BAB 4

5 1 0
                                    

"Yuck!" Aku tidak bisa menahan rasa tidak enak ini menyentuh lidahku.

"Ada apa? Bukankah ini enak? Ini adalah red velvet ice buatan Michael," ucap Julia. Red velvet apa ini?! Tidak enak!

"Ouh, maaf. Aku tidak terlalu suka. Rasanya—ouh," ucapku tidak enak. Tentu saja karena Michael yang membuatnya. Aku tidak enak saja jika aku mengucap kata 'Tidak enak.' langsung di depan kakaknya, Julia.

"Apa? Michael! Apa yang kau buat?! Ia tamu kita Michael! Tamu hidup!" ucap Julia memarahi Michael. Tapi aku tersadar sesuatu. Tamu hidup? Apakah mereka pernah melayani tamu yang—sudahlah.

"Tamu hidup?" Sial. Aku bergumam terlalu keras sehingga Julia mendengarku. Aku pasti akan malu.

"Iya. Hidup. Kau hidup kan?" tanya Julia. Wajahnya serius. Sepertinya ia memang pernah menjamu tamu yang—mati.

"Iya. Aku hidup. Maksudku, mengapa kau menanyakannya?" tanyaku bingung. Mungkin mereka benar-benar keluarga hantu!

"Tidak apa. Kau akan menginap bukan, Nicole?" Apa-apaan ini? Ia dengan mudah mengubah topik pembicaraan kami. Tidak seru. Aku belum cukup tahu banyak tentang keluarga ini.

"Aku, eum, ya. Mungkin aku akan menginap saja." Rasa ingin tahuku tentang keluarga Robert ini menguasaiku. Aku tidak tahu apa yang membuatku tiba-tiba menjadi sangat berani seperti ini.

"Baguslah," ucap Michael.

"Maksudmu?" tanyaku.

"Maksudku kau datang kemari untuk hal yang tidak sia-sia," jawab Michael.

Kami terus bercerita di ruang tengah sampai jam menunjukkan tepat tengah malam. Julia segera berpamitan ingin tidur, dan diikuti Michael yang katanya sudah mengantuk. Aku? Tentu saja mengikuti mereka. Aku tidur di kamar tamu. Kamar tamu ini sangat indah.

Aku bisa melihat beberapa koleksi koin Inggris kuno dan beberapa lukisan. Luas kamar ini sekitar 7×9 meter. Tentu saja karena mereka sangat kaya. Terdapat kamar mandi di dalam kamarku. Kasur yang empuk dengan lampu malam yang dicampuri sedikit emas.

Mereka sangat kaya. Tapi mengapa mereka pindah kemari? Di kota berukuran tidak besar ini? Bukankah mereka akan sukses jika bekerja di kota-kota besar dengan bandara dimana-mana?

Sambil menghilangkan banyak pertanyaan itu, aku mencoba untuk tidur pulas. Kudengar suara kecil Michael mendengkur keras dari ruangan sebelah. Lalu suara itu hilang. Kamar ini—rumah ini—mendadak sepi. Bagai tak ada kehidupan di sini. Tapi di sinilah tempat tinggal keluarga Robert.

Tiba-tiba aku merasa haus. Aku pergi turun dan menuju dapur. Aku akan mengambil air, meminumnya, lalu naik lagi. Ya, ide bagus. Sambil mencoba berjalan tanpa suara, aku turun melewati tangga menuju dapur.

Kulihat dapur dengan lampu berwarna kuning memberikan kesan redup dan klasik. Ornamen-ornamennya terlihat indah dan jelas di setiap ukirannya. Kulihat sebuah gelas lalu meraihnya.

Setelah lama aku mencari sumber air matang, aku melihat kulkas dan langsung membukanya. Kulihat ada sekotak jus bertuliskan 'Jus Anggur' lalu mengisi gelasku dengan jus itu.

Aku mulai menuangkan isi dari jus tersebut. Tapi seketika aku merasa jijik sekaligus bergidik ketakutan. Jus itu sangat kental dan merah, berbau amis dan sedikit bau busuk. Kuputuskan untuk kembali ke atas tanpa minum seteguk pun.

Pagi harinya, aku segera bertanya pada Julia mengenai jus tadi malam. Namun jawaban yang aku dapatkan kurang memuaskan. Ia bilang aku terlalu mengantuk dan belum sepenuhnya sadar. Bukan itu yang aku inginkan.

Karena merasa ada yang aneh dari rumah itu, kuputuskan untuk langsung kembali ke rumah pagi harinya. Aku sudah memiliki satu lagi cerita horor untuk Bill.

Sesampainya di rumah, aku membuka pintu depan dan mengucap salam. Sepi. Tidak ada jawaban. Aku masuk dan ternyata pintunya tidak dikunci. Ya ampun, mereka masih tidur dan lupa mengunci pintu depan. Konyol sekali.

"Ayah? Ibu? Bill?" Aku mencoba memanggil mereka, tapi hasilnya nihil. Tidak ada jawaban. Kemana mereka? Mengapa mereka tidak mengajakku?

"Apakah ada orang di dalam?" teriakku—lagi. Tapi hasilnya sama saja.

Kumasuki kamar Bill dan tidak menemukan keberadaan Bill di sana. Kulihat kamar orangtuaku dan hasilnya sama saja. Tidak ada orang.

Aku masuk ke dapur dan—terkejut. Di atas meja makan, terdapat sebuah pisau daging dan sebuah pisau buah. Pisau-pisau itu diselimuti darah!

Ini hanya candaan bukan? Ya, ini hanya gurauan. Itu hanyalah daging hewan. Tapi setelah kuendus, ini tidak seperti darah hewan! Seperti darah manusia! Dan banyak!

Aku memutuskan untuk mengecek ke dalam kamar mandi. Tidak ada apapun di sana. Aku lalu pergi ke halaman belakang. Siapa tahu mereka sedang mengobrol di sana tanpa aku.

Betapa terkejutnya aku ketika melihat Julia di halaman belakangku. Mengapa ia bisa sampai di sini? Ia terlihat gugup. Seperti baru saja melakukan kesalahan. Apakah ada hubungannya dengan pisau-pisau tadi?

"Julia? Bagaimana kau—" ucapanku terpotong.

"Ah tidak! Aku hanya ingin memastikanmu selamat sampai sini. Itu saja! Ya, begitulah," ucapnya dengan nada yang tidak bksa dijelaskan.

"Ouh? Baiklah. Terima kasih telah mengkhawatirkanku."

"Ah iya. Sama-sama. Kau berhati-hatilah," ucapnya lalu pergi meninggalkanku. Ada apa dengannya?

Aku kembali masuk ke dalam rumah. Aku merasa sedikit haus dan pergi ke dapur untuk mengambil sekotak jus jeruk—jika masih ada.

Kubuka kulkas ke belakang dan bergidik ketakutan. Aku merasa mual. Aku ingin muntah sekarang juga. Mike, dia terbunuh!

Satu yang ada di pikiranku adalah—Bill telah membunuhnua! Aku yakin mereka bermain dengan pisau lalu saling membunuh.

Aku berbalik ke arah lain supaya tidak melihat pemandangan kematian itu. Di belakangku ternyata ada seseorang yang sedang menungguku. Itu adalah ...

Bill.

"Kau? Ada apa? Kenapa Mike? Jawab aku!" desakku.

Bill hanya tertawa dan mulai mengambil pisau buah itu. Apakah ia akan membunuhku? Tapi pisau buah, itu tidak tajam. Tidak akan membunuh bukan?

Bill mengangkat pisau itu tinggi-tinggi.

"Bill! Apa yang ingin kaulakukan?! Kuperingatkan kau untuk berhenti! Jangan lakukan, Bill! Bill—aarghh." Bill, dia berhasil membuatku kesakitan! Tolong aku!

"Kau telah melihatnya kakak. Maka kau harus pergi. Aku benci berurusan dengan polisi," ucap Bill.

Dan seketika aku terjatuh—dan pingsan.

HORROR CHAPTER : GHOST STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang