Bab 2

120 21 16
                                    

Ku tak suka preman brengsek
Yang brani nyolek
Ditemani satu trek
Sering triak
Galak, malak,nyalak, rusak
Mirip kumpulan sapi
Telat bulan terapi

∞∞∞

"Mana nih, Hamal? lama banget." celetuk Rigel.

"Susulin sana." perintah Leo.

Baru saja Rigel berdiri, matanya sudah menangkap Hamal yang berjalan menunduk dengan kantung plastik kearah mereka.

Dengan semangat Rigel mengambil kantung itu yang ternyata tak ada isinya, kemudian menatap wajah Hamal yang di penuhi lebam.

"Wajah lo kenapa, Mal?" tanya Rigel, membuat Gemma dan Leo menatap kearah Hamal.

"Siapa yang ngelakuin ini?" tanya Leo, sedikit membentak.

Hamal diam menunduk, dengan tubuh bergetar menceritakan sedikit demi sedikit kejadian yang ia alami sebelumnya. Tangannya menunjuk gedung tua yang berada di samping sekolah.

Ketika telinganya mendengar jika sahabatnya ini di keroyok, tanpa babibu lagi Rigel berjalan tergesa ke arah gedung tua itu.

∞∞∞

Pas dia sendiri, gak berani ngapain
Hanya bungkam, diam, pucat bukan main
Kalau berani, sini, lawan, satu
Mari, jagoan dipamerin
Kau tunjukkan kemarin

∞∞∞

Rigel berdiri tak jauh dari kumpulan remaja yang sedang asik bermain kartu dengan kaleng soda hasil merampas dari sahabatnya.

"Wih. Ada urusan apa, tetangga sebelah datang kemari?" Tanya Dyo.

Rigel melonggarkan dasinya dengan gaya tengil. "Menyelesaikan urusan yang baru dimulai," jawabnya santai.

"Ada urusan apa, lo!" Bentak Dyo.

"Minuman yang lo minum, hasil rampasan. Gak halal, Mending, lo balikin." Tengilnya.

"Kalau kita gak mau, gimana?" Tantang Dyo, menaikan dagunya angkuh.

"Rumah sakit buka, Tanah masih luas." Jawab Rigel, berhasil membuat rahang mereka menggeras.

"Bangsat!"

Bugh! Bugh! Bugh!

Mereka menyerang Rigel tanpa ampun, membuat Rigel yang awalnya mampu melawan lima remaja berseragam sama dengan logo yang berbeda kewalahan, hingga membuat Rigel jatuh tersungkur ke tanah.

∞∞∞

Nananana jangan marah marah
Kamu duluan, cari gara gara
Saya santai, kenapa kamu gerah
Tambah parah bilang saya yang salah

∞∞∞

Tepat saat itu, Gemma bersama Leo dan Hamal datang membantu Rigel. Berjalan santai tak lupa wajah tengil menantang yang diperlihatkan Gemma dan Leo sedangkan Hamal, memilih bersembunyi dibalik tubuh Leo.

Rigel yang melihat sahabatnya datang, beringsut berdiri terkekeh pelan ke arah mereka.

"Kita satu, Bonyok satu bonyok semua." Tegas Gemma, membantu Rigel berdiri.

"Tapi, kalau mati?" Tanya Hamal.

"Ya sendiri!" Teriak Leo diakhiri gelak tawa.

∞∞∞

Nananana jangan difikirkan
Waktu lewat, aku diteriakkan
Kamu preman, aksinya keroyokan
Sendiri jadi mirip sampah selokan

∞∞∞

"Jadi, masih mau lanjut?" Tanya Gemma santai tapi, syarat dengan peringatan.

Tanpa mau repot-repot menjawab Dyo dan yang lainnya menyerang Gemma dengan barang-barang yang ada di gedung tua itu sebagai senjata.

Bugh! Bugh! Bugh!

Saling baku hantam. Memukul secara brutal menghiraukan seragam sekolah mereka yang sudah kusut dan berantakan. Eit! Tapi, ada satu orang yang seragamnya masih rapi dengan kemeja dimasukan kedalam celana abu-abunya, Murid teladan!

Hamal, cowok yang berdiri jauh dari kejadian itu. Memperhatikan sahabatnya yang beradu otot dengan musuh mereka. Hal itu membuat Hamal bergedik ngeri dengan mata was-was menatap sekeliling siapa tau ada musuh dibalik bantal eh! Musuh dalam selimut.

Hamal tersenyum bangga ketika melihat tiga sahabatnya tertawa saling berpelukan. Ia berjalan ke arah sahabatnya masuk kedalam pelukan mereka. Masih dengan sisa candaan, keempat sahabat itu pergi keluar gedung.

"Thanks, ya?" Ucap Hamal.

"Dalam persahabatan, tak ada kata terima kasih dan maaf," ucap Leo diangguki Gemma dan Rigel.

"Tunggu! wajah gue, tetap ganteng 'kan?" Tanya Rigel menyentuh lebam di wajahnya pelan.

"Iya, tapi tetep, gantengan gue!" Ledek Leo menekan lebam Rigel, kemudian berlari menjauh membuat sang empu menjerit histeris.

"Macan!" Teriak Rigel berlari mengejar Leo.

"Bego!" Umpat Gemma tak urung ikut tertawa melihat tingkah sahabatnya.

PREMINIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang