10

7K 660 256
                                    

.
Hurt's
Noren Story
Chapter 10
.


Renjun dan Jaemin baru saja tiba di depan pintu apartemen mereka. Memasukan password yang sudah begitu mereka kenal, kemudian bergegas masuk kedalam, tidak lupa menutup kembali pintu yang akan dengan otomatis mengunci setelah tertutup.

Mereka berdua berjalan ke arah sofa, dengan jaemin yang masih setia menuntun renjun. Kemudian mendudukkan tubuh lelah mereka dengan nyaman.

Keduanya terdiam, sibuk dengan pemikiran masing-masing. Hingga beberapa menit berlalu, keheningan itu terpecahkan karena bunyi perut yang berasal dari keduanya.

Menolehkan pandangan satu sama lain, saling memandang yang sedetik kemudian membuatnya keduanya tertawa bersama setelahnya. Saling menertawakan satu sama lain.

"Cacing-cacing di perut kita sudah mulai berdemo sepertinya" jaemin menjadi orang pertama yang berbicara setelah tawa keduanya terhenti

"Ya, rupanya mereka sudah sangat kelaparan" renjun menimpali dengan sesekali, kekehan masih saja terdengar dari mulutnya

"Kalau begitu ayo kita pergi menyiapkan makan malam!"

Jaemin berdiri dari posisi duduknya, juga tidak lupa membantu renjun. Berhasil, namun baru saja akan melangkah, renjun kembali ambruk ke sofa. Hal tersebut sontak membuat keduanya terkejut.

Renjun menunduk, menatap ke arah kakinya yang saat ini masih saja bergetar hebat. Rasanya sungguh lemas, bahkan untuk berdiri saja tidak sanggup. Rasanya kebas, renjun tidak bisa merasakan apa-apa pada kakinya.

Melihat keadaan renjun yang sepertinya tidak baik-baik saja, segera saja jaemin berjongkok, mensejajarkan pandangannya dengan renjun yang kini sudah terduduk kembali di sofa.

"Injun kau baik-baik saja?" Renjun yang mendengar perkataan jaemin lantas mengangkat kepalanya. Raut khawatir terpampang jelas di wajah itu, dan renjun tidak suka. Dia tidak boleh membuat jaemin cemas hingga menunjukan raut khawatirnya.

Dengan paksa, renjun menunjukan kembali senyum manisnya, mengatakan bahwa ia baik baik saja.

"Sebenarnya ada apa denganmu!?" Jaemin kembali bertanya. Tentu saja kali ini jaemin tidak akan percaya dengan perkataan renjun.

Kalian berfikir bahwa selama ini jaemin akan percaya dengan semua kata kata yang keluar dari mulut renjun? Tentu saja kalian salah! Jaemin sadar, sangat sadar. Bahwa selama ini renjun selalu tidak baik-baik saja. Namun, apa yang bisa ia lakukan? Jaemin sendiri pun bingung harus bagaimana.

Melepaskan jeno untuk renjun?

Tentu saja itu tidak akan ada artinya jika tanpa persetujuan jeno. Kalian pikir jeno akan diam saja ketika jaemin memilih untuk mengakhiri hubungan keduanya?

"Sebaiknya kita pesan makanan saja, hari ini kau tidak boleh memaksakan diri untuk memasak, istirahatlah"

"Tidak nana! Itu tidak sehat! Biarkan injun memasak makan malam hari ini. Injun sungguh baik baik saja!"

"Bagian mananya yang kau katakan baik-baik saja injun?! Kenapa sih kau ini sangat keras kepala! Tunggu dulu! Apa jangan-jangan..... Hey, kau sedang tidak mencoba menyembunyikan sesuatu dariku kan?"

Sesuatu? Tentu saja tidak. Memangnya apa yang coba renjun sembunyikan dari jaemin. Renjun tidak bisa mengingat hal itu, karena tentu saja tidak ada yang coba renjun sembunyikan dari jaemin. Tidak pernah! Oh, atau mungkin beberapa kali pernah. Itu juga demi kebaikan mereka berdua, dan mungkin beberapa orang lainnya. Jadi itu tidak ada salahnya kan?

"Nana, sungguh! percaya saja pada injun. Injun tidak sedang menutupi apapun. Biarkan injun memasak hari ini, makanan junk food itu tidak sehat!" Renjun masih saja bersikeras dengan keinginanya. Ia bawa tangan jaemin untuk di genggam, kepalanya mendongkak, menatap wajah jaemin yang kini posisinya lebih tinggi akibat dirinya yang duduk di sofa.

Hurt's [Noren] - DISCONTINUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang