Chapter 2

738 100 0
                                    

Telah usai kegiatan belajar mengajar di kelas, siswa berlalu lalang keluar kelas sekedar istirahat atau hal lainnya. Aku baru beranjak pergi dengan maksud mencari udara segar agar lelahku bisa hilang. Namun, aku dicegah oleh Subaru.

"(Name)-chan, 'kok kamu lesu banget itu wajah, semangat (Name)-chan. Omong-omong, kamu punya uang logam bolehku minta enggak? hehe."

Sosok yang bersurai jingga yang tepat berada didepanku, entah yang dikatakan punya maksud mengkhawatirkanku atau berharap lainnya sehingga dia melihatku dengan wajah memohon agar bisa mengambulkan perkataannya itu.

"Baiklah, Subaru-kun. Nih, aku punya ini sisa uangku kemarin."

Aku memberi beberapa keping uang logam yang tak terlalu banyak harganya ke Subaru. Dia tampak senang ketika aku memberinya.

Aku hanya menghela napas panjang, yang dikatakan Subaru itu ada faktanya juga. Biasanya aku periang dan selalu ceria, itu yang dikatakan orang-orang.

Namun, belakangan ini entah apa yang merubah dirimu yang periang menjadi pendiam dan lesu. Kalau aku harus bilang, penyebabnya hanya seseorang yang aku sukai selalu berdekatan dengan teman kelasku, itu 'kan menambah masalah saja, 'kan.

"(Name)-chan, kamu tidak apa-apa, 'kan? Harusnya kamu tidak perlu mengasih uang begitu saja kepada Akehoshi-kun."

Hokuto mendatangi kami dan kini dia sedang mengkhawatirkan diriku, aku menggelengkan kepalaku, "Tidak 'kok. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, tapi aku baik-baik saja."

"Benarkah, apa kami membebanimu?"

"Tidak 'kok."

"Sudah-sudah, ayo kita ke kantin (Name)-chan! Ayo Hokke, Ukki!" ajak Subaru kepada temannya.

"Anu, aku tidak lapar. Kalian saja yang ke kantin, aku akan pergi untuk mencari udara segar."

Aku langsung meninggalkan ruangan kelas tanpa harus menunggu jawaban dari perkataanku.

Sekarang, aku harus mencari tempat tenang dan damai untuk menjernihkan pikiran usai pelajaran maupun masalah sedari pagi yang masih kupikirkan.

◈ ━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━ ◈

"Damai, tenang dan tak ada seseorang disini."

Kini, aku berada disebuah taman. Suasananya rindang, sepi tanpa ada seseorangpun di taman ini terkecuali aku. Terlebih lagi cuacanya tak terlalu panas. Sepertinya aku tepat memilih tempat bagi diriku sendiri.

Terdengar sebuah suara berisik yang terdapat di semak-semak. Namun, tak terlalu bising didengar. Pikirku tidak terlalu penting untuk memastikannya, mungkin hanya binantang yang berada disana tetapi, karena penasaran kuberanikan melihat dari kejauhan.

Kukira ada sesuatu. Malah ketemu seseorang yang bersurai abu-abu, sedang bersembunyi sambil dengan memotret sesuatu.

Aku pun mencari tahu apa yang dia potret, lantas aku melihat Makoto berserta kawannya di kantin. Pantas saja, jarak antara kantin dan taman tak terlalu jauh dan bisa diliat dari sini.

Daripada kena ocehan dia, lebih baik aku pergi dari sini, batinku.

Aku langsung balik kearah kekelas. Namun, nahas aku menginjak sebuah ranting yang membuyarkan aktivitas si surai abu-abu dan menengok kearah sumber suara.

"Si cewek pembohong itu ternyata. Apa yang kamu dilakukan disini? Nyebelin banget."

Izumi langsung keluar dari persembunyiannya, "Kamu pasti memerhatikan Yuu-kun 'kan. Chou uzai."

"Tidak senpai, aku disini cuma cari udara segar 'kok," kataku sembari bersikap ramah kepada kakak tingkatku. Walaupun aku masih agak kesal dengan kelakuan Izumi sedari tadi terus memerhatikan Makoto.

"Hah, aku tak perlu mendengarkan perkataan darimu. Kamu itu, 'kan tukang pembohong."

"Oke, aku mengakuinya tetapi, bukannya aku baru berbohong sekali pada senpai. Aku juga minta maaf dari kejadian yang pagi tadi."

Aku membungkukkan badanku sebagai tanda maaf. Walaupun begitu tetap saja aku yang bersalah. Seharusnya aku tak akan pernah melakukan kesalahan di pagi. Namun, diluar dugaanku dia hanya menatapku kesal.

"Hah, maaf. Tidak maaf buat kamu. Jangan lupa jauhi Yuu-kun darimu, Chou uzai," ujar Izumi.

"Tapi, 'kan dia juga teman sekelasku. Kenapa Izumi-senpai melarangku? Dan terlebih aku, 'kan sudah bilang maaf Apakah aku masih punya masalah dengan senpai?"

Aku berusaha melontarkan pertanyaan kepadanya. Mengapa dia berkata demikian? Apa salahku sampai ia melarangku berdekatan dengan Makoto, dia juga 'kan temanku. Sampai segitunya 'kah dia mencintai Makoto. Entah kenapa dadaku terasa sesak setelah aku bertanya dengannya.

"Pokoknya kamu jauhin Yuu-kun-ku, 'kan bisa toh jauhin saja Yuu-kun darimu, Gitu saja repot. Kamu menganggu sekali, nyebelin banget."

"Baiklah, aku minta maaf untuk hari ini kalau memang aku mengganggu senpai."

Lebih baik aku memilih mengalah, daripada aku terus melawan kepada Izumi. Apalagi nanti aku dicap sebagai adik kelas yang kurang ajar dimatanya, lebih baik seperti ini.

"Jangan lupa nanti ada sesi latihan untuk unit knights, aku mengingatkan senpai karena aku adalah produser bukan adik tingkat senpai."

Aku langsung meninggalkan tempat itu, entah yang dipikirnya tentang diriku. Aku terlalu berharap bisa berdekatan dengannya. Tiada celah untukku untuk berdekatan dengannya.

Aku terus memikirkannya, Apa hubungan Izumi dengan Makoto sampai aku tidak boleh untuk mengetahuinya? Sudahlah, aku tidak ingin memikirkannya lagi.

𓍯 𝐑𝐞𝐝𝐚𝐦𝐚𝐧𝐜𝐲 | S. Izumi【✓】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang