BAB 1

16 2 0
                                    

Aku suka menceritakan cerita hantu kepada adikku, Bill, dan teman-temanku. Bill adalah anak paling penakut yang kukenal. Hampir setiap hari aku menceritakan cerita hantu pada Bill, dan dia selalu ketakutan.

Mudah untuk membuat Bill takut. Mungkin aku hanya harus bercerita mengenai hantu di halaman belakang rumah atau di kamar mandi. Dan dia akan sangat ketakutan.

Hari ini adalah musim panas. Dan aku benar-benar tidak memiliki kegiatan selama musim panas ini. Orang tuaku tidak mengajakku jalan-jalan. Itu karena Ayah sibuk bekerja.

Aku tinggal di rumah berukuran sedang di sebuah kota kecil. Di sekitar rumahku tumbuh banyak sekali pohon hias berukuran sedang. Di halaman belakangku sangat asri karena di sana ada banyak tumbuhan.

Hari ini aku sedang membaca buku di halaman belakang. Di sampingku, Bill, sedang duduk memandangi rumput. Saat itu juga sebuah ide muncul di benakku. Aku akan menakut-nakutinya!

"Bill, kau ingin mendengar sebuah cerita tentang hantu di teras rumah?" tanyaku pada Bill.

"Hantu di teras rumah?" Wajah Bill terlihat ketakutan. Memang semudah itu untuk menakutinya.

"Ini terjadi ketika musim panas di negara yang memiliki empat musim." Aku memulai ceritaku.

"Mengapa mereka tinggal di negara dengan empat musim?"

Aku mengangkat bahuku, "Mungkin angin dingin cocok untuknya."

"Lanjutkan." Aku sudah dapat melihat wajahnya berubah menjadi pucat.

"Kau tau rumah Mr. David?" Aku mulai bercerita. "Suatu hari, ketika Mr. David sedang tertidur di teras rumah, ia merasakan sesuatu menindihnya."

"Lalu? Apakah ia sadar?" Bill kini benar-benar pucat.

"Ya. Dia merasa seseorang menindihnya. Mr. David menoba bergerak, tapi ia membeku. Ia terus mencoba untuk bergerak." Aku menunggu Bill bertanya.

"Lalu?"

Aku menarik napas. Mencoba untuk menciptakan ketenanganan. "Mr. David—dia dirasuki hantu itu. Ia muntah-muntah sampai dibawa ke rumah sakit."

Bill kini benar-benar pucat. Wajahnya tegang dan kaku. Ia seperti orang mati karena saking pucatnya.

"Tidak. Tidak mungkin. Ibu bilang tidak akan ada hantu di rumah ini." Bill mencoba untuk melawan rasa takutnya. Tentu saja itu susah bagi Bill. Ia terlalu percaya pada ceritaku. Maksudku semua ceritaku!

"Di rumah ini ada hantu. Sungguh. Hantu itu berbentuk bayangan dan sedang mengawasi kita," ucapku lirih.

"Hah? Tidak mungkin. Dimana dia?" tanya Bill. Sudah kuduga ia akan percaya begitu saja.

"Dia berada di garasi. Mencoba mengawasi kita. Mari kita usir dia," ajakku. Aku tahu pasti Bill akan menolak untuk mengusirnya. Pernah suatu hari Bill ikut denganku untuk mengusirnya. Tentu saja tidak ada hantu di sana.

"Tidak!" Bill berlari masuk ke dalam rumah dan mencari Ibu. Aku tahu setelah ini Ibu akan menguliahi aku untuk tidak menceritakan Bill cerita hantuku yang konyol pada Bill. Tentu saja karena dia masih kecil.

Dan benar saja. Ibu langsung datang menemuiku ketika aku sedang mengisi gelasku dengan segelas limun. Ia menceramahiku selama kurang lebih 10 menit. Sebagian besar dari ceramah itu tidak kudengarkan. Karena aku sudah pernah mendengarnya dan aku yakin Ibu sedang mengulangi ceramah itu. Bab Menakuti Bill.

"Tapi, Bu. Di halaman belakang memang ada hantu. Hantu itu sedang mengawasi kita." Aku mencoba membuat ceramah ini menjadi lebih menarik.

"Sudah cukup cerita hantumu itu. Sekarang minta maaflah pada Bill." Ibuku memang hebat dalam menolak. Aku belum pernah sekali pun membuat Ibu percaya.

"Ada apa ini? Apakah Nicole mengarang cerita hantu lagi?" Ayahku tiba-tiba datang dari pintu depan. Ia sudah pulang dari tempat kerjanya."

"Seperti biasa. Ia selalu melakukannya pada Bill." jawab Ibu.

"Nicole, sudah cukup kau menakuti Bill. Kau pikir sudah berapa banyak cerita hantu yang kau ceritakan pada Bill?" tanya Ayah. Jika Ayah menguliahiku, maka ini tidak akan selesai sampai musim panas berakhir. Atau bahkan sampai musim panas berikutnya. Kecuali Ibu mengubah topik pembicaraan kami.

"Tahun ini aku menceritakan sekitar 213 cerita hantu dan semuanya sukses membuat Bill takut." jawabku bangga. Aku memang selalu menghitung berapa kali aku bercerita dan itu membuatku cukup puas. 213 itu adalah angka untuk Bill. Dan bukan teman-temanku.

"Mengapa kau menceritakan cerita bodohmu itu kepada Bill? Bill masih sangat kecil untuk mengetahui hal-hal mistis." ucap Ayah. Ia selalu menganggap ceritaku ini cerita bodoh. Tapi menurutku ini semua adalah cerita yang luar biasa!

"Karena Bill adalah anak yang gampang sekali ditakuti. Selain itu Bill adalah orang yang setiap hari kulihat." jawabku santai. Aku memang sudah sering diberi pertanyaan seperti tadi. "Oh, dan satu lagi. Bill tidak pernah bosan dengan ceritaku."

"Kuharap kau segera melupakan hantu-hantu itu dalam ingatanmu. Aku memberimu peringatan." Aku tahu Ayah tidak benar-benar bersungguh-sungguh.

"Sudah. Ibu membuatkan kalian pancake yang lezat," lerai Ibu yang sudah mulai bosan mendengar perdebatan antara aku dan Ayah.

"Wow! Pancake lezat!" ucap Bill. Bill sangat suka pancake. Apalagi jika itu buatan Ibu.

Aku juga suka pancake.

Setelah aku memakan pancake buatan Ibu, aku masuk ke kamarku. Aku akan langsung mencatat berapa banyak cerita yang telah aku buat tahun ini.

Aku membuka pintu kamar. Kamarku sangat gelap karena tirai jendelaku aku tutup.

Ketika aku mengahampiri tirai jendela, aku melihat sebuah bayangan.

Itu adalah bayangan yang di garasi!

TBC

Lanjut gak? Kalo lanjut jangan lupa bagiin vote-nya ya!

HORROR CHAPTER : GHOST STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang