Stage Two; #Demeanor 2

22 3 2
                                    

Nada sedikit terlonjak saat mendapati Gema tengah berkutat di dapurnya. "Kamu ngapain, Gem?"

Gema beralih menatapnya, "bikin sarapan."

Nada enggan bertanya lebih lanjut. Ia duduk di meja pantri dan memperhatikan punggung Gema yang membelakanginya sambil tersenyum kecil.

"Sarapan sudah siap, Ibu Kos," ucap laki-laki yang memakai kaos putih bergambar Luffy One Piece itu sambil meletakkan sepiring nasi goreng ke depan Nada.

Nada menghirup aroma nasi goreng dihadapannya. Cacing-cacing diperutnya seakan berteriak meminta makanan itu segera masuk.

Nada memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya, matanya membelalak. "Enak banget, Gema!" Pekiknya senang.

"Biasa aja kali, Nad," elak Gema—sok-sokan merendah padahal ia senang masakannya dipuji perempuan cantik ini.

"Rumahku sekarang lengkap ya," kata Nada.

"Udah ada Bi Isti yang beberes, Mang Damar satpam yang kadang-kadang jadi supir juga, terus ada kamu yang mendadak jadi chef," lanjutnya diikuti dengan senyum lebar.

"Jangan senyum, gigi lo ada cabe."

Nada berdecak kesal, menatap Gema dengan ujung matanya.

Gema ikut senang melihat Nada pagi ini. Dewa batinnya seakan menari-nari.

***

"Nad," panggil Astrid sambil mencolek lengan Nada yang tengah melamun.

Nada menoleh padanya. Tertanya seisi ruangan kelas sudah menatapnya.

"Lo mimisan," sambung temannya itu.

Nada menyentuh bagian bawah hidungnya. Benar saja, buku catatannya sudah terkena cairan merah yang menetes dari hidungnya itu. Ia menutupnya menggunakan tangan dan buru-buru bangkit dari duduknya.

"Saya permisi, Bu," izinnya pada Bu Indah sambil berlari keluar kelas.

Kini ia menatap dirinya di pantulan cermin toilet. Wajahnya terlihat sedikit pucat. "Cuma mimisan, kan?" Tanyanya pada pantulannya itu.

Ia menarik napasnya dalam. Sekarang dia merasa dadanya sakit ketika melakukan itu. Lalu dia melakukannya sekali lagi. Sakit. Sakit sekali hingga ia memegang dadanya.

Drrt
Gema: Nad, lo dimana?

Nada: toilet
Read

Nada keluar dari toilet tepat setelah membalas pesan Gema.

Tak lama, terdengar suara derap kaki yang terburu-buru berlari kearahnya.

"Lo kenapa, Nad? Astrid bilang tadi lo mimisan. Lo kenapa?" Cerocos laki-laki itu saat sampai dihadapannya.

"Cuma mimisan kok, Gem. Aku gapapa," jawab Nada, ia tersenyum. Sedikit merasa senang diperhatikan Gema seperti ini.

"Tapi lo pucat, Nad. Kita pulang sekarang, ya?" Tidak terdengar seperti pertanyaan, Gema langsung membawa tangan Nada untuk digenggamnya. Sementara tas Nada di gantung di bahu kanannya.

Nada menatap tangannya yang digenggam laki-laki itu dan wajah Gema bergantian lalu kembali tersenyum.

Tiba-tiba, Gema memberhentikan langkahnya.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang