1

97 21 8
                                    

"Eh, Nayla udah mau tampil tuh, yuk ke sana!" ajak Dira.

Hari ini adalah hari yang bersejarah bagi Nayla, karena hari ini ia akan tampil dalam acara pentas seni Kota. Tidak perlu ditanyakan lagi Nayla akan menampilkan bakat apa, sudah sangat jelas Nayla akan bernyanyi, karena memang bernyanyi adalah hobinya sejak dulu.

Aku sempat terdiam memperhatikan perpustakaan umum yang letaknya tidak jauh dari panggung pentas seni. Pandanganku terfokuskan pada salah satu buku yang tersusun rapi di dalam lemari kaca. "Sya ayo!" Keya memaksa sambil menarik tanganku. "Kalian duluan aja, nanti aku menyusul," Dira yang mendengar itu langsung mengernyitkan keningnya, "mau ngapain lagi sih Sya?" tuturnya yang mulai mengeras.

Kemudian aku mengangguk untuk kembali mengiyakan keinginan kedua sahabatku untuk segera menuju pentas. Terlihat sekali wajah kesal Dira dengan sikapku yang tadi.

Aku berjalan di belakang mereka sambil melihat kanan-kiri di sekelilingku, indah.
Jujur saja jika ini bukan acara yang penting bagi Nayla, maka aku tidak mungkin ada di tempat ini sekarang, melihat keramaian.

"Ayo ngambil barisan depan pentas!" ajak Dira yang tampaknya sangat bersemangat sekali melihat penampilan Nayla!" Aku di sini aja ya, di sana sesak, terlalu ramai," tolakku pada Dira.

Akhirnya Dira hanya menarik tangan Keya untuk segera mengambil barisan depan pentas agar bisa melihat penampilan Nayla lebih jelas.

Kamu mungkin tidak akan sering melihat empat orang ini di tempat yang ramai, karena memang kami berempat tidak menyukai keramaian, hanya saja sekarang kami terpaksa harus berada dalam keramaian. Ada Keya si manusia paling ribet dan juga tidak terlalu peduli dengan lingkungan sekitar, Dira yang paling suka makan dari kami berempat, dan tidak lupa juga ada artis kamar mandi yaitu, Nayla.

Aku hanya memperhatikan penampilan Nayla dari jauh. Sedangkan Keya dan Dira tampak paling bersemangat melihat penampilan Nayla.
Tidak lama kemudian, mataku terfokus pada sosok yang tidak jauh dari keberadaan ku saat ini. Dia masih sama, si manusia yang ke mana-mana selalu memakai topi warna hitam. Aku tidak ingin dia melihatku ada di sini juga. Aku beranjak dari tempatku yang tadi menuju kursi yang ada di bawah pohon.

Masih aku perhatikan jelas bagaimana Nayla bernyanyi dengan bersemangat. Sesekali Nayla menoleh ke arahku, dan 'tak lupa juga aku melemparkan senyum kepadanya.
"Kamu di sini juga ternyata," sosok yang tadi sempat aku perhatikan dan sengaja aku biarkan, sekarang malah dia tepat berada di sampingku. "Kamu ngapain di sini?" Balasku dengan nada yang sedikit meninggi.

"Kamu lupa kalau aku salah satu gitaris terkenal di kota ini?" Aku terdiam sejenak mencerna jawabannya, dia adalah Dino salah satu gitaris yang cukup populer di Kota dan Dino adalah sosok yang pernah mengisi hari-hariku, dan itu sudah lama sekali. Bahkan, aku sendiri tidak ingin mengenang setiap perjalanan bersama Dino.

"Bagaimana kabarmu, Sya? Aku sudah lama tidak mendengar kabarmu lagi setelah-" aku langsung memotong ucapan Dino.
"Setelah apa? Setelah kamu berbuat semena-mena kepadaku?"
"Sya maaf, itu dulu di luar kendali ku."

Tidak lama kemudian Dira dan Keya menghampiriku, Dira dengan wajah kesal menatap Dino dengan tajam, "ngapain kamu di sini? Masih punya nyali buat nemuin Meisya?" Ujar Dira hingga membuat beberapa orang melihat ke arah kami.

"Dir, udah nggak enak di liatin orang-orang." Ucapku mencoba menenangkan Dira. "Iya, udah Dir, ayo Sya kita ke kantin aja." Akhirnya Keya mencoba bersikap seperti orang dewasa dengan membawaku dan Dira menuju kantin. Tidak lama setelah itu, Nayla datang dengan wajahnya yang lesu. Tampaknya Nayla sangat kecewa karena kami tiba-tiba meninggalkan pentas begitu saja, padahal ini adalah acara pertamanya.

Aku yang merasa bersalah, karena 'tak mungkin tiba-tiba Dira dan Keya menghampiriku jika Dino tadi tidak datang. "Nay maaf ya, tadi-" belum sempat melanjutkan, Nayla sudah langsung memegang erat tanganku, "gapapa, bukan salahmu."

Mereka memang paling terbaik, bisa mengerti bagaimana keadaan yang harus di khawatirkan.

"Sya, kamu masih tidak mau berkenalan dengan laki-laki yang kemaren?" Tanya Keya yang membuatku tersadar dari lamunan
"Nggak tertarik untuk berkenalan dengan siapapun," jawabku yang melemas.
"Tapi Sya, kalau kamu masih begini apa yakin bisa lupain Dino?" Balas Nayla sambil menyodorkan sebuah novel kepadaku. Sedangkan Dira tidak mempedulikan apa yang kami bertiga bahas, karena bakso yang berada di depannya sekarang lebih menggoda daripada topik yang sedang kami bicarakan.

"Aku duluan ya pulangnya, soalnya tadi Ibu berpesan agar pulang tidak terlalu kesorean." Kemudian ketiga sahabatku hanya mengangguk pelan, dan dengan serentak berteriak, "hati-hati di jalan, Sya!" Sontak membuat isi kantin menoleh ke arah kami. Lagi-lagi memang tidak habisnya mereka ini membuatku malu.

Di jalan menuju parkiran, aku kembali melihat Dino, dan lebih parahnya lagi sekarang ia sedang menggodai beberapa perempuan yang sekarang tepat berada di sebelahnya. Memang tidak bisa berubah, tapi ya sudahlah ia hanya sebatas masa lalu.

"Kalian lihat 'kan perempuan yang sedang berjalan menuju ke parkiran, perempuan yang memakai tas selempang berwarna coklat, dia adalah perempuan teristimewa dalam hidupku." Dino menunjuk ke arahku, kemudian beberapa pasang mata ikut menyorot ke arahku, memang benar laki-laki gila, tidak habisnya membuat resah.

Aku tetap melanjutkan langkah menuju parkiran tanpa mempedulikan perkataan Dino.
Aku mengendarai motorku dengan pelan sambil menikmati hembusan angin di sore hari.

Sesampainya di rumah, dari luar saja sudah kecium bau khas brownies, dan tentunya itu buatan...

"Ibu?"
"Jemput adikmu sana, dia sudah lama menunggu dari tadi di tempat bimbelnya!" Aku menghela nafas panjang, "Bu, tapi aku-"
"Jemput adikmu dulu, baru makan brownies nya!"

Lagi dan lagi aku harus direpotkan dengan manusia yang satu ini, padahal sudah ada sepeda tetapi tetap saja manja.

Dengan segera aku mengendarai motor dengan kecepatan yang bisa dikatakan maksimal, kalau bukan karena ingin memakan brownies buatan ibu, aku 'tak mungkin akan mengendarai motor secepat ini.

Aku melihat di sekelilingku, sepertinya tidak ada orang lagi di tempat ini. Lalu, di mana Dio? Ah sial, ini sudah pasti aku masuk dalam rencana menyebalkannya. Sudah di pastikan sekarang Dio sedang tertawa-tawa dalam kamarnya.

Dengan perasaan kesal aku kembali mengendarai motorku menuju rumah, dengan bergegas aku masuk kedalam rumah dan langsung berteriak memanggil Dio. Dan parahnya lagi, Dio sudah berhasil menghabiskan brownies buatan ibu. Sial, ia memang adik yang tidak tahu diri.

"Dari mana, Kak?" ucapnya santai sambil menatapku dengan tatapan liciknya itu. Tanpa mempedulikan ucapan Dio, aku langsung berjalan menuju kamar, lelah sekali rasanya hari ini.

Aku langsung melemparkan tas di atas kasur, kemudian di susul dengan badanku yang mulai melemas karena keletihan. Tiba-tiba ponselku berbunyi, tetapi 'tak aku acuhkan.

Ternyata aku ketiduran, dan sekarang sudah pukul enam sore. Huft, malas sekali rasanya untuk mandi.
Sebelum menuju ke kamar mandi, ponselku berbunyi lagi, tetapi sekali lagi 'tak aku acuhkan.

Setelah mandi, Ibu langsung memanggilku untuk makan malam, "Sya, ayo makan malam dulu, Nak!"
"Bu, hari ini aku nggak makan malam dulu, soalnya masih kenyang tadi siang makan bakso." Ibu hanya mengangguk dan kembali menuju meja makan.

Aku mengambil ponselku dalam tas yang sudah dari tadi sore berbunyi, ya sudah pasti paling itu hanya notifikasi dari grup kelas. Namun, prasangka ku salah, itu bukan pesan dari grup kelas, tapi pesan dari Dira.

Aku langsung melemas, aku yakin Dira mengirimkan ku pesan tentang temannya itu. Aku 'tak bergairah untuk membalasnya, namun tetap ku paksa.

Isi pesan Dira yang masih kutatap lewat luar Wattsap.

"Sya, kamu masih tidak ingin berkenalan dengan temanku?"
"Sya, dia baik kok, ayo dicoba dulu!"
"Sya, balas pesanku!"

Begitulah kira-kira isi pesannya. Kemudian aku berpikir panjang hanya untuk membalas pesan Dira.

"Ya sudah, perkenalkan aku dengan temanmu itu." Balasku.




Untuk KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang