Chapter 7

75 0 0
                                    

Dari Singapore aku menemani Mas Dima bertemu rekan bisnisnya di Lombok. Beda dengan di Singapore, di Lombok sudah seharian kemarin Mas Dima meninggalkan aku di hotel, meski aku kemudian bisa berjalan-jalan sendiri menuju pantai atau toko-toko souvenir. Aku bahkan memilih jajanan untuk di bawa ke hotel dan ngemil sambil menonton televisi. Beruntung hotel yang di pilih Mas Dima sangat nyaman. Entah pukul berapa Mas Dima kemarin pulang sepertinya sudah larut. Dan hari ini dia juga berangkat pagi sekali untuk meninjau beberapa lokasi katanya. Sampai siang aku hanya bermalas-malasan di kamar hotel.

Entah pukul berapa aku merasa ada seseorang yang menyelimuti aku yang tidur di sofa. Biasanya aku tidak sadar sampai pagi hanya menemukan Mas Dima sudah tidur disampingku.
"Kamu udah pulang Mas?" Aku mengerjapkan mata berusaha memperjelas pandanganku.
"Iyaa... maaf ya kamu dicuekin terus beberapa hari ini" Mas Dima tersenyum mengelus rambutku. Udah kaya kucing aja dielus begitu. Aku membatin.
"Iya gak apa Mas kan kamu sibuk... ya memang sebenarnya kamu ke sini karena kerja kan" ujarku setelah kami duduk berdampingan.
"Besok aku ada visit lagi ke Bandung, kamu mau balik atau ikut?" Mas Dima berbicara pelan sambil memegang tanganku.
"Ikuuuttt... " ujarku seperti anak kecil mendapatkan mainan baru.
"Kenapa seneng banget? Ada mantan?" Ujar Mas Dima meledek sambil senyum.
"Ada beberapa temen yang aku pengin banget ketemu, pengin ngenalin kamu juga si kalau kamu gak sibuk. Tapi engga juga gak apa Mas, mereka juga belum tentu bisa aku temui" ujarku bercerita panjang. Mas Dima tersenyum mendengar ceritaku.

"Oia, kamu mau tinggal dimana nanti?" Ujar Mas Dima sedikit serius sambil membuka hpnya.
"Tinggal?" Ujarku bingung. Apa Mas Dima akan meninggalkan aku nantinya. Maksudku mungkin kesibukan membuat dia tidak bisa sering bertemu aku.
"Iya, biar nanti sambil disiapkan rumah" ujarnya santai kemudian meletakkan telepon genggamnya dan menatap aku.
"Maksudnya Mas? Aku kan tinggal sama kamu kan?" Ujarku masih bingung dengan maksud dari Mas Dima.
"Iya, sayang pasti. Cuma kamu maunya tinggal dimana gitu. Rumah kan tempat aku pulang dan kamu istriku harus ada di sana" ujarnya berkata lembut.
"Ya tapi kalau kamu sibuk kemana-mana begini bisa jarang pulang?" Ujarku lugas tanpa malu. Mas Dima tersenyum bahkan sedikit tertawa.
"Terus? Kamu akan curiga? Atau kangen?" Ujarnya meledekku.
"Yaa... engga si... bukan itu maksudnya... yasudah nanti aku pikirkan" ujarku malu sambil beranjak dari sofa menuju tempat tidur.
"Hei... sayang... kalau kamu mau bahas bisa kita bahas sekarang" ujarnya mengikuti aku ke tempat tidur. Mas Dima memelukku.
"Dante tinggal sama kita juga kan Mas?" Ujarku bertanya pelan.
"Kamu gak keberatan?" Ujarnya sambil menatap aku lekat.
"Maksudku, ada ibu sama baby sitter yang bisa ngurusin dia. Aku nikahin kamu bukan untuk jadi baby sitter Dante" ujarnya menjelaskan.
"Ya kamu nikahin aku untuk jadi Ibu Dante Mas, jadi wajar si kalau Dante tinggal sama kita" ujarku pelan.
"Nanti aku bilang ke Ibu" ujar Mas Dima dengan ekspresi tidak percaya. Itu yang aku lihat di wajahnya.
"Kita bilang ke Ibu berdua ya Mas, boleh?" Ujarku kemudian disambut ekspresi tidak percaya lagi dari Mas Dima. Tapi dia akhirnya hanya bisa mengangguk tanda setuju.

Married by An AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang