Usai acara, di saat semua kerabat pulang, orang tua Shaheer masih tinggal bersama putranya di rumah Grandpa Bianca karena akan ada tamu. Awalnya Shaheer usul diadakan di salah satu rumah makan atau rumah dinasnya tapi Rahil segera menyahut tetap di rumah papanya atau rumahnya pribadi sekalian karena menyangkut putrinya juga.
Akhirnya lepas ashar tamu yang terdiri dari seorang putri tiba di kediaman Rashad. Jika sang ayah merasa canggung begitupun sang ibu, berbeda dengan sang putri yang menatap pahit ke bekas acara lamaran yang masih tersisa.
Kini tiga keluarga duduk saling berhadapan di ruang tamu Rashad sementara ia dan istrinya hanya menunggu di ruang keluarga. Tamu-tamu itu adalah Arisa dan orang tuanya. Untuk sesaat, Sumargono menatap Rahil kaget. Masih ada lagi orang lain yang mirip Mayjen Sahil.
"Sepertinya Bapak kaget melihat saya?" tanya Rahil.
Sumargono mengangguk. "Benar. Bapak mirip sekali dengan Mayjen Sahil."
Tentu saja pernyataan itu membuat Rahil dan keluarganya ikut terkejut. Terlebih Bianca.
"Bapak bertemu Adik kembar saya? Ada kegiatan bersama rupanya," sahut Rahil.
Sumargono menggeleng. "Ternyata kembar. Pantas saja," ia manggut-manggut. "Mayjen Sahil datang ke rumah bersama Mas Shaheer."
Kembali hal itu membuat semua terkejut dan menatap Shaheer.
"Siap. Om Sahil yang meminta saya ke rumah Om Margono," terang Shaheer bingung. "Saya pikir Om Rahil tahu."
Rahil terdiam lalu menggeleng. "Adik saya tidak pernah mencampur adukkan masalah pribadi dan pekerjaan. Dia tidak cerita masalah ini. Berarti sedang ada di Semarang ya? Walaupun tetap terasa aneh kenapa sampai ke rumah Pak Margono."
Sumargono tersenyum kecut. "Beliau mendengar sendiri apa yang sudah dilakukan putri saya dan alasan kita bertemu ini. Saya malu dan juga berterima kasih karena beliau tidak melakukan apapun setelahnya."
Kening Rahil mengerut dalam.
"Bapak, Ibu semuanya, saya mewakili keluarga terutama putri saya mohon maaf kalau Arisa berbuat hal di luar batas yang membuat semuanya tidak nyaman," ucap Sumargono tulus sekaligus malu. "Saya sungguh tidak tahu bahwa dia bercerita ke mana-mana bahwa Mas Shaheer sebetulnya sudah dijodohkan dengan dia tapi malah bertunangan dengan orang lain."
"Termasuk mengatakan hal itu ke Bianca juga? Melalui akun sosial medianya?" celetuk Rahil dingin. "Hebat juga sampai adik saya tahu padahal kami tidak mengatakan apapun."
Sumargono menoleh kesal ke arah Arisa lalu menatap Bianca yang ekspresinya tak terbaca.
"Mbak Arisa, sebagai anak seorang anggota TNI terlebih perwira, harusnya tahu etika apa yang harus dimiliki. Kenapa Mbak Arisa malah melakukan hal yang membuat keluarga malu? Demi laki-laki? Hargailah diri Mbak Arisa lebih tinggi," kata Mia angkat bicara setelah dari tadi diam.
Dalam diamnya, Bianca memperhatikan Arisa yang bukannya menyesali malah tampak kesal sampai ia istigfar sendiri karena heran.
"Maaf, apakah kalau saya melepaskan Abang Shaheer untuk Mbak Arisa keadaan akan lebih baik? Mbak Arisa akan bahagia?" tanya Bianca akhirnya ikut angkat bicara juga.
Kali ini semua beralih menatap Bianca dengan kaget. Terutama Shaheer. Saat ia hendak protes, Bianca mengangkat sebelah tangannya.
Arisa menatap Bianca lekat dan ia benci melihat ketenangannya bahkan ekspresinya yang tak terbaca.
"Buat saya tidak masalah melepas Abang sekarang," lagi-lagi ucapan Bianca membuat Shaheer melotot horor. "tapi saya percaya jodoh seperti halnya kelahiran dan kematian sudah memiliki takdirnya sendiri. Dan sejauh apapun Abang pergi, dia pasti akan kembali ke takdirnya. Siapapun itu." Ia diam sesaat sebelum melanjutkan lagi. "Dan yang terpenting, apakah Mbak Arisa bahagia melakukan semua ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Still Lovely
ChickLitAkibat cidera yang dialami memupus semua cita-cita Bianca menjadi seorang tentara seperti keluarga besarnya. Akhirnya ia mengambil alih estafet pimpinan Rainbow, lembaga kursus bahasa asing yang sudah mengembangkan diri dengan membuka kelas pelajara...