08. Percaya pada Keraguan

45 3 0
                                    

Berhati-hatilah dalam mempercayai orang lain,
karena pengkhianatan dimulai dari kepercayaan.
~ Mario Teguh ~

**********

"Aku hanya ingin mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milikku, Lid. Kamu mau kan membantuku?" tanya Farrel sembari duduk di sebelah Lidya.

Apa aku gak salah dengar? Farrel mau aku untuk membantunya? Lidya bertanya-tanya dalam hati.

Raut wajah Lidya menunjukkan ekspresi bingung. Farrel yang sadar akan hal itu pun melanjutkan perkataannya, "Sampai waktunya tiba, aku ingin kamu membantuku untuk tetap berada di sisi Kak Alvis. Dia menyukaimu, Lid."

"Apa kamu sudah gila, Rel? Kamu menyuruhku mendekati Kak Al? Apa kamu tidak peduli bagaimana perasaanku?" tanya Lidya dengan sedikit meninggikan nada suaranya. Dia begitu kaget mendengar permintaan Farrel.

"Baiklah, aku tidak akan memaksamu, Lid. Tapi, pikirkanlah sekali lagi permohonanku ini, Lid. Aku akan selalu berada di dekatmu. Aku berjanji, hubungan kita akan kembali seperti sediakala setelah semuanya berlalu," ucap Farrel sambil menundukkan kepalanya.

"Apa kamu ingin melihatku terpuruk oleh karena dendam Kak Alvis yang sangat pandai disembunyikan olehnya? Apa kamu mau kehilangan aku, karena kebodohanmu yang tidak mau membantuku?" lanjutnya yang tiba-tiba mengguncangkan tubuh Lidya.

Air matanya menetes cukup deras sambil menatap Lidya. Dia berharap Lidya akan luluh pada caranya yang terakhir ini.

Lidya tidak tega melihat wajah sedih sang kekasih. Dia pun dengan cepat berkata,"Kak Al itu begitu baik padamu, Rel. Kamu harus mencaritahu lebih dulu kebenarannya sebelum kamu mengambil kesimpulan seperti ini."

"Nah, kaaaann.. Kamu sudah terbuai oleh topengnya. Aku hanya ingin kamu mengetahui bagaimana wujud asli Kak Al yang tidak pernah ditunjukkannya pada semua orang. Setidaknya, bantulah aku, orang yang telah menyelamatkanmu ini, Lid."

Kata-kata Farrel yang terlontar begitu saja, berhasil membuat Lidya tersadar. Dia sadar akan posisinya yang sudah berhutang budi pada Farrel dan permintaan Farrel tidak begitu berat untuk dilakukannya.

"Oke, baiklah. Aku akan mengikuti apa yang kamu inginkan. Karena aku mencintaimu dan karena kamu adalah penyelamat hidupku. Rel, jangan tekuk wajahmu seperti itu. Aku tidak ingin hubungan kita berantakan hanya karena ini."

Begitu selesai berbicara, Lidya langsung mendapatkan pelukan yang erat dari sang kekasih. Dia pun membatin, Aku baru tau kalau kamu begitu tertekan di dalam keluargamu, Rel. Aku akan berusaha membantumu sebisaku. Aku janji!

Usai perbincangan yang panjang itu, Farrel memutuskan untuk mengantarkan Lidya pulang ke kost-nya. Ya! Lidya adalah seorang anak perantauan yang berkuliah sambil bekerja sebagai Tutor di sebuah gedung les privat.

Sesampainya di depan bangunan kost Lidya, Farrel berpamitan karena mendapatkan panggilan yang mendesak dari kedua orang tuanya. "Lid, aku harus pulang. Kamu jangan lupa minum obatnya teratur. Aku akan sering-sering mengunjungimu seperti biasanya."

Farrel mencium Lidya tepat di bibirnya cukup lama. Lidya merasa malu, namun dia senang dengan perlakuan Farrel padanya. Mereka memang sudah lama berpacaran, tapi Farrel tidak pernah melakukan hal yang berlebihan selain memeluk dan menciumnya.

**********

"Ada apa, Ma? Kenapa Mama menangis?" tanya Farrel setibanya dia di Mansion.

Mamanya hanya bisa terus menangis sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia menggumamkan sesuatu yang tidak jelas, "Tidak mungkin, tidak mungkin."

"Kenapa, Ma? Ada apa sebenarnya? Mama kenapa?" tanya Farrel dengan penasaran.

Dia memeluk Mamanya dengan erat sembari mendudukkan Mamanya di sofa terdekat. Dia juga menyuruh pelayan untuk menyeduhkan teh hangat untuk Mamanya.

"Kenapa Mama terlihat begitu syok? Ada apa, Ma? Coba ceritakan pada Farrel," tanyanya perlahan pada Mamanya.

Ny. Jovian berusaha menghentikan tangisannya. Dia mulai bersuara meskipun masih senggugukan.

"Kakakmu, Rel. Dia mengalami kecelakaan. Papamu sedang menuju ke sana untuk memastikannya," ucap Ny. Jovian dengan sejuta tangis yang berusaha untuk ditahannya.

Drrttt.. Drrttt.. Drrttt..

"Rel, kamu sudah pulang?" tanya Tn. Jovian begitu saja tanpa peduli dengan hal lainnya lagi.

"Iya, Pa. Aku sedang menenangkan Mama. Papa ada di mana sekarang?" tanya Farrel dengan cepat.

"Papa ada di Rumah Sakit Permata Hati. Datanglah ke sini bersama dengan Mama. Papa akan menunggu di depan ruang UGD.

Farrel sama sekali tidak terlihat bersedih hati. Dia hanya penasaran, apa yang sebenarnya terjadi pada sang Kakak. Setelah menutup panggilan itu, dia langsung membawa Mamanya ke Rumah Sakit yang disebutkan Papanya tadi.

Tak lama setelah mereka tiba di Rumah Sakit, seorang Dokter pun keluar dari ruang UGD dan menjelaskan keadaan sang Kakak. Kakaknya sudah tidak bisa melihat dan harus berada di kursi roda selama sisa hidupnya, karena Dokter tidak bisa memastikan waktu kesembuhannya.

Senyuman tipis Farrel pun menghilang saat melihat Mamanya pingsan karena mengetahui kondisi sang Kakak. Dia langsung mengangkat tubuh Mamanya dan membawanya ke sebuah ruang rawat inap dengan seorang Suster yang membimbing langkahnya.

Tn. Jovian sedang sibuk mencaritahu kebenarannya. Dia tidak percaya kalau itu hanya sebuah kecelakaan biasa. Untuk saat ini, Tn. Jovian hanya bisa menumpukkan tanggungjawab yang cukup berat pada Farrel.

"Rel, Papa tau ini cukup berat untuk keluarga kita. Papa ingin kamu menggantikan posisi Alvis untuk sementara waktu, sampai Papa mengetahui kebenarannya. Papa akan menilai hasil kerjamu, setelah semuanya beres. Jika kamu mampu meningkatkan bisnis dalam 3 bulan ke depan, Papa akan mempercayakanmu lebih dari sebelumnya,"

Farrel menutupi kebahagiaannya dengan raut wajah datarnya sambil berkata, "Papa bisa percaya padaku. Aku bukanlah anak kecil lagi, Pa. Aku pasti bisa melakukan amanat Papa dengan baik."

Tn. Jovian mengangguk sembari memeluk anak bungsunya itu. Baru kali ini, dia merasa bangga dengan Farrel. Dia pergi setelah menitipkan Istrinya pada sang Anak.

"Jangan khawatir, Pa. Aku akan menjaga Mama." Farrel mengucapkan kata-kata yang membuat Tn. Jovian semakin yakin pada kemampuan sang Anak.

I HATE MY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang