3. Saat Makan Siang

7.7K 862 207
                                    

Hari keempat Abhi cuti, selama itu pula tak pernah absen menunggui Bianca di Rainbow. Hanya sesekali pergi karena ada keperluan atau diajak bertemu entah kawan, letting atau seniornya tapi selalu memastikan kembali tepat waktu sebelum Bianca pulang.

Abhi sendiri tidak masalah menghabiskan waktunya sendiri saat sepupunya itu sibuk. Ia akan menghabiskannya dengan membaca buku, apa saja. Seperti kali ini ia sudah tenggelam dalam bacaannya.

"Mas Abhi..." panggil Bianca lirih.

"Iya?" Abhi mendongak sambil  tersenyum lembut.

"Lapar," kata Bianca. Masih lirih. Kali ini Abhi tidak membawa atau membuat makan siang apapun. Dan tidak mungkin ia pergi tanpa mengatakan apapun pada sepupunya. Di masa lalu, ia bisa dengan mudah merajuk minta dibelikan makanan atau apapun tapi tidak saat ini. Ia masih merasa canggung.

Abhi meletakkan bukunya di atas meja, mengangguk lalu berdiri. "Adek mau dipesankan, dibelikan atau kita keluar?"

"Makan di luar?" tanya Bianca ragu.

"Ayok," Abhi berjalan mendekati pintu dan membukanya.

Bianca berdiri sambil meraih tasnya. Kemudian beriringan meninggalkan ruangannya. Sebelum pergi tak lupa memberitahu asistennya ke mana ia pergi seandainya ada yang mencari.

"Adek mau makan apa?" tanya Abhi ketika sudah di pelataran.

"Nasi goreng seafood," jawab Bianca.

"Ye go!" pancing Abhi meniru bicara Bianca saat kecil dulu.

Tak ada respon apapun kecuali senyum super tipis Bianca sembari membuka pintu mobil dan masuk. Tak butuh waktu lama, mereka sudah bergabung dengan kendaraan lain di jalan raya.

"Kalau Virgo-Virgo itu bikin Adek nggak nyaman, bilang aja terus terang," kata Abhi ketika mereka sudah sampai di salah satu pusat perbelanjaan, "Papa Rahil tahu?"

Bianca menggeleng.

"Walau Papi Sahil tentara yang identik dengan garang dan tegas tapi justru untuk hal tertentu, Papa Rahil yang lebih emosian. Daripada si Virgo itu kena sembur Papa..."

Bianca diam tak menanggapi.

"Tiga hari lagi aku harus balik, nggak bisa jagain Adek lagi. Adek harus jaga diri ya?" Abhi melirik dan tampak wajah tegang Bianca. Ia mengusap kepala sepupunya sebentar. "Nanti Adek main ke rumah Mbak Garin, kita ketemu di sana."

"Tempatnya sama?" tanya Bianca ragu.

Abhi mengangguk. "Oui. (Ya)"

"Suami Mbak Garin galak?" kali ini nada bicara Bianca terdengar takut membuat Abhi tersenyum.

"Nggak kok. Suaminya baik. Main-main ya? Atau mau ikut aku pulang? Nanti nginap di rumah Mbak Garin."

"Rumah Mas Abhi nggak boleh?"

Abhi tersenyum geli. "Adek, aku kan tinggal di mes. Nggak mungkin dong Adek nginap di rumahku. Nanti kuusahakan deh main ke rumah Mbak Garin sering-sering."

Bianca tampak kecewa tapi diam saja. Kemudian mereka sampai juga di resto seafood. Ia langsung memesan nasi goreng seafood dengan es jeruk sedang Abhi gurami asam manis dan es teh.

Sambil menunggu makanan datang, Abhi berharap ide dadakannya bisa terwujud. Mungkin mengajak sepupunya ke asrama tentara bisa sedikit mengobati luka hatinya. Sudah bagus kehadirannya bahkan saat berseragam loreng tidak ditolak Bianca seperti yang selalu dikhawatirkan banyak orang. Sebab selama ini semua orang berusaha mati-matian menjauhkan Bianca dari hal berbau tentara padahal dalam dirinya mengalir darah prajurit.

You're Still LovelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang