Langit sedang bermain bola basket sendirian di lapangan, palajaran olahraga sudah berakhir sejak 10 menit yang lalu, teman-temannya memilih pergi ke kantin untuk membeli minum karena lelah habis berolahraga. Namun, Langit masih disini seorang diri sambil memantulkan bola berwarna oranye itu ke lapangan.
Ia melemparkan bola kearah ring dan masuk sempurna kedalamnya, ia melakukannya berkali-kali bahkan tidak ada satu bolapun yang tidak masuk ketika ia lemparkan.
Sekilas, ia melihat seorang gadis berjalan ditengah lapangan sambil membawa setumpuk buku paket yang membentang dari dada sampai menutupi seluruh mukanya, buku paket itu sedikit oleng karena terlalu banyak ditumpuk dan sedikit saja gadis itu tidak bisa menjaga keseimbangan, maka bisa dipastikan buku paket itu akan berserakan jatuh ditengah lapangan.
Gadis itu begitu menarik perhatian Langit untuk tidak mengalihkan pandangannya, Langit masih setia memperhatikan gadis yang bisa ia lihat wajahnya dari samping itu, meskipun Langit hanya bisa melihat wajahnya dari samping, namun itu tidak menutupi kecantikan gadis itu, kulit nya yang putih bersih bertambah dua kali lipat lebih bercahaya karena terkena sinar matahari, rambutnya yang menjuntai sampai punggung itu tampak sangat indah dimata Langit.
Karena terlalu asik dengan gadis itu membuat Langit tidak menyadari bahwa buku yang tadi gadis itu bawa sudah berhamburan di lapangan.
Langit segera menghampirinya dan membantunya mengambil buku yang berserakan.
Gadis itu terlihat terkejut mendapati Langit sudah berjongkok didepannya untuk ikut mengambil buku-buku itu.
" Tangan lo itu kecil, jadi gak usah maruk pake bawa buku sebanyak ini" Langit membawa sebagian banyak buku ditangannya, ia segera melangkahkan kakinya menuju perpustakaan dengan diikuti gadis itu dibelakangnya.
Sampai didepan perpustakaan ia menunggu gadis itu untuk berjalan lebih dulu didepannya agar menunjukan dirak mana ia harus meletakan buku yang ada ditangannya saat ini. Seolah mengerti maksud Langit gadis itupun berjalan melewati Langit dan berhenti disalah-satu rak khusus buku sains. Gadis itu dengan telaten mengambil satu persatu buku yang ada ditangan langit untuk kemudian ia letakan dengan rapi di rak.
" Kita udah ketemu tiga kali tapi belum sempat kenalan" Langit mulai berbicara ketika buku terakhir yang ada ditangannya sudah gadis itu letakan di rak.
" Nama gue Langit" Langit menjulurkan tangannya kedepan seolah menunggu tangan gadis itu untuk berjabat tangan dengannya.
" Rain" Meski sedikit ragu gadis itu menerima uluran tangan Langit tidak lama, hanya beberapa detik kemudian setelahnya menyembunyikan kembali tangan itu disamping rok sekolahnya.
" Gue kira nama lo Rara" ia tahu betuk tadi pagi Ucup menyebutkan nama gadis itu dengan lantang.
Udah tau masih aja nanya
" Biasa dipanggil Rara" lanjut gadis itu seolah mengerti maksud Langit
Langit hanya manggut-manggut " keliatan aneh kalo gue udah tau nama lo tapi masih ngajak kenalan, soalnya sebelumnya gue gak pernah liat lo disekolahan ini sebelum kita ketemu di UKS"
Rara diam tidak menanggapi, dengan ekspresi wajah yang datar seolah Rara tidak peduli perkataan langit yang terdengar sedang basa-basi di telinganya.
" Lo anak baru?" Kini Langit tidak lagi berdiri ia menarik kursi yang ada didekatnya kemudian duduk diatasnya.
" Gue bahkan ikut MOS dua tahun yang lalu" berbeda dengan Langit, Rara masih setia berdiri sambil sesekali memperhatikan rak disebelahnya.
Mungkin tidak bagi Langit saja. Gadis didepannya ini sangat cantik walau tanpa make up, ia bisa melihat bagaimana mata coklat terang dengan bulu mata lentik itu bergerak sambil melihat-lihat tiap lembar buku yang sedang ia pegang. Seolah tulisan yang ada dibuku itu lebih menarik daripada cowok yang ada didepannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen FictionIni kisah tentang Langit, cowok most wanted boy di SMA Pertiwi. Cowok yang jago basket sama bela diri ini jadi incaran cewek-cewek di sekolahnya, selain ganteng banget, ia juga cowok tajir, ayahnya pengusaha sukses, dan ibunya pemilik butik yang ter...