02.20

5 0 0
                                    

ia memandangi sosok yang ada di hadapannya. ini aktivitas yang selalu ia lakukan baik itu pagi, siang, sore atau pun malam. walaupun ia sedang terburu-buru atau sedang santai. ia akan menyempatkan waktu untuk hal ini, entah hanya untuk memandangi wajah, mata atau hanya untuk sekedar bercakap diri.

tetapi kali ini berbeda dari biasanya. ia memandangi sosok ini lebih lama dari biasanya. sebenarnya, ini bukan kali pertama, ia sudah melakukan hal ini setidaknya tiga sampai empat kali.

Hal ini ia lakukan jika ia merasakan hal-hal tertentu.

kali ini, ia memandangi mata sosok ini dalam-dalam, dan ia tidak tahu mengapa.

'Apa arti dari semua ini?' tanyanya pada sosok di hadapannya.

'mengapa kau disini?'

'mengapa harus engkau yang berada disini?'

'apa yang kau lakukan dan perjuangkan selama ini jika sudah jelas akhir dari semua ini adalah kematian?'

'dan jikalau begitu, mengapa kau harus bekerja sangat keras setidaknya hanya untuk bertahan hidup?'

'kenapa kau tidak mati saja? oh—'

'kalau begitu, mengapa ada kehidupan?'

'sial'

pikirannya kacau, sebenarnya ia pun tahu. sosok di hadapannya ini pun tidak memiliki jawaban atas segala pertanyaannya. "menyedihkan" ungakapan terakhir yang bisa ia ucapkan.

kali pertama ia seperti adalah saat ia merasa kesepian, merasa sendirian. ia tidak bisa berhenti memandangi sosok yang ada di hadapannya sambil menangis. masalah yang menurutnya sangat besar hingga ia bahkan tak bisa bercerita kepada orang tuanya sendiri. sangat menyakitkan.

kali kedua adalah saat ia merasa sangat kuat atas apa yang ia lalui. bisa di bilang, itu sangat menyenangkan karena ia melewati kesedihan itu sendirian dan tidak ada yang megetahui itu. merasa menjadi perempuan paling kuat diantara perempuan yang lain. menebarkan tawa atau sekedar menyemangati orang-orang yang di kenalnya. menebarkan kasih sayang dan terus menutup mata tentang apa yang orang lain lakukan terhadapnya. ia yakin ia sangat baik-baik saja kala itu. perasaan itu, apakah akan hadir lagi di dalam hidupnya?

kali ketiga, ia mulai merasa lelah. mulai kehilangan percaya diri dan mulai merasa samar dengan alasan mengapa ia melakukan hal ini. ia lebih sering menangis di malam hari di banding malam biasanya. ini menyebalkan. ia bahkan harus membeli beberapa obat penenang atau obat tidur agar ia merasa baik-baik saja atau setidaknya ia terlelap lebih cepat untuk menghindari ingatan yang ia alami setelah menjalani hari yang berat.

kali ke empat, ia sudah merasa mati. benar-benar kehilangan dirinya dikala itu. ia benar-benar lelah. entah apa yang ia lakukan, menjalani hari demi hari tanpa tau arti dari apa yang ia lakukan. merasa baik-baik saja dan membodohi orang-orang di sekitarnya dan yang ia sadari, ia pun membodohi dirinya sendiri. senyumnya terukir disana. sesuatu ia fikir ini adalah bentuk semangat dari dirinya sendiri atau sebuah apresiasi atas apa yang ia lakukan selama ini. namun tak lama ia menyadari, senyumnya kali ini terasa pahit. adalah senyuman bodoh yang memberitahu ia harus melakukan hal ini setiap saat di depan orang-orang. cemooh. ini adalah cemooh dari dirinya, bukan apresiasi.

ia berhenti menatap dan mulai menutup mata. pertanyaan di kepalanya tadi, biarlah menjadi pertanyaan yang mungkin akan di jawab oleh sang waktu.

ia mulai menarik nafasnya dalam. merasakan bagaimana udara masuk melewati rongga pernapasannya dan menghembuskan nya secara perlahan.

baiklah, ini saatnya. pasang kembali wajah ceriamu itu, bodoh. Dan tersenyum di hadapan cermin yang bahkan ia tidak tahu pantulan siapakah yang ada di dalamnya.

jakarta, 7 May 2020
-thalad.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

R A N D O MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang