Drrrtt! Drrrtt!Ponsel Javas bergetar tampak ada yang sedang mencoba menghubunginya namun tak kunjung diangkat oleh empunya.
Javas yang merasa tidurnya terganggupun langsung mengangkatnya. Ternyata Saga. Sudah menjadi kebiasaan bagi Saga pula bahwa dia harus mengabsen (baca: membangunkan) Javas bila semalam Javas dalam keadaan mabuk berat.
"Ap-"
"Lu gimana sih? Udah gua telpon telpon juga, masih belum bangun. Pulas banget tidurnya mas" Belum Javas mengucap satu kata, sudah Saga balas dengan rentetan kata-kata cerewetnya. Sekali lagi, menjadi kebiasaan untuk seorang Saga. Eh. Oke. Seorang Javas sudah terbiasa dengan omelan dari Saga jika ia lama mengangkat telponnya.
"Udah? Kalau udah gua balik tidur nih"
"Wey! Gua telpon tuh biar lu bangun bukan balik tidur lagi!" Pagi-pagi Saga sudah dibuat naik pitam. Memang sahabat yang baik.
"Iya iya canda doang, gak bakal tidur lagi, tenang aja" jelas Javas.
Setelah menutup telponnya, Javaspun beranjak dari kasur untuk mencuci muka dan membuat sarapan. Kebetulan hari ini adalah weekend, jadi dia bisa istirahat (baca: rebahan) seharian full tanpa ada yang ganggu.
Baru saja akan menggigit rotinya, muncullah satu notifikasi chat dari ponselnya. Ia pun langsung segera membukanya tanpa memastikan siapa pengirimnya. Dengan membaca kalimatnya sudah ketahuan siapa pengirimnya. Siapa lagi kalau bukan, Saga.
09:26 a.m.
my beloved satan : Hallo Tuan Raja, sudah sarapan?Atharya Ja. : Belum sayangku, baru mau makan eh ada dajjal ngechat.
my beloved satan : Bgs*t. Dasar anak tak tau diuntung. Masih mending gue anterin pulang kalau kaga udah jadi gelandangan kali lu.
Atharya Ja. : Lama. Buruan mau lu apa?
my beloved satan : Eh iya temenin gua belanja bulanan dong. Kayaknya bakal banyak sekalian nyetok buat 2 bulan, jadi butuh asisten nih gue.
Atharya Ja. : Gak ah. Gue mau menikmati weekend gue. Bye.
09:44 a.m.
my beloved satan : Gue udah di depan apart lu. Bukain buru.Atharya Ja. : Gue gak mempan ya ditakutin kayak begitu.
Tak lama terdengar ketukan dari pintu apartnya.
Tok! Tok! Tok!
'Anjir nih anak beneran udah di depan' batin Javas.
"Buruan bukain keburu gue karatan" muncul suara teriakan dari luar pintu yang memang sudah tidak asing lagi.
"Iya iya bentar" teriak Javas sambil menuju pintu dan langsung membukakan.
"Tumben lu gak langsung nyelonong masuk?" Heran Javas.
"Yeeeh gini gini juga gue punya adab kali" balas Saga sambil menoyor kepala sang pemilik apart itu.
"Buru deh mandi, weekend nih pasti macet banget" lontar Saga sembari mendorong Javas hingga masuk ke kamar mandi.
"Kasur! Tolong aku" rengek Javas seperti anak kecil karena tidak rela weekend nya tidak dapat digunakan sebaik mungkin.
🌄🌄🌄🌄🌄🌄
Sesampainya di supermaket, hawa sejuk dari pendingin ruangan menyambut kedatangan mereka. Javas mengambil troli dan Saga memimpin di depan.
"Ja, nuggetnya mending yang stik apa huruf? Apa yang hewan?" Saga membuka obrolan.
"Ga, gitu doang masa lu minta saran gua juga" Javas keheranan.
"Ya kan siapa tau beda rasanya, Ja" Entah ini Saga beneran polos apa gimana.
"Yaudah lah yang stik aja" Javas mulai kesal. Dan Saga yang mendengar itu segera mengambil nugget berbentuk stik dan meletakannya di dalam troli.
Setelah semua kebutuhan Saga telah terpenuhi, Sagapun mengajak Javas makan siang di foodcourt. Mereka memilih makanan jepang dan langsung duduk di sudut restoran itu.
Selama menunggu makanan datang, Javas merasa ada yang melihatnya. Saat melihat ke sekitar, tatapannya langsung tertuju ke seorang laki-laki yang tampaknya sebaya dengannya berada di seberang restoran yang didudukinya.
Tak lama, laki-laki itu kembali melihatnya dan karena tatapan mereka bertemu, alhasil laki-laki itu melambaikan tangannya ke arah Javas. Karena tidak mau geer dulu, Javas melihat sekitar apakah ada orang lain yang melihat ke arah laki-laki itu. Namun nyatanya tidak ada. Javas pun langsung menundukkan pandangannya dan bergidik ngeri. Saga yang melihat sahabatnya bergelagat aneh, langsung bertanya.
"Kenapa lu?" Saga penasaran.
"Eh? Kenapa? Gapapa gua kok" balas Javas sedikit terkejut dan Saga hanya membalas dengan anggukan.
Javas yang masih bingung plus ketakutan hanya menundukkan pandangannya terus terusan hingga makanan pun datang dengan keadaan masih panas karena tampak banyak asap yang keluar. Javas pun terburu-buru menghabiskan makanannya karena ingin segera pergi dari sini meskipun ia merasa lidahnya saat ini sudah terbakar. Saga yang melihatnya pun hanya geleng geleng kepala dengan berpikir bahwa sahabatnya itu sangat kelaparan.
Setelah sudah habis, karena tidak ada tujuan kemana-mana lagi maka mereka pun memutuskan untuk pulang.
🌄🌄🌄🌄🌄🌄
Sesampainya di apart, karena merasa kegiatan tadi sudah sangat menyita me time nya, maka Javas langsung balas dendam dengan marathon tidur (anjir ada pula namanya marathon tidur) hingga esok hari lagi.
Namun sebelum itu, Javas mandi terlebih dulu agar badannya segar dan mengemil beberapa snack yang ia ambil di kulkas untuk mengisi perutnya yang tampak sudah kosong lagi. Tak lama berbarengan dengan suara adegan film di laptopnya, suara dengkuran pun terdengar nyaring mengisi seluruh ruangan.
*oke oke gimana? Mayan lah sedikit lebih panjang dari bab 1:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nestapa di Ufuk Barat
Teen Fiction*****ONGOING***** Sesak. Begitulah rasanya ketika berada dalam kegelapan. Dimana fase menyendiri sudah menghampiri. Saat sudah terbuai oleh keadaan gelap dan pengap, datanglah setitik cahaya bak penolong baginya di ruangan yang kedap akan udara ini...