Bagi Rara, tidak ada yang lebih menyenangkan dari berdiam diri dikamar sehabis pulang sekolah, sambil membaca novel, memakan cemilan ditemani milkshake strawberry dan duduk didekat jendela sambil menikmati hembusan angin yang menyapa wajahnya lewat jendela. Its so perfect.
Tok....tok... tok...
Suara pintu kamar Rara yang diketuk tiga kali dari luar, sedikit menghembuskan nafas pelan sebelum akhirnya bergerak untuk membuka pintu yang diketuk tak sabaran dari luar.
" Ayah nunggu lo dibawah, katanya penting." Tanpa basa basi setelah pintu dibuka Melly langsung mengatakan itu kepada Rara kemudian pergi kebawah.
Rara langsung bergegas untuk turun keruang keluarga, dimana disana sudah terlihat ada ayahnya, ibu tirinya, dan Melly tampak tengah berkumpul sambil mengobrol.
" Duduk dulu, sayang" Ratih memerintahkan Rara untuk duduk disebelahnya. Seakan tuli, Rara malah lebih memilih duduk di sebelah ayahnya. Ratih hanya tersenyum sendu melihatnya.
" Semua udah kumpul,kan? Jadi ayah langsung aja ya" Wijaya berdehem sebentar untuk mengusir kecanggungan yang sempat terjadi ketika Rara menolak ajakan Ratih untuk duduk disebelahnya.
" Jadi gini, buat beberapa minggu kedepan, kalian berdua gak usah bawa mobil sendiri dulu, mobil kalian berdua mau ayah jual" Wijaya menatap anak-anaknya satu persatu yang juga tengah serius menatapnya
Melly tampak kaget sementara Rara biasa saja, toh, sebelumnya Rara tidak pernah meminta dibelikan mobil atau apapun kepada ayahnya, dan jika mobil itu akan dijual Rara masih bisa pergi kesekolah diantar ayahnya.
" Tapi ayah gak bisa nganterin kalian ke sekolah" setelah mendengar itu Rara tampak bingung sambil mengerutkan kening. Kenapa gak bisa? Tanyanya dalam hati
" Ayah harus ke Jepang buat ngurusin perusahaan ayah yang ada di Jepang, dan kalo ayah gak ke Jepang buat ngurusin perusahaan itu, mau gak mau perusahaan yang di Jepang bakalan bangkrut soalnya ada beberapa proyek besar yang harus kita menangkan disana" jelas Wijaya seolah menjawab pertanyaan diwajah kebingungan Rara.
" Kapan?" Tanya Melly, ia masih tampak serius mendengarkan Wijaya berbicara.
" Lusa" jawab Wijaya sambil tersenyum
" Kok mendadak?" Rara yang sedari tadi hanya diam mendengarkan akhirnya buka suara.
" Nggak mendadak, ayah udah rencanain ini dari satu bulan yang lalu, cuma baru bisa ngomong sekarang."
" Berapa lama?"
" Sampai pekerjaan ayah disana selesai, sekitar dua bulanan"
Hanya Wijaya dan kedua 'anaknya' yang berbicara, Ratih daritadi hanya diam sambil menyimak, mungkin sudah tahu.
" Tapi kenapa mobilnya harus dijual" tanya Melly
" Biar kalo kemana-mana kalian bisa dianter sama pak Ujang, jangan dulu bawa mobil sendiri, ayah masih khawatir. Tenang aja sepulang ayah dari Jepang dan memenangkan proyek besar itu, kalian akan ayah belikan mobil yang kalian mau"
Melly tampak berbinar mendengarnya, beda dengan Rara yang hanya menatap ayahnya dengan perasaan tak ingin ditinggalkan. Ia sama sekali tidak pernah berjauhan dengan ayahnya dalam waktu yang cukup lama. Mungkin baru sekarang ayahnya ingin bepergian walaupun untuk urusan pekerjaan, karena Rara tidak ditinggal sendirian ada Ratih dan Melly yang menemani.
Tetapi tetap saja, bagi Rara ia ditinggalkan sendirian.
Rara menghela nafas panjang, mau bagaimana lagi sekeras apapun ia menolak ayahnya pasti akan pergi juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen FictionIni kisah tentang Langit, cowok most wanted boy di SMA Pertiwi. Cowok yang jago basket sama bela diri ini jadi incaran cewek-cewek di sekolahnya, selain ganteng banget, ia juga cowok tajir, ayahnya pengusaha sukses, dan ibunya pemilik butik yang ter...