"Mbaeeee... " seseorang menyapa aku disusul satu orang lagi.
"Hai... kangen" ujarku sedikit berkaca-kaca.
"Sama... " Alin bahkan sudah menangis, sedikit.
"Mbaee... nikah gak bilang-bilang nih" ujar Indah yang sudah duduk bersama memesan minuman yang berbeda.
"Maaf, rada ribet si kemarin" ujarku menjawab pelan.
"Iya tuh, kalau gitu kan Alin bisa dateng" ujar Alin lagi.
"Gak mungkin lah Alin dateng" ujarku sedikit nyinyir.
"Ehh... Alin gimana persiapan?" Ujarku bertanya balik. Alin malu-malu. Kami bertiga tertawa.
"Kok Alin bisa pergi si ini kan hari kerja?" Ujarku lagi masih penasaran.
"Alin ijin, tadinya kan ngurus seserahan yaudah sekalian aja. Kan di Mall juga si kita ketemunya" Alin menjelaskan.
"Mbae nginep dimana?" Ujar Indah bertanya.
"Situ... lupa namanya yang deket sini" ujarku sambil mengingat-ingat malah ditertawakan Indah dan Alin.
"Suami kerja ya Mba?" Ujar Indah bertanya lagi.
"Iya, aku kesini juga ikutan karena dia kerja di sini" ujarku menjelaskan.
"Kerja di Bandung?" Ujar Indah bertanya lagi.
"Engga si, sepertinya ada visit gitu entah perusahaan atau proyek" aku memang tidak pernah menanyakan detail tentang pekerjaan Mas Dima.Kami berbincang sampai hampir maghrib, kemudian mencari tempat untuk shalat. Indah sudah duluan pulang tinggal aku dan Alin saja.
"Alin kemana habis ini?" Ujarku bertanya pelan setelah shalat.
"Mbae kemana? Belum pengin pulang si" ujar Alin pelan.
"Gak kerasa ya Mbae dah nikah, Alin bentar lagi" ujarnya sambil tersenyum.
"Ehh... Daniel minta ketemu Mbae ini" ujar Alin ketika memeriksa pesan di hpnya.
"Umm... memang kenapa dia tumben. Bukannya dia benci aku ya?" Ujarku menjawab lugas.
"Ya gak benci kali, gak apa lah kalau Mbae gak mau ketemu" ujar Alin membereskan sedikit riasan.
"Yaudah, memang kamu dimana?" Alin berbicara dengan telepon genggamnya.
"Mbae, Daniel udah di sini ketemu bentar gak apa ya? Aku ada urusan si" ujar Alin setelah menutup telepon genggamnya. Aku mengangguk. Yah lagipula Mas Dima juga pasti belum sampai ke hotel."Teh Alin, aku cariin kemana-mana" ujar lelaki berkacamata dan berkulit putih itu menyapa Alin.
"Alin mah gak kemana-mana kan disini aja" Alin juga terlihat sedikit sewot.
"Izra nya? Apa kabar?" Daniel bertingkah sok cool ketika bersalaman denganku. Aku tersenyum dan menjawab kabarku baik. Kami akhirnya duduk lagi di restoran fastfood kesukaanku, memesan minuman kesukaan ku dan ngobrol bersama mereka.
"Bisa ya kamu nikah sama orang lain Zra?" Daniel seolah cemburu dan memprotes, pada dasarnya itu hanyalah akting yang biasa Daniel lakukan.
"Ya kan Mbae mah butuh kepastian, nah nungguin kamu mah gak pasti Niel" Alin kemudian meledek Daniel.
"Iya, memang kamu belum mau serius Niel? Cewe udah banyak gitu sudah waktunya Niel" aku ikut meledeknya.
"Aku susah move on dari kamu" Daniel berkata seolah itu memang benar-benar yang dia rasakan padahal aku tahu itu akting."Kamu di sini ternyata sayang?" Seseorang merangkul aku dari belakang aku hafal parfumnya itu Mas Dima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by An Accident
RomanceMenikah adalah impian yang terwujud bagi seorang Izra. Meski yang menikahi dirinya adalah seorang duda dengan seorang anak. Izra semula ragu karena singkatnya pertemuan dengan Dima dan juga karena masa lalu yang membuatnya tidak bisa menjadi dirinya...