1

11 2 0
                                    

Javas. Ya namanya Javas. Lelaki yang duduk termenung di bangku taman sambil menikmati senja yang sedang berlangsung. Ia selalu melakukan ini jika sedang dalam suasana hati yang buruk. Dan perlahan mataharipun tenggelam sempurna dilanjut dengan kehadiran bulan dan bintang yang berkelap kelip di malam yang kebetulan sedang cerah ini.

Setelah malam tiba, Javas pun bergegas meninggalkan taman dan mengarah ke pusat kota tepatnya apartemen milik temannya untuk merayakan ujian kenaikan kelas yang telah berakhir hari ini bersama teman sekelasnya. Tahu betul remaja umur 16 tahun memang belum diperbolehkan untuk mengonsumsi semacam itu apalagi mengunjungi klub malam. Namun, jiwa muda mereka yang menggebu-gebu itu memaksa mereka untuk mengonsumsi secara diam-diam sembari pesta. Bisa disebut private party. Pesta berlangsung meriah karena satu kelas datang untuk merayakannya.

Di pojok dapur tampak ada 3 dus yang berisikan botol-botol bir dari merek terkenal. Musik musik kencangpun terdengar menggelegar di sudut ruangan. Entah apakah tetangganya terusik apa tidak, tampaknya pemilik apartemen itu tidak memedulikannya dan terlihat egois.

Javas yang sedang dalam suasana hati yang burukpun menenggak beberapa botol itu untuk diri sendiri. Saga, sahabatnya sudah terbiasa dengan kelakuannya dan akan menghentikannya jika sudah menenggak botol kelima. Saga yang memang pribadi bukan pengonsumsi minuman tersebut hanya mengobrol dan senda gurau dengan temannya yang lain selama pesta berlangsung.

"Hmm.. Ga" racau Javas yang terlihat sudah mabuk berat memanggil Saga.

"Gaaa... anterin hm... gue" pinta Javas sembari mencoba membuka matanya untuk memastikan apakah sahabatnya masih ada.

"Gak ah. Capek gue. Lu pulang sendiri aja sana, bawa motor juga" tolak Saga yang sudah beranjak berdiri dari sofa.

"Oh ayolah! Lu tega gitu sama sahabat sendiri" Javas merayu.

"Ok ok. Buruan lu bangun!" balas Saga dengan berat hati. Namanya juga Saga. Hatinya langsung luluh ketika status persahabatannya dibawa-bawa.

Andai kata Javas bukanlah sahabatnya mungkin sudah dia tolak mentah-mentah dan meninggalkannya dengan alasan dia sangat capek dan ingin segera pulang. Dengan berat hati, Saga membopong badan Javas ke dalam mobilnya dan menancap gas membelah jalan raya kota yang masih penuh dengan kendaraan yang berlalu lalang.

Waktu menunjukkan pukul 1 malam dan Saga telah sampai di depan apartemen Javas sembari membawa badan pemilik apartemen itu. Karena ia mempunyai kunci cadangan maka ia tak perlu repot-repot membangunkan Javas. Setelah membuka pintu, Saga langsung membawa Javas ke dalam kamarnya dan membaringkannya tanpa melepaskan sepatu. Setelah itu, Saga beranjak keluar dari kamar dan mengambil minum untuk melepaskan dahaganya. Karena sudah larut malam, Saga langsung pulang dan tak lupa mengunci pintu tanpa berpamitan karena pastinya tidak bakal ada yang menyahut.




*Oke sahabat (ala ala siapa gitu) janji dah yang ini bakal dilanjutin sampe selesai, soalnya emang suka banget sama jalan cerita ini. Semoga paham. Btw, bab 1 dikit gapapa lah yaaa namanya juga awal awal:)

Nestapa di Ufuk BaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang