3

31 6 3
                                    

Maaf slow update, ada beberapa kendalan.

Happy Reading.🌹

-----------------------------------------------------------

Bel istirahat telah berbunyi.

"Yaudah menu makan samain aja ya, mie ayam Amay aja, Dir." Ucapku pada Dira sambil memberikan uang.
"Kalian jangan lama-lama di toilet nya!" Ketus Dira dan berjalan meninggalkan kami.

Seperti biasa, Di jam istirahat Dira selalu duluan menuju kantin, sedangkan Aku, Keya, dan Nayla sebelum ke kantin harus ke toilet dulu, dan lebih tepatnya ke toilet cuma untuk ngaca.

Sambil berjalan menuju toilet, aku sempatkan bertanya pada Nayla, "Nay, coba jelaskan apa yang memotivasi kamu buat pacaran sama Kak Adit?" Nayla hanya mengangkat satu alisnya dan menjawab, "iseng." Jawaban yang benar-benar konyol.

"Dah lah, Sya. Kamu capek-capek juga nanya sama Nayla, dari dulu dia juga begitu, 'kan? Paling juga bentar lagi putus, nunggu waktu doang itu mah." Jelas Keya yang membuat Nayla jengkel.

Dari kami berempat memang tidak ada yang pernah sejalan pemikirannya, selalu saja bertolak belakang, tapi tetap saja 'kan? Perbedaan yang membuatnya lebih indah.

"Key, udah belum? Lama banget dah ngaca doang," Nayla yang sudah mulai gelisah karena Keya sangat lama.
"Tinggalin aja yuk, Nay!" Balasku sambil berjalan keluar dari toilet, "ayok!"

Akhirnya Keya menyusulku dan Nayla.

"Kalian lama amat sih, sampe kantin udah rame begini," ketus Dira pada kami bertiga.
Namun, 'tak ada yang membalas ucapan Dira, kami lebih milih mengabaikannya kemudian menyantap Mie ayam Amay.

Di sekolah kami, kantin yang paling favorit adalah 'Kantin Amay'. Makanan di kantin Amay sangat banyak, ada mie ayam, bakso, soto, batagor, dan masih banyak lagi. Makanya, tidak salah kalau kantin Amay menjadi kantin favorit.

Tiba-tiba ada yang datang dan memukul meja tempat kami makan.
"Aku dari tadi nyari kamu, ternyata kamu di sini!" Bentak cowok itu pada Nayla. Ternyata itu Kak Adit, tidak salah sih, dia bisa membentak cewek di tempat yang ramai begini. Tapi aku yang mendengar itu juga tidak bisa diam, karena ini salah.
"Kakak tau 'kan ini di kantin, dan Kakak juga sadar 'kan ada banyak orang di sini, bisa sedikit jaga sikap nggak Kak?" Sindir ku pada Kak Adit, ketiga temanku terdiam melihat tingkahku yang tiba-tiba seperti itu, sedangkan Kak Adit mengangkat satu alisnya sambil mengangkat kan kakinya sebelah menuju kursi. "Terus menurutmu sikapmu tadi padaku sudah benar?" Bentak Kak Adit untuk yang kedua kalinya.

Ketiga sahabatku tetap diam, dan sekarang aku membenci diam mereka.
"Benar, Kakak seharusnya lebih bisa menghargai kami Adek kelas Kakak, jangan mentang-mentang Kakak terkenal di sekolah, Kakak bisa memperlakukan Nayla seperti tadi, sampe nge bentak!"
Kak Adit perlahan mendekatkan wajahnya padaku, aku hanya bisa memalingkan wajahku, "Kamu itu masih kecil, jadi nggak usah ceramahin aku! Liat pembalasanku, Sya!" Bentaknya untuk ketiga kali sebelum meninggalkan kantin bersama dua orang temannya.

Aku menarik nafas panjang
"Udah liat, 'kan hasilnya apa kalo niat hanya 'iseng'?" Ucapku pada Nayla kemudian meninggalkan ketiga sahabatku.

Dari dulu memang seperti itu, Nayla pacaran hanya berlandaskan dengan kata 'iseng' tidak pernah berlandaskan dengan rasa sayang, mungkin lebih kasarnya Nayla menjadikan cowok sebagai mainan semata.

Ketiga sahabatku menyusul langkahku, terlebih Nayla. Aku 'tak tahu sudah ada rasa penyesalan dengan Nayla atau masih ingin berlaku seperti itu untuk seterusnya.

Tiba-tiba terdengar bel sekolah, dan itu bunyi bel pulang. Tapi ini masih pukul 11 siang, berarti sudah dipastikan sekarang pulang cepat.

Sampai di kelas, Nayla memanggilku. Tapi aku 'tak pedulikan, aku dengan segeranya meninggalkan kelas. Biasanya jika pulang cepat, kami berempat selalu main di kos Nayla, namun tidak untuk sekarang. Aku lebih memilih pulang ke rumah, sedangkan Dira dan Keya ke kos Nayla.

Mereka mungkin mengerti tentang kejadian di kantin tadi, setidaknya membuat Nayla sedikit lebih sadar dengan tindakannya.

Jika kau memulai kisah hanya untuk bercanda
Tak akan kau dapat bahagia walau hanya sebatas senyum merekah

-----------------------------------------------------------

Pukul 19.00 WIB
Rumah Meisya

Tok tok tok...

"Kak, buka pintunya!" Suara Dio terdengar jelas dari dalam kamar, jika dia menghampiriku sampai ke kamar, berarti dia sedang butuh.

Aku dengan segera membuka pintu.
"Ngapain?" Tanyaku judes padanya
"Cantik banget deh hari ini," ujarnya padaku, sudah sangat jelas sekali ini sebuah godaan sebelum meminta bantuan.
"Mau apa?" Ucapku tanpa basa basi lagi
"Jadi gini, Kak. Guruku itu sangat baik sekali, dia meminta kami semua membuat sebuah puisi dengan tema 'Alam'. Nah, Kakak 'kan ya lumayanlah dalam hal ini, jadi bantuin ya!"
"Ogah, dah sana buat sendiri!" Lalu sedikit mendorong badannya keluar kamar, kemudian langsung menutup kembali pintu.
Dari luar masih terdengar teriakan Dio meminta tolong, tapi 'tak aku pedulikan. Lagian itu sudah jelas tugas untuknya, kenapa aku yang harus repot, 'kan?

"Kak...kak...bantuin, aku 'kan nggak jago bikin puisi!" Rengekannya kembali. Kemudian aku kembali membuka pintu, Dio langsung nyengir, "dikumpulkan kapan itu tugasnya?" Tanyaku sambil mengambil kertas yang dari tadi berada di tangan Dio.
"Dikumpulkan dua hari lagi, Kak."
"Oke, dah sana aku mau istirahat!"
"Beneran dibikin ya, Kak. Janji traktir martabak." Balasnya untuk membujuk.

Aku melempar kertas yang tadi diberikan Dio ke meja belajar. Hari ini, aku sedang 'tak bergairah untuk menulis puisi.

Tiba-tiba ponselku berbunyi, menandakan pesan masuk. Aku segera mengambilnya dan melihat siapa yang menghubungiku.
Alisku terangkat satu, keningku mengerut yang menandakan 'tak tahu. Pesan yang baru masuk dari nomor yang tidak dikenal.

"Meisya, apa kabar?"

Begitulah pesan yang baru saja masuk dari nomor yang 'tak dikenal. Rasanya sekarang berbagai pertanyaan sudah berputar di otak. Apalagi sebatas pertanyaan, "dia siapa?"

"Sya," teriak mama dari luar kamar, aku dengan sigapnya langsung membuka pintu kamar dan menemui mama.

"Kenapa, Ma?"
"Itu ada martabak di atas meja, barusan Dio beliin, katanya buat kamu." Mendengarkan hal itu membuatku kaget, ternyata bujuk rayunya hari ini benar-benar nyata, speechless.
"Oke, terima kasih Ma."

Kejutan-kejutan yang 'tak terduga memang sangat menyenangkan, bahkan membuat jiwa bahagia menggelar. Tetapi jangan lupa, ada kejutan yang mampu membuat duka, contohnya tentang kepulangan yang 'tak terduga.

Huss, mulai sok puitis lagi.

Memang benar, 'kan? Aku suka kejutan. Kejutan yang menyenangkan. Tetapi yang kuterima selama ini selalu kejutan penuh duka. Contohnya kejutan yang diberikan Nayla 'tak henti-hentinya, kejutan yang menurutnya kabar baik, ya pasti tahu lah kejutan apa yang selalu Nayla beritakan, 'tak akan jauh dari kalimat, "Aku pacaran cuma iseng," ingin menyebut semesta 'tak adil, tapi bagiku semesta juga selalu menyiapkan kejutan terbaik untukku, entah kapan. Tapi percaya saja.

Sambil berjalan menuju kamar, tangan kanan yang memegang martabak. Aku masih memikirkan, atau lebih tepatnya penasaran dengan pesan yang berasal dari nomor yang 'tak dikenal tadi.

Apa jangan-jangan, dia-, husss. Pengharapan yang berlebihan juga tidak baik, 'kan?


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untuk KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang