pada Nada yang sedang berdiri diatas kursi untuk membersihkan jendela.

"Gapapa, Mang. Jarang-jarang aku bantuin Bi Isti kayak gini. Iya kan, Bi?"

Bi Isti menoleh padanya sambil mengelap peluhnya, "iya, sih. Tapi kamu gaboleh capek, Nad. Dimarahi Papa, loh."

"Papa gabakalan tau kalau Bibi sama Mang Damar ga ngelapor," jawabnya sambil terkekeh. Mang Damar dan Bi Isti menggelengkan kepala.

Suara deru mesin motor berhenti di depan pagar rumah itu. Mang Damar yang duluan menyadari bahwa sang empunya berjalan kearah mereka, menghampirinya.

"Nyari siapa ya, Mas?"

Nada berhenti dan menatap orang yang ada diluar pagarnya.

Laki-laki yang ia lihat di tangga tadi siang.

"Mau dijadiin kosan, Mba?"

Suaranya mengarah pada Nada.

Nada menatap laki-laki itu, "iya, Masnya mau ngekos disini?"

Laki-laki itu mengangguk.

***

"Gema."

Laki-laki yang dipanggil Gema itu menoleh pada Nada yang bersandar di pintu kosnya.

"Apa?"

"Kamu dapat jatah laundry dua hari sekali masing-masing dua pasang baju. Terus kalau mau ke dapur bisa dari pintu samping rumah. Kalau pengen nonton tv boleh ke rumah aku ya, Gem."

Gema hanya membalasnya dengan anggukan.

"Cuek banget, sih," gerutu Nada yang bisa di dengar oleh Gema.

"Terus gue harus jawab apa?"

Nada menatap Gema dengan senyum yang tak lepas dari tadi.

"Lo hobi banget senyum, ya."

Nada terkekeh mendengarnya. "Aku juga hobi nonton drama korea, denger lagu galau, gangguin Bi Isti masak, bersih-bersih, mungkin ga lama lagi hobi aku nambah satu."

"Apa?"

"Gangguin Gema," ucapnya sambil cengegesan.

Gema kembali sibuk memasukkan pakaiannya ke lemari. Sedangkan Nada masih belum beranjak dari posisinya. Tak sengaja, tatapan matanya jatuh pada laptop Gema. Disana tertempel stiker jurusan DKV kampusnya.

"Kamu DKV?"

"Iya, lo?" tanya Gema sambil menutup pintu lemarinya.

"Psikologi, Gem."

Gema membalasnya dengan anggukan dan membulatkan mulutnya.

"Besok kamu ada kelas pagi, ga?"

Gema mengangguk, "ada."

"Berangkat bareng, yuk!" Ajak Nada antusias. Gema menatapnya, "terserah lo deh, Ibu Kos."

Nada tersenyum lebar dan berlari ke rumahnya.

***

Hai!! Ini cerita aku yang pertama kali aku publish, enjoy!

Jangan lupa votenya😽

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang