"Lebih baik gue budeg dan tuli sekalian dari pada denger omongan yang langsung nohok hati gue."
~Aracely Salsabila Marshel~"Al nanti malem jadi?"tanya Guntur yang hanya dibalas deheman oleh Aldo.
"Lawan siapa?"kali ini Dika yang bertanya.
"Kecebong kecil."--Aldo.
"Emang kecebong bisa naek motor?"pertanyaan bodoh itu terlontar dari mulut Reyhan.
Saat ini mereka berempat masih didalam kelas menunggu sekolah sepi.
"Pertanyaan elo unfaedah banget."--Dika.
"Ya kan gue nanya, emang salah."--Reyhan.
"Elo gak salah tapi pertanyaannya Lo kelewat bodoh."--Guntur.
"Serah Lo pada. Emang kecebong kecil siapa sih?--Reyhan.
"Masa Lo gak tau si Zaza leci."--Dika.
"Reza Pahlevi lol."--Guntur.
"Itukan panggilan sayang gua ke dia."--Dika.
"Ada hubungan apa Lo sama dia."tanya Aldo.
"Oh jangan jangan hubungan terlarang."--Reyhan.
"Mulut Lo tuh nyerocos mulu."--Guntur.
"Maap kan hamba tuan."--Reyhan.
"Eh jangan salah paham dulu, gua sama dia itu gak ada hubungannya cuma gue suka aja panggil dia gitu."--Dika.
"Kirain."--Aldo.
"Eh gak mau pada balik nih, sekolah udah sepi njirr?"--Guntur.
"Skuylah."--Dika.
Saat mereka melewati lorong kelas 11 IPA 2 tiba tiba.
"Eh Lo denger gak?"--Dika.
"Enggak, emang suara apa?"--Guntur.
"Ih makanya diem, shuttt."--Dika.
"Suara apaan sih?"--Reyhan.
"Hiks hiks hiks"
"Tuh suara orang nangis njirr."--Dika.
"Berarti mitos itu Bener dong, kalo setiap jam pulang ada arwah yang nangis."--Reyhan.
"Mungkin."--Guntur.
Aldo yang melihat ketiga temannya sedang berdiskusi tampak tak acuh pada ketiganya.
"Terus kita harus gimana?"--Dika.
"Ikutin aba aba gua, satu....dua....tiga kaburrrrrr."--Reyhan.
Mereka bertiga lari secepat cepatnya sedangkan Aldo Masih dengan ekspresi datarnya.
"Ngapa sih mereka." Batin Aldo.
"Hiks hiks hiks"
Suara itu terdengar jelas di Indra pendengarannya.
"Oh jadi mereka lari gara-gara denger suara ini."--Aldo.
"Kira kira siapa ya yang nangis."--Aldo.
"Coba ah intip, siapa tau hantunya cantik."Batin Aldo.
Aldo mencoba mengintip dibalik jendela kelas 11 IPA 2 tapi ketika mengedarkan pandangannya dia menemukan sosok yang sedang menangis.memang benar sosok itu seorang perempuan dengan rambut panjangnya tapi tak memperlihatkan wajahnya karena wajahnya dia tenggelamkan di atas meja.
"Kayanya gua kenal postur tubuhnya dan gaya rambutnya."batin Aldo.
***
Kini kakinya melangkah ke dalam ruangan yang bernuansa putih. sehabis menangis tadi Aracely langsung menuju rumah sakit untuk menemui kakaknya. Pandangan yang pertama kali dia lihat adalah seorang Wildan Jovana Marchel yang tengah terbaring dibrankar dengan berbagai alat medis yang menempel di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret a Crazy Girl [On Going]
Teen FictionSemua yang kalian lihat itu palsu, itu cuma ilusi semata yang sengaja gue ciptain biar gue lupa kalo gue punya beban hidup yang berat, biar gue lupa seberapa menderitanya gue saat ini. ~Aracely Salsabila Marshel