2

71 13 30
                                    

Selamat membaca kembali, kalian.
Jangan lupa vote dan komen, ya.
Jika ada krisar, silakan. Kolam komentar noh, sepi.
-----------------------------------------------------------

"Apa Nay?" Suara keras Dira sontak membuat isi kelas menjadi kaget. Sepertinya Nayla mulai berulah lagi.

Aku yang melihat mereka dari luar kelas, kini beranjak memasuki kelas untuk memastikan apa yang sedang terjadi. Ya, tentu saja seperti biasanya Nayla selalu memberi berita yang 'tak terduga.

"Kok bisa sih, Nay?" Tanyaku memastikan kepada Nayla pikiran apa lagi yang meracuni pikirannya. Dengan santai Nayla menjawab, "gapapa, cuma iseng nyobain pacaran sama Kakak kelas yang Bad Boy itu."

Aku dan Dira yang mendengarkan jawaban Nayla hanya bisa menarik nafas panjang sebelum menggertak kepalanya. "Bodoh!" Ucapku dan Dira serentak.

"Selamat pagi, sayangku." Sapa hangat dari Keya yang baru saja datang mampu memecah suasana. Tetapi setelah Keya menghampiri kami, Aku dan Dira beranjak pergi untuk duduk di bangku kami. "Najis kalian berdua!" Ucap Keya kepadaku dan Dira.

Pagi ini akan diadakan gotong royong, karena Minggu besok sekolah kami akan kedatangan tamu dari luar Kota. Tentu saja, harus gotong royong dulu, supaya sekolah terlihat lebih rapi, lebih bersih, lebih asri daripada hari biasa. Huft, pencitraan.

"Sya, Keya bantu Ibu ya untuk membersihkan kaca bagian belakang kelas!" Perintah Bu Anna padaku dan Keya. "Siap, Bu."

Aku dan Keya segera membersihkan kaca bagian belakang kelas, tapi sebelum membersihkan kaca, kami diminta untuk mengambil koran di ruang guru. Akhirnya aku dan Keya ke ruang guru terlebih dahulu, melewati koridor sekolah. Tiba-tiba saja, ada yang memanggil namaku, dan suara itu adalah suara pacarnya Nayla, yaps Kak Adit.

"Ada apa ya, Kak?" Tanyaku pelan
"Nayla mana?"
"Dia ada Kak, di kelas."
"Nggak ada, aku udah dari kelasmu tadi."
"Kalau begitu, aku nggak tau Kak. Soalnya tadi Aku sama Keya di suruh Bu Anna untuk ngambil koran ke ruang guru."
"Oke." Jawabnya singkat.

Kak Adit, senior kelas sembilan. Terkenal jutek, Bad boy, dan 'tak lupa pula seorang playboy. Makanya kami kaget ketika mendengar berita dari Nayla bahwa Kak Adit sekarang menjadi pacarnya.

"Gila tuh orang ya, bucin banget sih sampe nyariin, padahal masih jam masuk kelas." Cetus Keya kepadaku.
"Hush, biarin aja. Namanya juga lagi jatuh cinta." Jawabku dan mengabaikan celotehan Keya yang lainnya.

Sesampainya kami di ruang guru, 'tak sengaja aku menyenggol Bu Dian, guru Matematika, "eh maaf Bu, Saya nggak sengaja."
"Nggak apa-apa, Meisya." Balas Bu Dian lembut.

"Sya, coba liat!" Keya menarik tanganku cukup keras, sehingga membuat bekasan merah, tidak sakit sih.
"Gila, Key. Nilaimu parah banget." Tuturku melihat nilai ulangan Keya di angka 2.
"Biasa aja, huft." Memang hal biasa bagi Keya jika nilai Matematika berada di angka 2.

"Ayok Key, fokus tadi kita ke sini mau nyari koran, bukanya jadi mata-mata!"
"Iya, tuh korannya ada."

Setelah mendapatkan koran, aku dan Keya menuju belakang kelas untuk membersihkan kaca.
Tidak lama. Kami membutuhkan waktu 30 menit untuk membersihkan nya. Kemudian kami langsung menuju kantin untuk memberi makan cacing-cacing di perut.

Tidak lama kemudian, Dira dan Nayla menyusul kami ke kantin.
"Nay, tadi bucinnya nyariin." Sindir ku pada Nayla.
"Iya tuh, gila banget Kak Adit, sumpah aku kira Bad boy itu bakal cool gitu, dia malah lebay." Sahut Keya.
Nayla hanya menatap kami dengan sinis, ia 'tak membalas satu katapun.

Dira menyikutku secara tiba-tiba, "Kamu kapan kira-kira bisa kembali bucin lagi, Sya?" Aku yang mendengar itu langsung tersedak.
"Dedek belum move on dari babang Dino, Kaka." Balas Keya menjengkelkan
"Tunggu dedek move on dulu ya." Ledek Nayla mengikuti.
"Babang Dino nya seganteng apa sih, sampe Dedek Meisya belum bisa move on?" Ulang Dira meledek. Kemudian mereka bertiga tertawa.
"Aku udah move on kok, cuma belum lupa." Balasku yang membuat mereka kembali tertawa terbahak-bahak.
"Sya udah bisa ngelawak woy." Ejek Dira kembali.
"Ya lagian udah, kalian ngapain sih bahas Dino. Kayak nggak ada topik aja." Ujarku pelan.
"Nayla udah ada noh pacarnya, Keya juga udah ada babang halu nya di wattpad, aku? Ya aku selalu ada walau 'tak terlihat. Kamu kapan toh Sya?" Ejek Dira lagi dan lagi.
"Dah ah, mau ke kelas aja!" Balasku dengan nada yang sedikit meninggi.
"Ye ngambek." Ledek mereka.

Aku benar-benar meninggalkan mereka di kantin, walaupun sebenarnya perut sangat lapar. Tapi apa daya jika di sana batin di pertaruhkan, ah lebay.

Tidak di sangka, aku berpapasan dengan Dino di koridor. Aku mencoba pura-pura tidak melihatnya sebelum dia memanggilku.
"Sya, sebentar." Dino menghentikan langkahku
"Ada apa?"
"Bisa bicara sebentar? Lima menit aja kok?" Pinta Dino pelan padaku.
"Mau ngomong apa lagi sih? Emang kata 'selesai' nggak cukup bikin kamu berhenti gangguin aku?"
"Iya, kita udah selesai. Tapi kenangan kita belum selesai, 'kan Sya? Sebentar saja, kumohon. Setelah ini kamu boleh mengabaikan ku."
"Oke, mau ngomong di mana?"
Dino melihat kanan-kiri, "kita ngomong di gazebo sebelah sana aja!"

Kemudian aku berjalan menuju gazebo, Dino mengikuti langkahku dari belakang. Jujur saja, aku 'tak ingin lagi mengingat atau mengulang kisah dengannya.

"Duduk dulu, Sya!" Ujarnya.
"Katanya mau ngomong sebentar, 'kan?"
"Yaudah iya. Kamu apa kabar? Kita satu sekolah tapi aku jarang sekali melihatmu sekarang." Tanya Dino yang membuatku merasa membuang-buang waktuku mengiyakan pintanya. Sedangkan sudah banyak pasang mata yang melihat keberadaan ku dan Dino.

"Sya?" Dino menyadarkanku dari lamunan.
"Kita udah selesai, saat aku bilang dulu kita usai, berarti memang nggak bakalan pernah bisa nyatu lagi. Kamu bisa paham nggak sih?"
"Yang selesai pun bisa kembali mengulang dari awal, 'kan Sya?"
"Jadi, untuk kesempatan ketiga kalinya? Maaf, kesempatan itu hanya dua kali. Dan kamu udah menyia-nyiakan itu!" Bentakku.

Jika saja tidak banyak orang yang melihat kami, mungkin aku sudah menangis di sini.
Sialnya lagi, ketiga sahabatku sekarang ikut memperhatikan ku dengan murid lainnya.
"Satu kali aja, Sya! Kumohon!"
"Nggak bisa, udah ya ini udah lebih dari lima menit." Kemudian aku berlari menuju kelas dan meninggalkan Dino.

Ketiga sahabatku ikut berlari mengejar ku.
Aku yang sudah dari tadi menahan air mata, akhirnya sampai di kelas, aku menangis.

"Sya, tadi kenapa sama Dino?" Tanya Keya dengan suara pelan.
"Dino...Dino jahat. Bahkan lebih jahat dari seorang penjahat." Balasku dengan suara terisak-isak.
"Yaudah, diam dulu. Berhenti nangisnya!" Pinta Dira dengan lembut padaku. Akhirnya aku mengambil tissue di dalam tasku.

"Senyum, Sya!" Teriak ketiga sahabatku.

Tidak beberapa lama, bel masuk kelas berbunyi. Ya, jam pelajaran yang di gunakan untuk gotong royong hanya jam pelajaran pertama dan kedua. Dan sepertinya kelasku gurunya tidak akan masuk, karena mendengar omongan anak kelas sebelah Pak Arya sedang berada di luar Kota.

Dira yang duduk di sebelahku dengan asiknya menatap kelas, entah apa yang dia pikirkan. Sedangkan aku, bertengkar dengan isi kepala sendiri sebelum menuangkannya kedalam bentuk tulisan.

"Eh Sya, jadi-" aku langsung memotong ucapan Dira, "nggak usah di bahas dulu, ya." Karena aku sudah tahu, apa yang akan dibicarakan Dira.
"Denger sebentar aja Sya. Bayangkan aja nih ya, kamu belum move on dari Dino. Nah kebetulan temanku juga butuh teman cewek, mana tau bisa akrabkan." Padahal sudah kujelaskan aku tidak ingin membahasnya sekarang, tapi tetap saja Dira keras kepala.

"Aku...aku takut disangka jadiin dia pelampiasan, aku nggak berani." Jawabku berusaha meyakinkan Dira, bahwa idenya selama ini 'tak masuk akal bagiku.
"Coba sekali saja, Sya! Kumohon," pinta Dira padaku dengan memohon dan 'tak lupa memperlihatkan wajahnya yang sedikit menyebalkan jika ingin meminta sesuatu.
Aku yang 'tak tega akhirnya, "yasudah, tapi aku nggak mau, dan nggak bakalan maksa keadaan, ya!" Pintaku yang ku perjelas dengan mata melotot.

"Oke Sya, nanti aku akan minta dia menghubungi mu." Setidaknya dengan mengiyakan permintaan Dira, membuatnya berhenti menjadi bawel.

-----------------------------------------------------------

Ceritanya di gantung dulu, ya. Gapapa, 'kan? Toh dari dulu juga hubunganmu dengannya juga digantung dengan status 'sebatas teman' ckckck.




Untuk KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang