Subuh ini seperti biasa kami melaksanakan shalat subuh bersama. Disambung mengaji beberapa ayat. Mas Dima memang bukan laki-laki biasa menurutku. Bagaimana bisa sosok seperti ini yang terasa tidak ada kurangnya. Entahlah mungkin karena aku sedang jatuh cinta kepadanya. Ada si kekurangannya, Mas Dima tidak sering menghubungi aku, entah itu telepon atau pesan. Mas Dima tidak pernah menanyakan lewat pesan atau telepon bahasa anak mudanya tidak perhatian. Mas Dima merebahkan diri di tempat tidur lagi, sudah sekitar pukul 06.00
"Kamu masih ngantuk ya Mas?" Aku mendekatkan diri ke tubuh Mas Dima. Kangen si, tapi Mas Dima masih cuek. Aku mengira dia kembali tertidur. Hem... aku menikahi laki-laki yang bisa membuat banyak perempuan cantik jatuh cinta. Ternyata alis Mas Dima tebal, aku mengusapnya hem... aku ingin mengecup pipinya tapi urung kulakukan, takut membangunkannya.
"Kaget?" Mas Dima sudah mengecup bibirku kilat dan ternyata membuka matanya. Tersenyum penuh kemenangan karena berhasil mengelabui aku.
"Huuu... aku kira kamu tidur Mas" aku menggelembungkan pipiku pertanda kesal. Mas Dima mengecup bibirku lagi, lagi dan lagi sampai aku kemudian tersenyum."Udah lah, Mas mau kopi?" Aku hendak beranjak dari tempat tidur tapi Mas Dima dengan segera menggapai tanganku dan menariknya membuat aku secara dramatis jatuh ke pelukannya.
"Sini dulu, gak usah kemana-mana" Mas Dima berbisik pelan.
"Mas..." aku memanggilnya manja.
"Iya sayang..." Mas Dima menjawab singkat masih sambil memelukku.
"Kita kan gak kenal, kamu kok mau si disuruh nikah sama aku" ujarku lugas dan asal. Mas Dima tertawa kecil.
"Siapa bilang aku gak kenal kamu" Mas Dima membuat aku terkejut dengan perkataannya.
"Kamu kenal aku?" Pertanyaan singkatku membuatnya lebih tertawa.
"Ya bisa dibilang begitu, gak usah mikirin hal yang aneh-aneh" Mas Dima menyelesaikan kalimatnya dengan pernyataan yang aneh.
"Kamu Mas yang aneh malah, soal Daniel sama ini kamu malah bilang sudah kenal aku" aku mengutarakan kebingunganku tanpa ditutupi.
"Aku gak suka istriku dekat dengan laki-laki lain itu adalah hal yang wajar kan? Dan kamu sayang, adalah wanita yang transparan, karena itu aku bilang aku mengenal kamu" Mas Dima menjelaskan.
"Kamu cemburu sama Daniel Mas?" Aku tertawa kecil mengatakan kalimat ini sedikit meledek Mas Dima.
"Ya bukan cemburu lah" ujar Mas Dima mencoba bertahan dengan gengsinya. Aku tambah tertawa mendengar pembelaan diri darinya.
"Cemburu, cieehhhh... berarti kamu sayang sama aku ya Mas?" Aku dengan lugas meledeknya lagi.
"Ke geeran banget si ni cewe" ujarnya melepaskan pelukan dan mulai duduk di tempat tidur.
"Udah siang, yuk mandi, jalan-jalan di Bandung" Mas Dima segera berlari menuju kamar mandi seperti anak kecil. Aku pikir menikah dengan Mas Dima hanya soal anak, soal Dante. Dan kejadian tentang hubungan kami kemarin hanya nafsu laki-laki saja. Apakah lebih dari sekedar itu?"Kamu kok malah bengong si?" Mas Dima keluar dari kamar mandi melemparkan handuk ke mukaku.
"Kamu Mass... " aku sontak meneriaki nya dan disambut tawa Mas Dima yang membuat aku tidak jadi marah.
"Kamu memang gak kerja hari ini?" Aku bertanya singkat karena bingung
"Katanya mau nonton" ujar Mas Dima sambil mengenakan bajunya.
"Lhaa... aku kan mau nonton sama Ryan Mas" ujarku sengaja meledeknya.
"Nah... daripada kamu nonton sama Ryan mendink sama suami, halal" ujarnya nyinyir.
"Dihh... suami kaya makanan ya Mas ada label halalnya" ujarku meledeknya lagi.
"Ni cewe ngeselin bener si" ujar Mas Dima menghampiri aku di ranjang.
"Tapi kamu sayang gak Mas?" Ujarku mencium kilat bibirnya dan berlari ke kamar mandi. Mas Dima tertawa. Aku bisa mendengar tawanya meski sudah di kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by An Accident
RomanceMenikah adalah impian yang terwujud bagi seorang Izra. Meski yang menikahi dirinya adalah seorang duda dengan seorang anak. Izra semula ragu karena singkatnya pertemuan dengan Dima dan juga karena masa lalu yang membuatnya tidak bisa menjadi dirinya...