1. First Impression

13 0 0
                                    

"Kecut amat muka lo, Na"

Sintia menatap Lona penuh heran saat wajah putih make up tipis datang dengan keadaan tertekuk. Nando yang berjalan dibelakang Lona hanya bisa menahan tawa melihat rekan kerjanya sedang diterpa amarah, bisa ia bayangkan ada api yang membakar kepala Lona.

Hentakan kaki Lona terdengar nyaring karena hak 5 senti dan ruangan sedang sepi. Orang-orang di dalam ruangan seakan tak peduli dengan 'ambekan' Lona itu. Yah, sudah biasa. Bukan marah yang biasa, melainkan tingkah aneh yang dilakukan Lona yang biasa. Lona berjalan ke arah meja kerjanya dan meletakkan kepala di atas mejanya itu.

"Sttt.."

Nando melirik ke arah Sintia yang mengikutinya.

"Dia kenapa lagi sih?"

Nando tertawa pelan dan memutar badannya ke arah Sintia.

"Lo tau nggak kita habis wawancara Derril"

Sintia menutup mulutnya tak percaya.

"Serius lo berdua! Tapi, wait! Kenapa si Lona ikut?"

Nando mengambil gelas kaca dan mengisinya dengan air dingin.

"Lo tau kan Derril kek gimana.."

Nando bersandar pada corner dan meminum airnya.

"Yaa dia ganteng banget, manis, bad boy gitu ya ampun"

Sintia berhayal sambil teriak histeris membuat Nando bergidik ngeri.

"Bukan yang itu, cewe"

"Terus apa dong ?"

Nando meletakkan gelasnya.

"Lo tau Derril suka godain cewe. Gua gak percaya sih eh ternyata bener"

Nando mengambil gelas baru dan mengisinya dengan air dingin lagi.

"Gua ngajak Lona karena menurut gua dia cewe yang cocok buat digodain Derril"

Nando berjalan meninggalkan corner dan Sintia senantiasa mengikutinya.

"Kok lu tega bawa Lona, mending bawa gua"

"Lona gak segampang itu digodain"

Sintia mengangguk-angguk.

"Iya juga yah"

Nando berjalan ke arah meja Lona, meletakkan gelas di depan wajah Lona, membuat gadis itu mengangkat wajahnya sedikit.

"Minum dulu"

Sintia menarik kursi dekat dengan meja Lona.

"Lo beruntung tau, Na! Bisa lihat wajah model blasteran ganteng itu secara lansung. Gua juga pengen deh"

Lona mengambil gelas yang diberikan Nando dan meminumnya habis dalam sekali tegukan.

"Beruntung pala lo!"

Sintia tertawa.

"Iya gua tau kenapa lo kesel. Tapi nggak banyak lo majalah yang input wawancara dia karena dia juga jarang mau. Eh, tiba-tiba aja dia acc permintaan kita"

Lona meletakkan gelas agak keras ke mejanya.

"Yaudah seharusnya lo yang ikut bukan gua. Entah kenapa si lo ngajak editor kayak gua bukan yang lain!"

Nando mengangkat bahunya.

"Gua pikir Derril bakal suka kalo yang wawancarai dia cewe cantik. Yaudah gua kepikiran lo, Na"

"Kan masih banyak cewe cantik disini, Do. Lagian tu cowo genit amat, pantesan gak laku"

Nando tertawa dan Sintia menunjukkan wajah tak percaya.

Alona & DerrilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang