Namanya, Narandipta Laksamana Aldebaran. Lelaki yang duduk disamping kiri Zian ini tengah fokus dengan gawai yang sedari tadi menampilkan game online yang sedang digandrungi oleh remaja jaman sekarang. Narandipta atau lebih akrab dipanggil Dipta oleh teman-temannya merupakan lelaki cuek dengan orang asing tapi ramah dengan orang yang dikenalnya. Jika Dipta nama akrabnya di lingkaran pertemanan, maka panggilan Nana adalah sebutan akrabnya di lingkungan keluarganya.
Zian dan Dipta sekolah ditempat yang sama yaitu di SMAN 5 di Kota hujan, mereka berdua merupakan siswa yang aktif baik di bidang akademik maupun non-akademik. Tidak hanya mereka, tapi ada dua orang lainnya yang selalu membersamai kisah mereka di bangku putih abu ini, mereka ialah Abimana Hemachandra atau lebih sering dipanggil Echan dan Kavin Revandra Aksantara yang awalnya dipanggil Revan namun karena ulah Dipta yang sering pelesetin nama orang kini lebih akrab dipanggil Epan.
Mereka berempat adalah laki-laki yang terkenal pintar, sopan dan disayangi oleh guru-guru disekolahnya karena prestasi juga ketampanannya yang melegenda. Siapa pula yang tidak kenal Echan si mantan ketua OSIS yang pada masanya menjadikan Smanli-sebutan sekolah mereka-menjadi sekolah favorit tingkat kota, Dipta yang merupakan ketua PMR sekaligus anggota eskul pecinta alam, Revan yang sering mondar-mandir ruang guru untuk mengurusi Club Sastra yang diketuai nya, dan terakhir Zian yang merupakan Pradana Pramuka paling tampan yang ada di sekolahnya. Tidak lupa juga, Nama mereka selalu bertengger di sepuluh besar ranking paralel.
Mari kita kembali di keadaan sekarang dimana Zian dan Dipta tengah mengikuti les di salah satu bimbel di kotanya.
Zian memperhatikan dua orang didalam kelas tersebut, iya mereka adalah Shanaz dan Luna. Sebenarnya ini adalah hari pertama Zian dan Dipta les dikelas 12 bersama Shanaz dan Luna, sebelumnya mereka mengikuti kelas yang berbeda dan karena ada perubahan jadwal disekolahnya Zian dan Dipta terpaksa merubah jadwalnya menjadi hari Senin, Rabu dan Jum'at.
Zian menatap kedua perempuan tersebut sesekali menatap Dipta agar tidak ketara memperhatikan gadis dengan surai coklat gelap itu, Shanaz yang menyadari seperti ada yang memperhatikannya pun menoleh kesisi si pelaku yang sedang berpura-pura tidak melihat kearah mereka.
"Aduh bego, ketauan," bisik si pelaku.
Dipta yang sudah selesai dengan telepon pintarnya mendelik kesamping kanannya. "Ngapa sih, Yan?"
Zian awalnya hendak menanyakan tentang kedua gadis itu kepada Dipta pun mengurungkan niatnya untuk bertanya dikarenakan waktu belajar sudah dimulai.
Pada akhirnya pun ia harus menahan rasa penasarannya tentang gadis yang memergokinya tadi.
Sekarang sudah hampir pukul 8 malam dan sudah waktu bubarnya les hari ini, Zian dan Dipta menunggu kedua teman mereka yang memang satu tempat bimbel namun berbeda kelas.
Dari posisi Zian berdiri sekarang, ia dapat melihat Shanaz dan Luna yang sepertinya sedang menunggu ojek online pesanan mereka.
"Dip, tadi dikelas cewe yang rambut panjang yang ngelirik ke kita siapa namanya?" Tanya Zian yang sedari tadi cukup penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Le Vrai Bonheur
Teen FictionVrai Bonheur - The true or real Happiness Kebahagiaan sebenarnya yang Shanaz tau itu awalnya hanya pada ketiga sahabatnya-Luna, Angga, dan Bintang. Tapi itu berubah ketika apa yang dihadapinya menjelang kelulusan SMA, mulai dari rumit dan sakitnya...