02. Jovian's Family

106 26 6
                                    


Alvis Jovian. Seorang CEO muda yang terkenal dengan kecerdasannya dan ketegasannya dalam mengambil keputusan demi mengembangkan perusahaan keluarganya. 

Perusahaan Jovian's Group ini dirintis oleh Kakeknya yang berkecimpung di bidang Properti dan Perhotelan selama berpuluh-puluh tahun.

Saat ini, Jovian's Group berada pada posisi pertama se-Asia dan merupakan bisnis dengan tingkat perkembangan yang cukup pesat. Ini semua berkat keahlian Alvis, Cucu tertua di keluarga Jovian.

Sejak masa SMP, dia sudah belajar banyak dari sang Kakek. Dan sekarang dia sudah menunjukkan kemampuannya pada khalayak ramai, kalau dia itu mampu mengembangkan bisnis keluarganya dengan usahanya sendiri. Sampai-sampai Kakek dan Papanya mendukung penuh agar Alvis ditunjuk sebagai penerus Jovian's Group.

Berbeda dengan Alvis, Farrel termasuk pemuda yang tampan dan selalu menjadi bayang-bayang sang Kakak. Kemampuannya sangat jauh berbeda, apabila dibandingkan langsung dengan kemampuan Alvis dalam dunia bisnis. 

Untuk menyenangkan hatinya, sang Kakek memberikannya tanggung jawab untuk mengelola dua gedung hotel mewah yang berada di Bali. Meskipun Farrel yang bertanggung jawab atas kedua hotel itu, Alvis masih memegang penuh kekuasaan untuk mengatur pendanaan ke seluruh perusahaan Jovian's Group.

"Kak, Besok Kakak datang kan?" tanya Farrel pada Alvis.

Saat ini, mereka sedang di ruang kerja Alvis. Dia ingin mengingatkan sang Kakak mengenai hari kelulusannya.

"Datang ke mana?" tanya Alvis penasaran.

Farrel duduk di kursi yang berhadapan dengan sang Kakak sambil bertopang dagu di atas meja kerja Alvis dan berkata dengan kesalnya, "Kak Al lupa yah? Besok hari kelulusanku. Kakak harus datang! Aku gak mau tau, pokoknya Kak Al wajib datang!"

Al menggeleng-gelengkan kepalanya. "Oke, baiklah. Besok Kakak akan langsung pergi setelah selesai rapat internal jam 10 pagi. Bagaimana? Kamu mau apa dari Kakak sebagai hadiah kelulusanmu?" tanyanya sambil menoleh ke arah sang Adik.

"Kakak mau membelikanku apa saja yang aku pinta?" Farrel kembali bertanya pada sang Kakak.Alvis hanya menganggukkan kepalanya lalu berkata, "Apa saja asal itu bermanfaat dan masih dalam bentuk yang positif."

"Baiklah, Kak. Aku ingin mengganti mobilku yang sekarang dengan model yang terbaru. Apa Kakak akan mengabulkannya?" tanya Farrel sambil menunjukkan wajah imutnya pada sang Kakak.

"Kamu yakin? Kamu hanya menginginkan sebuah mobil?" tanya Alvis sambil menaikkan sebelah alisnya.

Farrel memang tidak begitu menginginkan mobil sport keluaran terbaru itu. Dia lebih menginginkan saham perusahaan dibandingkan apa pun. Tapi, dia sadar kalau hal itu tidak akan ada gunanya. Kakaknya tidak akan memberikannya.

Setiap kali membahas tentang saham perusahaan miliknya yang hanya 5% dari keseluruhan saham Jovian's Group, sang Kakak selalu berhasil membungkamnya dengan alasan kemampuannya yang masih di bawah rata-rata.

Meskipun Farrel sudah belajar mengenai Akuntansi dan Manajemen selama kuliah, dia tetap belum bisa mengerjakan segala sesuatunya dengan baik dan benar. Setiap kali dia diberikan tugas penting, ujung-ujungnya pastilah Alvis yang menyelesaikannya.

"Iya, Kak. Aku balik ke ruanganku dulu ya, Kak. selamat bekerja, Kak. Aku tunggu besok! Jangan sampai Kakak telat!" seru Farrel sambil berjalan keluar dari ruangan Alvis.

Alvis pun melanjutkan pekerjaannya. Dia ingin menyelesaikan semuanya dalam waktu singkat, sehingga dia bisa pergi memantau beberapa properti yang masih dalam tahap pembangunan.

Al bukanlah orang yang sombong, tapi dia terlalu sibuk untuk mengurus perusahaan keluarganya. Dia sudah mencapai sesuatu yang bisa membanggakan keluarganya. Bisnis properti Jovian's Group merupakan bisnis terbaik dalam tiga tahun terakhir ini.

"David, aku ingin memintamu melakukan sesuatu. Datanglah ke kantorku dan kita akan mendiskusikan sesuatu," ucap Alvis pada Asisten Papanya.

Sebenarnya, Alvis sudah berulangkali disodorkan beberapa orang untuk menjabat sebagai Asistennya. Tapi, dia malah menolak keinginan Papanya. Dia lebih nyaman jika mengerjakan semuanya dengan tangannya sendiri.

Padahal Asisten itu akan bisa membantunya melakukan sesuatu yang bisa mempersingkat waktu pengerjaannya. Oleh karenanya, Davidlah yang selalu dihubunginya jika dia benar-benar membutuhkan bantuan. Seperti saat ini. Dia butuh seseorang untuk mendiskusikan hal penting.

"Apa yang bisa saya bantu, Al?" tanya David pada Alvis. David ini tergolong masih muda dan seumuran dengan Al, yakni 28 tahun. Dia sudah bekerja sejak usia 20 tahun sebagai Asisten pribadi Tn. Jovian.

"Saya ingin mendiskusikan sesuatu. Ini mengenai pembagian saham perusahaan, Dav." Alvis mengungkapkan maksud dan tujuannya pada David.

"Ada apa dengan saham perusahaan, Al? Kita harus memanggil pengacara dan Papamu, Al. Kalau hanya kita berdua, ini tidak akan ada solusinya. Bahkan kita harus mengikutsertakan seluruh anggota keluarga yang memiliki saham di Jovian's Group," ungkap David dengan nada khawatir.

"Kamu terlalu tegang, Dav. Aku hanya ingin membagikan sahamku pribadi sebesar 5% kepada Adikku, Farrel. Sebagai hadiah kelulusannya, Dav. Kalau hanya seperti ini, apa aku harus mengundang seisi rumah untuk melakukan hal ini?" tanya Alvis tanpa basa-basi.

David menganggukkan kepalanya dan berkata, "Apa kamu sudah memikirkannya matang-matang, Al? Kamu tau sendiri bagaimana Farrel. Dia sangat berambisi bila membahas tentang saham perusahaan. Dia masih belum dewasa untuk mengelola saham itu, Al. Saham yang 5% saja, kamu sudah tau sendiri bagaimana keadaannya." David memberikan sedikit sarannya pada Alvis.

Alvis menganggukkan kepalanya dan berkata dengan antusias, "Aku paham dengan kekhawatiranmu, Dav. Tapi, aku kan bisa membantunya dalam menyelesaikan kekacauan yang selalu dia lakukan. Aku ini Kakaknya, Dav. Aku ingin memberikan hadiah yang bermanfaat untuk Adikku. Apa aku salah? Aku akan memberikannya saham milikku sebesar 5% dan sebuah mobil sport keluaran terbaru. Aku ingin kamu menyelesaikan berkas dan segalanya paling lambat sore ini."

"Baiklah, Al. Aku akan mengaturnya untukmu. Semoga keputusanmu ini bisa membangkitkan semangat kerja Farrel. Sehingga dia bisa menjadi pemimpin sepertimu. Setidaknya, 10% dari sikapmu ada padanya." David berpamitan pada Alvis dan langsung menuju ke ruangannya.

Aku juga berharap demikian, batin Alvis sambil melihat sebuah bingkai foto yang ada di atas meja kerjanya. Foto yang berisikan foto dirinya dan sang adik beserta kedua orang tua mereka.

I HATE MY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang